"Kantin yok Nel, laper banget gue." Nela hanya geleng kepala mendengar keluhan Karin yang sudah berlangsung sejak saat dosen masih berada dikelas mereka.
"Masih kenyang gue." Karin berdecak. Menghindari agar Nela tidak menolak ajakannya Karin langsung memegangi tangan Nela.
"Temenin gue makan ya." Karin memperlihatkan puppy eyes yang membuat Nela berlagak jijik melihatnya. Padahal Nela sering sekali membujuk orang dengan cara yang sama tapi mengapa jika dia dibujuk seperti itu malah membuat mual.
"Lo diem berarti iya." Karin menyeret tangan Nela untuk mengikutinya kearah kantin. Jika sudah begini Nela hanya bisa pasrah saja.
Sampai di kantin, memesan bakso yang memang sudah menjadi favoritnya. Sedangkan Nela hanya membeli air mineral saja karena seperti yang sudah dikatakannya tadi, dia masih kenyang.
Kantin lumayan sepi hari ini, dan itu adalah suatu kepuasan tersendiri bagi Nela. Karena jika ramai tidak jarang Nela akan menjadi bahan omongan para orang yang melihatnya, nasib menjadi public figure ya begini dan Nela sudah terbiasa. Nela dan Karin memilih untuk duduk di paling pojok, disana biasa menjadi tempat favorit bagi semua warga kampusnya. Spot yang langsung menghidangkan indahnya taman membuat hal itu dapat terjadi.
"Nel." Karin menggedikkan bahunya ke arah belakang Nela. Nela Menoleh dan mendapati Yuda yang tengah menuju ke tempat mereka berdua. Menghela nafas lelah, Nela sudah merasa jengah dengan manusia satu ini. Yuda tidak lah jelek, banyak mahasiswi disini yang tertarik padanya masa tidak ada yang nyantol satu saja? kenapa harus Nela yang dia kejar mati-matian.
"Hai." Sapanya lalu tanpa dipersilahkan Yuda duduk disamping Nela. Memilih untuk memandang hamparan hijau didepan sana, Nela tidak ingin menatap wajah Yuda yang pastinya sedang berada disebelahnya.
"Nela." Yuda menyentuh bahu Nela yang langsung ditepis. Nela menatap Yuda tajam, sudah benar-benar jengah dengannya. Orang-orang menyebut Yuda pintar, tapi Nela meragukan itu. Buktinya penolakan yang sudah jelas-jelas Nela tunjukkan masih tidak dimengerti, ini yang katanya pintar?
"Aku udah berusaha nolak baik-baik ya kak. Udah berapa kali coba aku bilang kalau aku gak suka, jadi jangan paksa aku." Tegas Nela.
"Karena laki-laki itu?" Yuda menatap Nela nanar. Nela mengerutkan dahi, siapa yang dimaksud Yuda? Perasaan Nela tidak ada sebut nama orang lain dalam obrolan mereka.
"Yang fotonya kamu posting." Aaaa Nela paham.
"Aku sama dia udah dari lama. Sebelum kak Yuda deketin juga aku udah sama dia."
"Jadi dia pacar kamu?"
"Bukan." Benarkan yang Nela katakan, Gibran memang bukan pacarnya tapi tunangan.
"Nel aku serius sama kamu. Kalau perlu aku juga berani ketemu orang tua kamu dan minta izin sama mereka." Nela menganga. Yuda ini pemaksa sekali. Untung saja Nela tidak sempat baper padanya. Bisa stress Nela jika sampai berpacaran dengan orang seperti Yuda. Tapi memang perlu diacungi jempol keberanian Yuda ini.
"Jangan aneh-aneh deh."
"Kamu juga belum pacaran kan sama dia?"
"Ya emang gak pacaran. Orang dia tunangan aku."
"WHAT?" Teriak seorang yang dari tadi hanya menjadi pendengar antara keduanya, Karin. Menatap Nela dengan matanya yang sudah membulat. Sedangkan Yuda juga sama terkejutnya tapi tidak se lebay Karin.
Suara dering handphone memecah keheningan yang terjadi, Nela meraih handphonenya yang berada dalam tas dan melihat siapa yang telah menelepon. Senyumnya terbit melihat nama yang tertera disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in love
RomanceNela seorang selebgram yang sedang naik daun karena sering kali digosipkan tengah berkencan dengan partner nya. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, dia sudah mempunyai tunangan seorang pengacara, yang berasal dari keluarga kaya raya. Sikapnya yang...