Putih bersih.Itu yang dirinya lihat sekarang. Ia tidak tahu dimana dirinya. Sama sekali tidak ada apapun yang ia lihat selain warna putih.
Pria itu melihat ke sekeliling, mencari sebuah objek yang bisa ia temukan. Namun, nihil. Tidak ada apapun di sekelilingnya.
Tap... tap...
Sebuah langkah kaki membuatnya merasa bersyukur. Ia tidak sendiri. Ada seseorang bersamanya. Pria itu menoleh ke sumber suara dan melihat sosok yang tidak ia duga-duga. Sosok yang ia cari-cari selama ini. Kini, berdiri tepat dihadapannya.
"K-kei.."
Napasnya tercekat saat melihat wajah familiar itu tersenyum tulus kepadanya. Senyum yang sangat ia rindukan. Senyuman yang dulu ingin pria itu lindungi seutuhnya.
"Kaukah itu? Kenapa kau ada disini? Ini dimana?"
Sosok Kei itu hanya tersenyum. Tidak ada tanda-tanda ingin menjawab pertanyaan dari sahabatnya, Yabu.
"Kei.... Kenapa diam saja? Ceritakan semuanya padaku. Ada apa denganmu? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Masih dengan senyum yang sama. Namun, kini sosoknya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Kenapa kau tidak ingin cerita?"
Sosok itu kemudian menggumamkan sesuatu. Yabu tidak bisa mendengar suaranya. Namun, ia yakin sosok Kei itu menggumamkan sesuatu yang sama berulang kali, seperti sebuah nama.
"Siapa Kei? Apa yang kau katakan?"
Yabu memperhatikan gerak bibir Kei yang mulai mengeja suku katanya satu per satu, "Ta..."
"Ka..."
"Ki..."
"Yu..."
"Ya."
Kening Yabu mengerut bingung, "TakakiYuya? Siapa itu Kei?"
Sosok itu berhenti bergumam dan kembali tersenyum. Kakinya mulai melangkah meninggalkan Yabu. Ia mencoba untuk mengejar sosok yang ia lihat sebagai Kei itu. Namun semakin ia berlari, semakin jauh sosoknya seolah ia hanya berlari di tempat.
Matanya mulai memanas. Cairan bening itu seketika tumpah melewati pipinya yang juga memerah. Ia sangat merindukan sosoknya, melihat Kei yang tersenyum tulus seperti tadi membuat rasa rindu yang selama ini Yabu tahan sudah berhamburan memenuhi dadanya. Sesak.
"Kei, kenapa kau bisa ada disini? Tidak seharusnya kau berada disini. Kau masih hidup!"
Yabu menolak percaya dengan sosok yang dilihatnya. Dalam hatinya, ia yakin sosok itu masih hidup diluar sana. Tidak seharusnya, ia melihat sosoknya di mimpi yang ia yakini sebagai perantara hidup dan mati itu.
"Jangan pernah menampakkan dirimu dihadapanku seperti ini lagi, Kei! Cukup datang langsung kepadaku saja, apa susahnya!"
Ia berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Terus melantunkan nama yang sama berulang kali.
"Aku, Mizuki, dan Hikaru akan selalu menunggu kabar kedatanganmu. Kumohon, datanglah!"
~ 💚💙 ~
Hikaru menatap sosok yang terbaring lemah di ranjang itu. Sudah beberapa hari yang lalu sejak sahabatnya mengalami masa kritis. Dan sudah selama itu, Yabu masih belum juga menandakan tanda-tanda akan siuman membuat Hikaru enggan untuk bangkit dari kursi samping ranjangnya seolah ia tidak mau kehilangan sedetik momen pun.
Ia sudah cukup menyesal meninggalkan sahabatnya itu hingga harus mengalami masa kritis seperti ini. Tidak ada lagi istilah untuk tidak menemaninya semalaman. Tidak peduli kantong mata yang akan muncul nantinya atau penampilannya berpengaruh. Hikaru sudah tidak peduli lagi. Asalkan kondisi sahabatnya itu membaik, sudah cukup baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanficTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...