part 32

32.5K 2.2K 32
                                    

"Tante Risma belum datang Mas?" Sudah sejak tadi, Nela celingak-celinguk mencari keberadaan calon mertuanya itu. Gibran menoleh kearah Nela dan seakan baru tersadar, bahwa dia juga belum melihat keberadaan orangtuanya di tempat ini.

Gibran mengambil handphonenya yang berada di saku, lalu langsung mendial nomor Mamanya itu.

"Halo. Kenapa Bran?" Tanya orang disebrang sana saat panggilan telepon tersambung.

"Dimana Ma?"

"Ini Mama udah di depan, kenapa emang? Tumben banget tanya Mama udah di mana." Jawab Tante Risma sekaligus mengandung sindiran yang ditujukan untuk putranya yang biasa bersikap cuek.

"Nela nyariin."

"Oh jadi kalau Nela gak nyari Mama kamu gak bakalan tanya Mama ada dimana gitu maksudnya."

"Bukan gitu Ma." Gibran mengelak tuduhan Mamanya.

"Udahlah Mama mau jalan kedalam." Panggilan diakhiri sepihak oleh nyonya Risma Pramudya nan cantik jelita yang usianya sudah tidak belia.

"Gimana?" Nela penasaran dengan percakapan antara Gibran dan Mamanya itu.

"Sebentar lagi sampai." Nela mengangguk. Diraihnya gelas berisi coklat hangat yang tadi dimintanya pada salah satu pelayan yang bekerja di rumah Tante Ani.

"Nela sayang." Seru Tante Risma berjalan mendekati Nela dengan tangan yang direntangkan, meminta untuk dipeluk. Nela tersenyum melihat sosok yang baru muncul itu, lantas Nela berdiri dan menerima pelukan dari Tante Risma. Tidak lupa cipika-cipiki ala perempuan jaman sekarang.

"Tante baru sampai?" Basa-basi Nela.

"Iya. Baru aja sampai." Tante Risma mengamati penampilan Nela, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Wah cantik banget calon mantu Tante." Puji Tante Risma akan penampilan memukau Nela malam ini. Nah, akhirnya tidak terasa sia-sia perjuangan Nela untuk tampil memukau malam ini, ternyata ada Tante Risma yang dengan senang hati memujinya.

Jangan mengharapkan pujian dari Gibran karena itu tidak akan terjadi, sangat berbanding terbalik dengan Mamanya yang selalu memuji Nela dalam hal apapun. Bahkan Nela merasa jika Tante Risma melihatnya baru bangun tidur dalam keadaan berantakan pun akan dipuji cantik oleh-nya.

"Makasih, Tante juga gak kalah cantik malam ini. Pantas om bisa klepek-klepek sama Tante." Nela membalas, turut serta mengikut sertakan Papa Gibran didalamnya. Papa Gibran yang mendengar ucapan Nela hanya terkekeh, tidak salah memang ucapan Nela itu.

"Oh jelas itu." Jawab Tante Risma dengan percaya diri.

"Ayo duduk Tante, om." Nela mengajak kedua orang tua Gibran untuk bergabung dengan mereka.

Mereka berempat kini sudah duduk disatu meja yang sama. Kedua wanita, Nela dan Tante Risma sudah sibuk membicarakan apa saja yang menurut mereka menarik, jika sudah seperti ini Gibran dan papanya hanya diam mendengarkan apa saja yang sedang mereka bahas. Tidak jarang Gibran merasa heran akan kedekatan Nela dan Mamanya itu, ternyata jarak usia yang jauh tidak membuat komunikasi antara mereka berdua terhambat. Apa saja yang diperbincangkan pasti kedua wanita itu selalu nyambung. Coba saja jika berbicara dengan Gibran, sering kali Mamanya itu tidak mengerti dengan obrolan yang dibahas.

"Tante, Nela ke toilet dulu ya." Pembicaraan itu rupanya harus terjeda kerena Nela yang tiba-tiba ingin pergi ke toilet. Mendapat persetujuan Tante Risma, Nela segera berdiri.

"Saya antar." Gibran menawarkan diri, Nela menerima saja karena dia tidak tau letak toiletnya berada dimana. Mereka berjalan keluar dari ruangan tempat keluarga besar Gibran berkumpul itu, setelah beberapa banyak langkah terlewati, Gibran menunjuk sebuah ruangan yang pintunya tertutup, yang ternyata itu adalah toiletnya.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang