part 21

33.5K 2K 61
                                    

Gibran menghentikan mobilnya di basement gedung apartemen Nela, menanti Nela untuk keluar dari mobilnya dan dia akan bergegas pergi untuk pulang atau kalau seandainya Dina masih berada di tempat mereka kondangan tadi dan sedang menunggunya maka akan Gibran jemput. Sebagai rasa tanggungjawab Gibran yang telah berani menjemput anak gadis orang untuk pergi bersamanya.

Hampir semenit waktu terlewati, tapi tidak ada pergerakan sama sekali dari orang disampingnya, Gibran menoleh ke arah Nela yang tengah asik bermain dengan ponselnya. Pantas saja tidak segera turun ternyata Nela bahkan tidak menyadari kalau mereka kini sudah tiba di gedung apartemennya.

"Sudah sampai." Ucap Gibran menyadarkan Nela. Menatap kearah luar dimana mobil yang mereka tumpangi sudah terparkir.

"Mas mau mampir?" Nela menawarkan.

"Tidak perlu." Tolak Gibran karena dia sudah punya rencana seperti yang telah tertulis diatas.

"Kenapa?" Nela menelisik lebih jauh alasan Gibran tidak ingin mampir terlebih dahulu. Binar kekecewaan jelas kentara terpancar dari mata Nela.

"Saya mau langsung pulang." Tidak menyerah sampai disitu, Nela memberikan tatapan penuh harap pada Gibran. Gibran menghela nafas, dia tidak boleh terlena dengan tatapan memelas Nela.

"Mampir dulu ya sebentar. Aku kesepian tau." Nela seakan tengah mencurahkan isi hatinya pada Gibran. Padahal kan dia sendiri yang ingin belajar hidup mandiri.

"Sebentar aja ya, temenin aku." Nela memaksa. Dia masih ingin berlama-lama dengan Gibran, tapi malah ditolak. Nela bertekad bahwa kali ini dia tidak boleh gagal membujuk Gibran.

"Tidak bisa Nela, ini sudah malam tidak baik kalau dilihat tetangga."

"Tetangga apa? Ini apartemen Mas bukan kontrakan, disini orang-orang gak akan peduli bahkan kita aja yang unitnya sampingan gak saling kenal. Aku juga sering kok liat beberapa tetangga aku sering bawa masuk orang entah itu laki-laki ataupun perempuan." Nafas Nela tersengal setelah berhasil menjelaskan panjang lebar pada Gibran.

"Gak mau tau pokoknya Mas harus mampir temenin aku sebentar aja." Nela membuka kasar pintu mobil Gibran. Keluar dari sana lalu berjalan memutari dan hal yang sama dilakukan pada pintu samping kemudi. Nela menarik tangan Gibran untuk memaksanya keluar dari mobil. Tidak peduli jika Gibran keberatan.

Gibran tidak bergerak dari tempatnya meskipun Nela sudah menariknya dengan sekuat tenaga, tentu saja karena tenaga Nela tidak sebanding dengan Gibran. Merasa Nela sudah mode bar-bar dan tidak bisa ditolak, Gibran memilih menuruti saja kemauan perempuan itu. Dengan sendirinya Gibran keluar dari mobil. Lengannya sudah digelayuti oleh Nela, mungkin agar dirinya tidak kabur.

Gibran dan Nela menaiki lift agar cepat sampai. Senantiasa Nela bergelayut manja di lengan Gibran, bahkan Nela enggan untuk melepaskannya karena saking nyamannya. Mereka hanya berdua saja di dalam lift. Nela menyandarkan kepalanya di bahu tegap Gibran. Untung saja malam ini Nela memakai high heels hingga memudahkan dirinya untuk bersandar di bahu Gibran, biasanya tinggi Nela hanya sebatas dada Gibran jika dia tidak memakai sendal yang ber-hak.

Sesampainya didepan unit Nela, tanpa memerlukan kunci Nela sudah bisa membuka pintu apartemennya, karena apartemennya ini sudah menggunakan smart lock yang menggunakan teknologinya finger print.

Hingga mereka sampai di dalam apartemen baru lah Nela bisa melepas gelayutannya pada Gibran.

"Mas tunggu sini dulu ya, aku ganti baju dulu." Nela meninggalkan Gibran begitu saja. Berjalan terburu-buru menuju kamarnya agar Gibran tidak menunggu terlalu lama.

Gibran menghela nafas, dia memilih untuk duduk di sofa saja. Menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa, pikirannya kini tengah tertuju pada Dina, Gibran meraih ponselnya dan melihat apakah ada balasan dari seseorang yang tadi dikiriminya pesan.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang