"Dalam penerbangan kali ini, ada unaccompanied minor yang berusia 8 tahun, satu ibu hamil, dan dua orang lansia."
Semua perhatian tertuju pada Mega, purser penerbangan menuju Denpasar dan Cengkareng hari ini. Setelah menyebutkan detail penerbangan, akhirnya ia menyampaikan informasi special passenger kepada semua awak kabin.
Setelah itu, para awak mengeluarkan sejumlah persyaratan terbang. Paspor, license, FAC, buku panduan dan crew ID diperiksa satu per satu. Begitu selesai, giliran seragam dan make-up yang diperiksa Mega.
"Kamu gak keliatan begitu seger, lho, Bi. Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Mega, lengkap dengan nada khawatir.
Bintang berusaha tersenyum. "Gak apa-apa, kok, Mbak. Semalem cuma agak susah tidur. Tapi, aku sehat, kok."
"Tetap fokus selama penerbangan nanti, ya. Kita gak ada deadheader."
"Baik, Mbak," jawab Bintang dengan mantap.
Sama seperti pekerjaan yang lain, pramugari juga dituntut tetap bisa fokus bekerja meski kondisi tubuh sedang kurang fit. Bedanya, tempat kerja mereka ada di udara. Jelas akan lebih menantang dan menguras tenaga. Tidak peduli Bintang hanya bisa tidur 3 jam, dia tetap harus melayani penumpang dengan baik.
Begitu pre-flight briefing dan pre-flight check selesai, Bintang dan awak kabin yang lain segera menuju pesawat. Mereka harus melakukan memeriksa alat keselamatan dan distribusi makanan.
"Mbak," sapa Erika saat bertemu di galley. Dia tersenyum penuh arti dan berbisik, "Mbak Bintang tahu, kan, kalau aku pinter jaga rahasia? Selama ini, kalau Mbak curhat, gak pernah bocor ke luar, kan? Aku orangnya amanah, Mbak. Bisa bedain juga mana yang yang harus jadi rahasia, mana yang enggak."
"Terus?" sahut Bintang, seraya menata makanan.
"Jadi, Mbak gak usah ragu buat curhat mengenai hubungan Mbak sama Mas Elio," lanjut Erika.
Bintang mengembuskan napas panjang dan menatap Erika dengan malas. "Masalah itu lagi? Gak ada topik pembicaraan yang lebih berbobot?"
Bibir Erika memgerucut seketika. Ia pun menata peralatan makanan penumpang sembari terus bicara. "Aku penasaran aja, Mbak. Mbak bilang gak ada apa-apa sama Mas Elio, itu cuma gosip. Tapi, semalem aku lihat kalian keluar dari penginapan bareng-bareng. Kan, aku jadi bingung. Butuh kepastian, nih."
"Bilang aja lo butuh bahan gosip yang baru!" dengkus Bintang. "Semalem cuma kebetulan aja satu lift. Gue mau jalan-jalan di taman penginapan, dia mau ke bar. Cuma itu, gak lebih."
"Tapi, aku lihat Mas Elio senyum lebar banget ke Mbak Bintang. Mana pakai kedip-kedip segala." Erika memicing dan menatap Bintang penuh arti. "Yakin gak ada apa-apa?"
"Percuma gue jawab juga, kan? Lo gak akan percaya."
Erika benar-benar bungkam kali ini. Sesekali dia melirik Bintang, sesekali fokus pada pekerjaannya.
Elio Sebastian cukup sering dibicaran selama sebulan terakhir. Kopilot dari Cakrawala Air itu menarik banyak perhatian awak kabin karena ketampanannya. Selain itu, dia juga sangat mudah berbaur, ramah, dan karismatik. Aroma lilly of the valley yang menguar saat dia lewat pun akan selalu menjadi magnet tersendiri. Kaum hawa pasti akan langsung meliriknya dalam waktu yang cukup lama.
Selama sebulan terkahir, Erika dan awak kabin yang lain berpikir Elio adalah sosok yang terlalu tinggi untuk mereka semua. Dia tidak akan mudah digapai. Namun, tiba-tiba saja lelaki itu mengaku telah mengenal Bintang sejak lama, dari bangku kuliah. Tentu itu menjadi gunjingan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly to You [Tamat]
RomanceApa yang salah dari status lajang di usia 30 tahun? Apakah itu adalah sebuah kesalahan besar sampai orang-orang di sekitar terus bertanya kapan menikah? Hanya karena belum memiliki pasangan, hidup Bintang Skylar tidak menyedihkan sama sekali. Justru...