Dering ponsel membuat Nela terbangun dari tidurnya, Nela membuka matanya dengan berat, melirik pada jarum jam yang terpanjang di dinding kamarnya.
Masih jam 9, tanpa perlu bangun Nela meraih handphone di nakas samping tempat tidur. Tidak perlu repot-repot melihat siapa yang menelepon pagi-pagi, siapa lagi yang berani mengganggu tidur Nela jika bukan Laudi.
"Kenapa?" Pertanyaan tanpa basa-basi itu terlontar sedetik saat telepon tersebut tersambung.
"Halo Nela." Suara lembut dari sebrang sana terdengar. Nela telonjak bangun dari tidurnya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya secepat mungkin.
"Halo Nela dengar Tante kan?" Suara disebrang sana memastikan karena tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya.
Nela menghela nafas agar suaranya terdengar normal tidak seperti orang yang baru bangun tidur. Tidak bisa Nela biarkan image yang dibangunnya didepan Tante Risma sebagai menantu idaman rusak begitu saja akibat bangun kesiangan, tidak bisa dibilang kesiangan juga karena Nela memang biasa bangun jam segini. Pikir kan itu belakangan, mungkin nanti Nela akan mengubah kebiasaan satu ini.
"Iya Tante Nela dengar kok." Nela meraih botol air di sampingnya dan menegak air didalamnya.
"Tante mau minta tolong sama Nela boleh?"
"Boleh boleh. Tante mau minta tolong apa? kalau Nela bisa pasti Nela bantu."
"Nela nanti sore sibuk?"
Tak langsung menjawab, Nela meraih buku jurnal di laci. Dilihatnya apakah nanti sore dia ada acara penting atau tidak.
"Nanti sore kebetulan Nela lagi lenggang. Emang kenapa Te?"
"Nela bisakan datang kerumah? Ada yang mau Tante bicarakan."
Otak Nela berkelana, memikirkan hal penting apa yang akan Tante Risma bicarakan. Apakah pertengkarannya dengan Gibran beberapa hari lalu? Apa akhirnya Gibran memutuskan akan membatalkan pertunangan ini?
"Bisa kan?"
"Bi-bisa kok." Jawab Nela ragu.
"Ya udah Tante tunggu ya nanti sore." Nela mengangguk saja, meskipun Tante Risma tidak akan bisa melihatnya.
Panggilan berakhir. Nela masih bengong dengan posisi yang sama. Memikirkan gimana tanggapan orang tuanya jika pertunangan ini batal? Apakah pyapa Nela akan baik-baik saja mendengarnya?
"Gak tau lah. Pusing gue mikirinnya." Nela mengacak rambutnya frustasi. Mengapa asmaranya tidak bisa berjalan mulus seperti di novel romansa yang sering di baca Laudi. Begitu banyaknya lika-liku tajam yang terjadi dalam kehidupan asmaranya hingga Nela tidak sanggup lagi memikirkannya.
Nela keluar dari kamarnya, hendak menuju dapur untuk membuat sarapan. Niat awal Nela hanya ingin membuat roti panggang tapi disana dia sudah disambut dengan bubur ayam yang dibawakan Laudi.
Kalian jangan heran kenapa Laudi bisa berada disini, ya itu karena dia harus mengurus semua keperluan Nela sebelum nanti siang dia harus melakukan pemotretan dengan salah satu brand lokal yang menjual berbagai macam dress lucu-lucu dan pastinya sangat kekinian.
"Jam berapa kita berangkatnya?"
"Jam 12 kita harus udah disana."
"Berapa jam?"
"Kalau sesuai jadwal jam 3 kita udah selesai."
"Nanti setelah pemotretan Lo temenin gue ya."
"Mau kemana emang?"
"Udah temenin aja, gak bakal lama kok." Laudi menatap Nela curiga. Jika Nela menjawab seperti ini bisa dipastikan bahwa tempat yang akan dikunjungi Nela tidak Laudi sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in love
RomansaNela seorang selebgram yang sedang naik daun karena sering kali digosipkan tengah berkencan dengan partner nya. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, dia sudah mempunyai tunangan seorang pengacara, yang berasal dari keluarga kaya raya. Sikapnya yang...