3. Yabu Senpai

39 6 3
                                        


"Yamada, jangan-jangan kau berpikiran untuk menyelidiki hal ini sendirian?"

Daiki yang mendengar kalimat dari Yuto itu membulatkan matanya kaget, "Yamachan! Aku kan sudah menjelaskan seberapa bahayanya hal itu! Jangan bertingkah gegabah, deh!"

Setelah Daiki bercerita, Yamada sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya terdiam. Yuto dan tiga orang yang berada di ruang tamu itu jelas curiga dengan tingkah anehnya.

"Jangan pikir yang aneh-aneh, deh! Lagian juga, gak ada gunanya mempercayai ucapan dari mulut Yuto," Jawab Yamada malas.

"Aku juga tau tempat kalau mau bercanda. Kau berkata seolah aku selalu berbohong setiap saat."

Yuto memanyunkan bibirnya tidak terima. Ia sedikit kesal dengan perkataan Yamada yang kelihatan seperti sanggahan, namun tidak memilih kata yang lebih bagus daripada mengejek Yuto selalu berbohong.

"Memang Yuto yang kita kenal seperti itu, bukan?" Tanya Yamada asal dan mendapat anggukan setuju dari Chinen dan Kamiki.

"Lihat saja! Aku akan buktikan kalau aku juga bisa serius!"

~ ❤💚 ~

Seorang laki-laki bertubuh kecil itu berlari kecil di sekitar jalanan dekat rumahnya. Saat hari libur, ia memang gemar lari pagi. Bangun ketika matahari terbit dan lari pagi untuk memanaskan tubuhnya yang ia selalu ajak untuk bermalas-malasan saat hari sekolahnya.

Meskipun ia sadar bahwa pagi ini teman-temannya yang menginap masih terlelap di rumahnya, ia tidak berniat membangunkan mereka untuk lari pagi bersama. Entahlah, ia hanya ingin sendiri sembari menyegarkan pikirannya yang dari semalam sudah diajak berpikir tanpa henti. Untunglah, ia masih bisa tidur malam harinya.

Saat sedang asik berlari dan menikmati pemandangan sekitar, sesosok laki-laki menarik perhatiannya. Laki-laki itu memiliki tubuh yang tinggi, bahkan hampir menyaingi Yuto. Tatapannya yang sendu menatap ke papan pengumuman yang berada tepat di depannya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya seperti apa, karena dari tempatnya berdiri, ia hanya bisa melihat sisi kiri wajahnya saja.

"Aah, ada restoran yang baru buka ternyata."

Laki-laki tinggi itu langsung berbicara saat menyadari ada seseorang di dekatnya. Yamada diam-diam mencuri pandang ke laki-laki itu. Tatapannya yang sendu itu tidak menunjukkan bahwa ia sangat antusias dengan restoran baru seperti perkataannya tadi.

Ketika laki-laki itu mulai berjalan meninggalkannya, Yamada memberanikan diri untuk bertanya. Poster restoran baru itu sepertinya baru saja ditempelkan di papan pengumuman itu. Letaknya sama persis di tempat kertas 'remaja hilang' yang Yamada biasa lihat.

"Anoo... Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Laki-laki tinggi itu berhenti berjalan dan balik menatap Yamada, "Ada apa?"

"Apakah kau yang sebelumnya menempelkan kertas remaja hilang di papan pengumuman ini?"

Hening.

Tidak ada tanda-tanda bahwa laki-laki itu akan menjawabnya. Namun, Yamada juga tidak bisa memahami arti dari poker face laki-laki itu.

"Maaf kalau aku bertanya hal yang aneh. Kalau begitu-"

"Kau benar. Memang aku yang memasangnya."

Yamada tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia selalu berpikir keras mengenai mulai darimana ia harus mencaritahu akan hal ini. Pengetahuannya mengenai Inoo Kei nyaris nol. Bahkan hanya dengan mengandalkan satu foto dan nama saja tidak bisa membuatnya mengetahui siapa kawan dan keluarganya. Namun dihadapannya, ia bertemu seseorang yang dekat dengan Inoo Kei. Kenapa bisa semudah itu?

Unknown BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang