part 29

32.7K 1.9K 24
                                    

"Makasih." Nela menyerahkan helm dan ongkos, lalu mulai berjalan memasuki area firma hukum tempat Gibran bekerja.

Sampai di depan pintu masuk, Nela menghentikan langkahnya. Tangannya mencari handphone di dalam tas. Setelah berhasil menemukan handphonenya, Nela langsung menelepon Gibran. Masa iya Nela harus langsung masuk begitu saja, kan Nela belum tau ruangan Gibran yang mana.

"Halo Mas." Ucap Nela setelah panggilan mereka terhubung.

"Aku udah didepan." Nela memberitahu agar Gibran segera menjemputnya.

"Tunggu, saya jemput." Gibran langsung mematikan sambungan telepon mereka setelah mengetakan itu.

Nela menunggu dengan sabar kedatangan Gibran. Hanya membutuhkan beberapa menit saja, kini Nela sudah bisa menangkap keberadaan Gibran yang berjalan menghampirinya.

"Ayo." Gibran mengajak Nela untuk memasuki kantornya. Dibelakang Gibran Nela sibuk mengamati setiap sudut dari firma hukum itu. Keadaannya lumayan sepi, tidak ada pekerja yang berlalu lalang. Mungkin disebabkan oleh jam makan siang, hingga para orang-orang yang bekerja disana sedang menghabiskan waktu makan siangnya diluar kantor.

Nela dan Gibran kini telah tiba di depan ruangan dengan pintu berbahan kayu yang tampak kokoh.

"Masuk." Gibran mempersilahkan Nela untuk masuk terlebih dahulu. Nela melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu. Netranya dengan refleks mengamati ruangan yang terlihat bersih dan rapi.

"Ini ruang kerja kamu Mas?" Setelah puas mengamati sekitar, kini Nela beralih untuk menatap sang pemilik ruangan. Gibran hanya mengangguk singkat.

"Aku bawa ini buat kamu." Nela menunjukkan papar bag yang sedari tadi bertengger di tangannya. Lalu berjalan menuju sofa dengan diikuti oleh Gibran dibelakangnya.

Nela dengan telaten mengeluarkan makanan yang dibawanya, lalu menyuguhkannya pada Gibran. Gibran mengamati sejenak makanan yang dibeli Nela, terlihat menggiurkan dan membuat Gibran ingin segera menyantap makanannya.

Nela menyerahkan sendok dan makanan pada Gibran, dengan senang hati Gibran menerimanya. Suapan pertama masuk ke mulut Gibran, lalu diikuti oleh suapan suapan berikutnya. Setelah mengunyah beberapa suap barulah Gibran sadar bahwa Nela hanya diam memperhatikannya.

"Kamu tidak makan?" Gibran menatap Nela yang menggeleng. Lalu tatapannya tertuju pada satu porsi makanan yang masih berada diatas meja.

"Itu?" Gibran menunjuk makanan diatas meja dengan dagunya.

"Buat Mas, aku tadi udah makan kok."

"Kalau sudah makan kenapa beli dua?"

"Gak papa pengen aja." Gibran heran tapi lebih memilih diam.

Nela menatap Gibran yang makan dengan penuh khidmat. Melihat Gibran yang makan dengan lahap membuat Nela juga ingin merasakan makanan itu.

"Mau." Ucap Nela spontan. Gibran menoleh mendengar Nela, mengerutkan keningnya karena belum paham pada apa yang diinginkan Nela.

"Mau itu." Nela menunjuk makanan yang dipegang oleh Gibran. Gibran menoleh kearah Nela dan makanan yang dipegangnya bergantian, dia tidak salah kan?

"Ini?" Gibran memastikan. Dengan antusias Nela mengangguk.

"Ambil saja." Gibran hendak memberikan makanan yang dipegangnya tapi Nela malah menolak.

"Mau sedikit aja. Aku masih kenyang kok."

"Suapin." Ucap Nela pelan karena Gibran tidak kunjung memberikan makanan pada dirinya.

"Hah?" Gibran kikuk, baru pertama kali dia melihat Nela yang seperti anak-anak ini, minta disuap segala.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang