Udah lama banget ga update, sorry guys. Karena emang aku belum sempat aja.
Maaf banget udah buat kalian nunggu lama. Enjoy, jangan lupa vote dan komennya.
•
•
•
Satu minggu sudah dilalui Gibran tanpa kabar dari Nela. Hidupnya terasa menonton, tidak ada sesuatu yang berarti. Dengan kehadiran Nela bisa membuat hidup Gibran lebih berwarna. Hal-hal kecil yang tidak pernah Gibran lakukan selama ini, Nela berhasil mengubahnya. Hanya Nela yang berhasil membuat Gibran uring-uringan seperti ini.
Urusannya dengan Dina kini sudah benar-benar selesai. Beberapa hari lalu Gibran mengajak Dina untuk bertemu. Disana Gibran meminta tolong pada Dina untuk jangan lagi menghubungi dirinya, karena Gibran sudah punya Nela yang harus dia jaga perasaannya. Gibran juga meminta pada Dina agar tidak menemuinya lagi. Malam itu Gibran mempertegas segalanya bahwa hubungannya dan Dina sudah berakhir, dan sekarang Gibran sudah menjadi milik Nela. Tidak ada lagi ruang kosong dihatinya, dan yang terpenting Gibran menegaskan bahwa tidak ada lagi harapan untuk hubungan dia dan Dina.
Beberapa pekerjaan Gibran tidak selesai dengan sempurna karena pikirannya masih tertuju pada gadisnya. Bahkan sempat beberapa kali Gibran sampai dimarahi oleh client nya. Beruntungnya dalam kondisinya saat ini Gibran tidak sedang menerima projek besar, jika tidak bisa dipecat dia karena mengacau. Selama satu minggu ini juga Gibran hanya bisa mengawasi Nela melalui sosial media. Laudi pun kini sudah tidak lagi menanggapi jika Gibran menanyakan tentang Nela padanya, mungkin saja Nela sudah menceritakan masalah mereka pada Laudi. Tidak, Gibran tidak marah tentang itu, menurutnya Nela punya hak untuk bercerita ke orang lain, Nela butuh seseorang untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakannya, dan jika Laudi adalah orang yang tepat kenapa Gibran harus masalah dengan itu. Lagipula Laudi bukan tipe yang akan mengumbar masalah Nela pada orang lain.
Salah satu yang menjadi kegiatan rutin Gibran selama ini adalah selalu memberi kabar pada Nela melalui pesan. Meskipun akan berakhir tidak mendapat balasan, tapi Gibran sudah senang jika Nela membacanya. Dalam pesan itu Gibran menceritakan apa yang sedang dia lakukan, sedang berada dimana bahkan sebelum tidur Gibran selalu mengucapkan selamat tidur dulu pada Nela. Setidaknya dengan cara itu Nela bisa mengetahui bahwa Gibran masih menunggu balasan dari gadis yang telah berhasil mencuri cintanya. Gibran berjanji jika Nela telah memaafkannya maka Gibran akan mencurahkan seluruh perhatian pada Nela. Gibran akan memenuhi apapun permintaan perempuan itu jika masih dalam tahap wajar. Semoga saja secepatnya Nela segera mengirim kabar pada Gibran.
• • •
Tidak jauh berbeda dengan Gibran, seminggu ini Nela lalui dengan merenungkan akan dibawa kemana hubungan mereka. Pesan-pesan Gibran membuat Nela goyah, entah laki-laki itu mengirim pesan dengan tulus atau hanya untuk membujuknya saja.
"Bengong mulu perasaan." Laudi menepuk bahu Nela. Sejujurnya Laudi tidak senang jika melihat sahabatnya sering melamun seperti ini.
"Apa sih Lo, ngagetin aja." Kesal Nela, akhir-akhir ini dia memang lebih sensitif, bahkan tidak jarang Laudi kena marah jika melakukan kesalahan kecil. Entah itu karena pengaruh tamu bulanan yang akan segera datang atau karena otaknya mumet memikirkan hubungannya dengan Gibran.
"Udahlah Nel, gua kasihan liat Lo melamun terus. Kalau emang Lo kangen sama dia ya temuin, perempuan itu tidak selamanya harus menunggu ada kalanya Lo yang harus nemuin dia duluan. Gengsi jangan dipelihara."
Mendengar Laudi berbicara seperti itu, Nela menghela nafas. Hatinya selama ini meronta-ronta agar segera membalas pesan-pesan yang dikirimkan Gibran, tapi logikanya menolak.
"Tuh kan dia ngirim pesan lagi." Laudi menunjuk handphone Nela yang berdering diatas meja. Nela hanya meliriknya sekilas.
"Gue tau permasalahan kalian gak semudah itu. Tapi Gibran udah kasih tau kan ke Lo bahwa dia sama Dina udah berakhir. Gak tanggung-tanggung bahkan Gibran minta Dina buat gak nemuin dia lagi. Dari sana masa Lo gak ngerti?"
"Ngerti apa sih? Kalau ngomong tuh yang jelas, jangan muter-muter." Laudi berdecak, memang dasar Nela ini gengsi nya tinggi sekali.
"Kayaknya otak Lo ikutan menyusut deh Nel sampai gak bisa mikir gini." Nela menatap Laudi sinis. Yang ditatap hanya cengengesan tanpa rasa bersalah.
"Ya masa sih Lo gak ngerti juga. Gibran tuh takut Lo pergi dari dia. Gibran gak mau kehilangan Lo, dia tuh udah cinta sama Lo Nela."
Nela menatap Laudi serius, dia tidak ingin bercanda saat ini. Laudi berdecak, Nela ini susah sekali percaya. Apa perlu Laudi menyeret Gibran kehadapan Nela saat ini juga?
"Lo gak percaya banget sama gue. Gue tuh udah jadi saksi pahit manisnya hubungan kalian berdua. Dan dari apa yang gue liat, Gibran tuh udah berubah. Ya meskipun dia masih dingin kayak kulkas 10 pintu setidaknya dia udah mulai nunjukin perhatiannya kan sama Lo."
Nela berpikir, ada benarnya juga yang Laudi ucapkan. Tapi dia masih butuh pembuktian dari Gibran bahwa laki-laki itu tidak akan main-main lagi. Berkali-kali dibohongi oleh Gibran membuat Nela susah untuk percaya lagi.
"Gue gak bisa percaya gitu aja Di, berkali-kali dia bohongin gue. Gue butuh pembuktian bahwa kali ini dia emang benar-benar serius sama Gue."
Laudi mengangguk, benar yang diucapkan Nela. Setelahnya dia bantu memikirkan kira-kira bukti apa yang bisa Gibran berikan untuk menunjukkan keserius dalam hubungan ini.
"Eh kok Gue sih yang repot-repot mikir." Laudi tersadar, ternyata otaknya tidak jauh beda dengan Nela.
"Ya udah Lo bilang sama Gibran kalau Lo butuh bukti, biar dia pusing sendiri nanti."
"Kalau ternyata dia gak bisa ngasih gimana?"
"Ya berakhir, gitu aja kok repot." Laudi mengatakannya dengan lugas, Nela menatap Laudi tajam. Dikira hubungan ini main-main apa.
"Udahlah sekarang hubungin Gibran. Jangan bertele-tele gini, lebih cepat lebih baik." Laudi meraih handphone Nela dan memberikan kepada orangnya.
Nela menatap Laudi untuk memastikan. Dia masih gengsi, masa harus sekarang sih? Apa tidak terlalu cepat?
"Udah sini biar gue yang teleponin." Inisiatif Laudi, jika menunggu hingga Nela tidak gengsi kapan masalah ini akan selesai.
Laudi segera mencari kontak Gibran dan mendial nya. Nela hanya bisa menatap pergerakan jari Laudi di atas layar. Dering pertama, masih belum diangkat. Dering kedua, panggilan diterima oleh orang diseberang sana. Nela terkejut, apa Gibran sangat menanti kabar darinya hingga se-gercep itu.
"Nela." Panggil orang diseberang sana setelah beberapa detik masih tidak ada jawaban.
"Nela." Panggil ulang Gibran, kegugupan tidak bisa disembunyikan dari suara itu. Nela kembali menatap Laudi. Laudi mengangguk, memberikan keyakinan agar Nela segara menjawab panggilan itu sebelum Gibran memutus panggilan.
Nela menghela nafas pelan, lalu mulai membuka suaranya.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in love
RomanceNela seorang selebgram yang sedang naik daun karena sering kali digosipkan tengah berkencan dengan partner nya. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, dia sudah mempunyai tunangan seorang pengacara, yang berasal dari keluarga kaya raya. Sikapnya yang...