Nela dan Laudi berjalan menyusuri mall yang cukup ramai pengunjung. Bahkan sering kali para fans Nela meminta untuk foto bersamanya, kepopuleran Nela tidak bisa diragukan lagi dan hal itu membuat kepercayaan diri Nela meningkat, melupakan sejenak insecure yang sempat dirasanya.
"Jadwal gue full gasih sampai 3 bulan kedepan?" Laudi berfikir sejenak, mengingat-ingat kapan kiranya Nela bisa libur.
"Lumayan lah. Palingan Lo libur cuma pas weekend aja itu pun Lo harus sambil ngerjain endorse an meskipun gak sebanyak biasanya. Kenapa emang?"
"Pengen liburan Gue sumpek disini terus."
"Kalau 3 bulan kedepan sih kayaknya belum bisa. Tadi aja ada orang yang kontak gue nawari kerjasama untuk produk baru dia."
"Usahain libur 5 hari aja bisa ga sih? Pingin liburan banget nih gue. Usahain kek Di, gue pasti bakal ngajak Lo juga kok. Ongkos pulang perginya biar gue deh yang tanggung."
"Emang kenapa sih kalau 4 bulan lagi liburannya? Lo udah ngebet banget emang mau liburan?"
"Jatah cuti kuliah gue tinggal 3 lagi setan. Masa iya baru balik kuliah udah mau ajuin cuti lagi."
"Duh sorry gue lupa. Ya udah nanti gue usahain deh tapi gue gak janji ya." Laudi memperingati Nela agar tidak terlalu berharap padanya.
"Makan dulu yok, laper gue."
"Mau makan dimana emang Lo?"
"Dilantai 7 sana ada restoran enak. Kita makan disana aja." Mereka berjalan menuju lift dan menuju lantai 7.
Setelah sampai di lantai yang mereka tuju, Nela dan Laudi menyusuri lantai tersebut, mencari keberadaan restoran yang dimaksud. Saat tengah asik berjalan, tanpa sengaja tatapan Nela jatuh pada objek yang tak semestinya dia lihat.
Nela mengamati dengan detail kedua orang yang tengah asik duduk didalam salah satu restoran yang berada di sana. Nela berharap bahwa dugaan dia salah, semakin Nela mengamatinya Nela semakin yakin bahwa orang tersebut memang Gibran bersama mantannya.
Rencana untuk healing malah berakhir seperti ini. Sia-sia saja rasanya dia datang ke mall ini jika akhirnya malah bertemu dengan sumber masalahnya selama ini.
"Nel yang mana tempatnya?" Laudi kebingungan, menoleh ke sampingnya yang kini telah kosong, tidak ada sosok Nela disana. Laudi menoleh ke belakang dan terlihat disana Nela terbengong mengamati entah apa itu.
"Ngeliatin apaan sih Nel sampe segitunya?" Laudi menghampiri Nela, karena tidak kunjung mendapat jawaban, Laudi mengikuti arah tatapan Nela. Laudi menatap Nela dengan rasa bersalah karena telah membawa Nela ketempat ini, sungguh Laudi tidak menyangka kalau mereka akan bertemu disini. Dari sekian banyak tempat mengapa mereka harus dipertemukan disini?
Wajah Nela murung kembali, tak lama Nela bergerak meninggal Laudi hendak pergi dari tempat ini. Laudi dengan cepat mengejar Nela yang sudah akan memasuki lift.
"Nel jangan kabur gini. Masalah itu harus dihadapi, buktiin sama Gibran kalau Lo tuh gak bisa dia mainin gini."
"Ya terus gue harus apa Di?" Tanya Nela pelan penuh keputusasaan.
"Kita samperin mereka dan makan bareng mereka biar Gibran tau kalau Lo itu bukan boneka yang bisa seenak jidat dia mainin."
Nela menatap Laudi, tidak yakin dengan rencana yang diucapkannya. Laudi mengangguk berusaha memberitahu Nela bahwa dia bisa melakukannya dengan baik. Nela mengambil nafas lalu menghembuskan nya. Menatap dengan yakin pada restoran tempat Gibran dan Dina menyantap makanan mereka.
"Ayo." Nela memegang tangan Laudi agar mengikutinya melabrak Gibran yang tengah berselingkuh itu.
Melangkah dengan percaya diri Nela menghampiri tempat dimana Gibran dan Dina sedang mengobrol, sesekali mereka melontarkan tawa. Nela tidak perduli dengan apa yang mereka obrolkan, yang Nela pikirkan sekarang bagaimana cara membalas Gibran.
"Mas Gibran." Nela tersenyum penuh kepalsuan. Menghampiri meja Gibran diikuti Laudi dibelakangnya.
Gibran yang merasa namanya terpanggil menoleh pada asal suara, pandangannya menemukan Nela yang berjalan dengan senyum manis ke arahnya. Terkejut sempat dirasakan Gibran, dia tidak ingin bertemu dengan Nela dengan situasi seperti ini apalagi saat sedang bersama Dina.
"Mas Gibran makan disini juga? Aku gabung ya." Tanpa menunggu persetujuan dari insan yang terlebih dahulu menempati meja tersebut, Nela dan Laudi langsung saja duduk di kursi kosong yang masih tersedia.
"Halo aku Nela, ini teman aku Laudi." Nela menyapa Dina tak lupa dia juga memperkenalkan Laudi, dengan senyum manis yang masih tidak hilang dari wajah Nela. Dina hanya membalasnya dengan senyuman canggung darinya.
Nela mengangkat tangannya hendak memanggil pelayan, tak lama pelayan tersebut datang dan menyerahkan buku menu kada Nela. Nela membuka buku menu tersebut dan mencari sesuatu yang menurutnya lezat.
"Mas Gibran sama Mbaknya sudah pesan?" Tanya Nela pada dua insan yang sejak kedatangannya malah terdiam membisu, sangat kontras dengan kondisi sebelum dia datang menghampiri mereka. Nela yang melihatnya tentu saja tersenyum penuh kemenangan.
"Sudah." Jawab Dina karena Gibran tidak menjawab Nela.
Nela mengangguk lalu menyebutkan beberapa makanan dan minuman untuk dirinya juga Laudi. Pelayanan lalu mengundurkan diri dan meminta mereka menunggu sebentar. Suasana menjadi semakin canggung setelah kepergian pelayan tersebut.
"Mas Gibran diam saja dari tadi. Gak suka ya aku gabung disini?" Tanya Nela dengan mimik muka yang dibuat-buat. Gibran melayangkan tatapan datarnya pada Nela, yang membuat Nela ketar-ketir tapi itu hanya dia simpan dalam hati. Nela membuat wajahnya setenang mungkin agar pembalasannya berhasil.
"Eh ngomong-ngomong Mbak ini namanya siapa?" Tanya Nela sok akrab dengan Dina.
"Saya Dina." Jawab Dina canggung.
"Mbak Dina siapanya mas Gibran? Kalau pacaranya sih jelas bukan ya kan Mas Gibran udah punya tunangan."
Dina tersentak mendengar ucapan Nela. Menatap Gibran sejenak untuk memastikan apakah yang dikatakan Nela benar atau tidak. Gerak-gerik tersebut jelas tidak luput dari pandangan Nela, dengan setenang mungkin Nela berusaha menyembunyikan senyumnya.
"Saya temannya Gibran." Jawab Dina akhirnya.
"Oh temennya. Jaman sekarang sih awalnya cuma temenan tapi gak tau deh akhirnya bakalan gimana." Sahut Laudi yang sejak tadi hanya diam menyimak drama didepannya. Dalam hati Laudi sangat terpukau dengan akting Nela ga sangat terlihat natural itu.
"Oh iya ngomong-ngomong tunangan Mas Gibran mana? Kok gak diajak sih, nanti disangka selingkuh lagi."
"Nela." Gibran mengucapkan dengan penuh peringatan agar Nela menutup mulutnya rapat-rapat. Nela memalingkan wajahnya dari Gibran.
"Maaf ya Mbak bukannya mau menyinggung tapi gimana ya. Sebagai sesama perempuan tentu Mbak tau betul dong gimana rasanya."
Dina menunduk, menghindari tatapan Nela yang terkesan mengintimidasinya. Sebenarnya Nela juga tidak tega karena bisa dipastikan bahwa Dina sama sekali tidak tau bahwa Gibran telah bertunangan. Tapi jika dibiarkan bisa semena-mena Gibran nanti padanya.
Tak lama pesanan mereka datang. Pelayanan menyajikan makanan mereka. Setelahnya mereka memakan makanan dengan suasana canggung lebih tepatnya Dina dan Gibran, karena sekarang Nela dan Laudi sedang tersenyum penuh kepuasan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in love
RomansaNela seorang selebgram yang sedang naik daun karena sering kali digosipkan tengah berkencan dengan partner nya. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, dia sudah mempunyai tunangan seorang pengacara, yang berasal dari keluarga kaya raya. Sikapnya yang...