part 16

35.2K 2.4K 22
                                    

Siang hari ini Nela melakukan sesi pemotretan seperti biasa, kali ini dia melakukan pemotretan dengan Kevin, partner yang sering kali mendapat job bersama dengan Nela. Tapi ada yang berbeda hari ini, pekerjaan Nela tidak selancar biasanya. Bahkan sering kali Nela ditegur oleh pemilik brand dan fotografer karena hasil jepretan fotonya kurang ber chemistry.

Setelah pekerjannya selesai, Nela menghela nafas berat. Sulit sekali Nela untuk berkonsentrasi, bahkan dia merasa bahwa pekerjannya kali ini kurang maksimal, hingga mendapat banyak teguran. Nela sendiri tidak mengerti kenapa ini terjadi padanya. Apa karena pikirannya yang masih tertuju pada ajakan Gibran ya?

Saran dari Laudi belum sempat Nela lakukan, karena waktu yang mepet. Rencananya malam ini Nela akan menelepon kedua orang tuanya dan meminta pendapat perihal Gibran. Nela yakin orang tuanya pasti setuju-setuju saja, tapi Nela juga ingin menyampaikan kegundahannya dengan hubungan ini. Nela sendiri bingung apa ya membuatnya gundah, dilihat dari sisi manapun Gibran sudah mapan dan siap berumah tangga tapi Nela merasa ada suatu hal yang mengganjal di hatinya. Mungkin dengan berbicara dengan orangtuanya bisa mengatasi hal tersebut.

"You ok?" Nela terperanjat, tersadar bahwa dirinya sedang melamun. Menatap Kevin yang mengajaknya bicara, entah sejak kapan Kevin datang dan memergokinya yang sedang melamun seperti orang banyak pikiran.

"I'm fine." Nela memberikan senyum untuk meyakinkan sang lawan bicara.

"Makan siang bareng? Aku ada rekomendasi restoran yang makanannya enak banget." Kevin menatap Nela dengan penuh pengharapan.

"Boleh. Aku kasi tau Laudi sebentar ya." Nela menerima ajakan karena merasa punya waktu lenggang. Dia juga butuh refreshing walau hanya sebentar untuk menjernihkan pikiran dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Mungkin dengan makanan enak bisa me-refresh otaknya.

Nela mencari Laudi yang ternyata sedang bercengkrama dengan beberapa orang yang turut membantu dalam pemotretan kali ini.

"Di, gue pergi makan bentar."

"Loh gak mau pesan online aja?"

"Gak deh Gue butuh angin segar."

"Ya udah. Pergi sama siapa Lo?"

"Sama Kevin katanya dia punya rekomendasi restoran yang enak." Laudi menyeret Nela menuju toilet yang sedang sepi. Nela yang diseret bak seorang tersangka pencurian hanya bisa diam mengikuti kemana Laudi membawanya. Setelah sampai di toilet dan memastikan tidak ada orang didalamnya, Laudi menatap Nela dengan kecurigaan yang terpancar dari matanya.

"Lo gak ngerasa apa gitu sama Kevin?" Nela mengerutkan kening. Dia merasa biasa saja, tidak ada yang aneh dari Kevin. Bahkan selama mereka terlibat job bersama Nela merasa enjoy-enjoy saja. Kenapa Laudi harus menaruh curiga seperti ini?

"Gak kok, biasa aja. Emang ada apa?" Laudi menghela nafas, Nela ini tidak peka atau memang pura-pura tidak tahu. Dari sikap Kevin saja Laudi sudah dapat menyimpulkan bahwa Kevin ada ketertarikan pada sahabatnya ini.

"Lo hati-hati aja Nel, firasat Gue nih ya Kevin itu ada rasa sama Lo."

"Nggak ah, orang selama ini dia biasa aja sama Gue kayak teman pada umumnya." Nela tidak setuju dengan pendapat Laudi kali ini. Dia tidak merasa bahwa Kevin pernah memperlakukannya secara special.

"Ya Lo hati-hati aja Nel. Kevin tuh kelihatannya player, pas pemotretan terakhir kali aja Gue liat dia selalu cari-cari kesempatan tuh buat mepet-mepet Lo."

"Kan tema pemotretan nya waktu itu emang gitu."

"Mending Lo hati-hati aja Nel, ingat Lo udah ada Gibran." Laudi memperingati Nela sekali lagi. Bukannya dia tidak suka dengan Kevin, tapi dia hanya khawatir saja jika sesuatu terjadi dengan Nela.

* * *

Kevin dan Nela sudah berada di salah satu restoran Jepang yang katanya enak itu. Mereka sudah memesan dan tinggal menunggu makanan datang saja. Jika boleh jujur sebenarnya Nela kurang tertarik dengan makanan Jepang, apalagi yang mentah atau setengah matang. Nela merasa mual jika membayangkan harus menelan makanan mentah.

Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka berdua, bukannya tidak sadar tapi Nela mengabaikan hal itu karena itu merupakan salah satu tuntutan dalam profesinya. Bahkan sering sekali dia digosipkan sedang menjalin asmara dengan rekan-rekan lawan jenisnya, tapi itu sama sekali tidak masalah karena tidak berdampak pada pekerjannya. Hanya saja terkadang Tante Risma membahas tentang itu, menanyakan apakah gosip yang beredar itu benar atau tidak, dan dengan sabar Nela menjelaskan bahwa mereka hanya rekan kerja dan gosip seperti itu sudah sering kali terjadi pada public figure lain selain dirinya.

"Kamu gak masalah banyak yang liatin kita?"

"Gak masalah sih, udah biasa kayak gitu." Kevin mengangguk, setuju dengan ucapan Nela.

Makanan mereka akhirnya datang, seorang pramusaji menyajikan makan mereka. Dalam hati Nela bernafas lega karena dia sudah merasa lapar, tidak bisa jika menunggu lama lagi. Malu dong jika tiba-tiba perut Nela berbunyi keroncongan, terlebih di tempat umum seperti ini. Bisa hancur image yang dibangunnya. Pagi tadi memang Nela hanya sarapan roti tawar yang dibelinya di minimarket sebelum ke rumah Laudi.

Saat tengah asik mengunyah makanannya, mata Nela jelalatan menelusuri seluruh titik di restoran itu. Berbagai hal ditemukan oleh mata jelinya, dari deretan cowok ganteng sampai beberapa artis juga yang tengah berbelanja dengan teman maupun keluarga.

Tatapan Nela terhenti pada satu objek yang juga membalas tatapannya. Nela menelan makanannya dengan berat. Nafsu makannya seketika hilang mendapatkan sorot mata tajam dari orang tersebut. Dengan segera Nela mengunyah makanannya agar cepat habis. Nela hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk menghabiskan makanannya, mengambil gelas ocha nya dan segera meminumnya.

"Kevin aku duluan ya, tiba-tiba ada urusan." Tanpa perlu menunggu persetujuan Kevin, Nela segera berdiri dan mengambil tasnya. Kevin tidak kuasa mencegahnya, memang sedari awal Kevin peka dengan perubahan Nela yang tiba-tiba terlihat buru-buru. Tatapan Kevin mengikuti setiap langkah Nela, hingga berhenti di salah satu meja yang tidak jauh darinya.

Nela menyentuh bahu seseorang yang diamatinya dari tadi. Ini lah alasan mengapa dia buru-buru, karena dia ingin menghampiri orang ini. Nela takut jika terlalu lama bersama Kevin, maka akan membuat orang ini salah paham. Bak seorang yang sedang terciduk selingkuh saja Nela rasanya.

"Mas, lagi makan siang ya?" Gibran menoleh kearah suara yang ditujukan padanya. Nela duduk tanpa meminta izin pada dua orang yang berada disana.

"Iya." Nela hanya diam mengamati Gibran yang sedang makan. Dalam otaknya sudah tersusun beberapa kata yang akan dilontarkannya agar Gibran tidak salah paham padanya.

Sedangkan seorang laki-laki lain, yang masih berada dalam satu meja terlihat bingung dengan keadaan ini. Tapi dia memilih diam saja karena waktunya masih tidak tepat untuk berbicara.

"Siapa bro?" Tanya laki-laki, setelah dia juga Gibran sudah menghabiskan makanannya. Laki-laki tersebut menatap Gibran penuh penasaran.

"Nela, tunangan Gue." Jawab Gibran singkat. Bahkan dia tidak ada niat mengenalkan laki-laki tersebut kepada Nela.

"Hai." Nela melambaikan tangannya pada laki-laki tersebut yang ternyata bernama Bagas, salah seorang teman Gibran.

"Tunggu,tunggu sejak kapan Lo punya tunangan?" Bagas terlihat bingung dengan keadaan didepannya. Mau dibilang bercanda tapi rasanya tidak mungkin.

"Udah lama. Acara privat cuma dihadiri keluarga."

"Kok Lo gak cerita sama Gue?"

"Gue bukan ABG yang apa-apa harus diceritain."

"Oh jadi ini nih yang ke pantai sunset an berdua?" Ujar Bagas setelah berhasil mengingat foto yang Gibran posting di akun sosial medianya. Bagas tampak Menaik turunkan alisnya, menggoda Gibran. Sepertinya manusia kulkas satu ini sudah mulai luluh dengan sosok Nela.

TBC

Akhirnya setelah sekian lama aku balik guys. Part kali ini udah direvisi, tapi kalau masih ada typo dikomen aja gak apa.

Mohon bersabar ya buat update part-part selanjutnya. Tolong dimaklumi kalau lama. Terimakasih.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang