20. As Your Ex

8K 748 12
                                    

“Lho, pada ke mana?”

Bintang dan Erika celingak-celinguk mencari rekan kerja mereka. Jelas-jelas Mega mengajak mereka makan bersama, tetapi tidak ada siapa-siapa di lobi hotel. Hanya ada dua anak manusia yang saling pandang dengan penuh tanya.

“Wah, kita ditinggalin,” cetus Erika sambil geleng kepala. “Perasaan, kita gak lama-lama banget, deh, Mbak. Mereka udah main pergi aja.”

Terdengar embusan napas panjang dari bibir Bintang. “Mungkin mereka udah pada laper, jadi nunggu sebentar aja berasa lama banget.” Ia pun menggandeng baju Erika. “Ya udah, kita makan berdua aja kalau gitu. Tenang, gue yang traktir.”

Garis kecewa di wajah Erika menghilang seketika. “Serius, nih? Wah, makasih banyak, ya, Mbak! Tahu aja dompet aku mulai menipis,” jawabnya sembari cengengesan.

Keduanya pun berjalan beriringan menelusuri paving block, meninggalkan hotel. Namun, baru beberapa langkah, mereka dikejutkan dengan Elio yang tiba-tiba muncul dari taman depan hotel. Lelaki itu mengedarkan pandangan sesaat, kemudian menatap Bintang dan Erika.

“Yang lain mana?” tanya Elio.

Dengan kompak, Bintang dan Erika mengangkat bahu tak acuh.

“Kita aja heran di lobi gak ada siapa-siapa. Kayaknya, sih, udah pada pergi duluan. Kita ditinggalin.”

Bahu Elio merosot seketika. “Padahal cuma gue tinggal angkat telepon sebentar, udah pada hilang aja.”

“Kalau gitu, Mas Elio makan sama kita aja, Mas. Mbak Bintang yang traktir, lho.”

Saat itu juga, gandengan Bintang terlepas. Dia melipat tangan di depan dada seraya menatap Erika dengan sebelah alis yang terangkat tinggi. Juniornya ini sering sekali bicara tanpa berpikir lebih dulu. Untung saja, dia berhadapan dengan Bintang, bukan dengan senior yang lain.

Erika nyengir. “Kasihan kalau Mas Elio makan sendiri, lho, Mbak. Ini di kota orang, gimana kalau ada apa-apa?”

Bintang melirik Elio dengan malas. Melihat lelaki itu berdiri sendirian seraya menatapnya penuh harap membuat hati Bintang tak tega juga. Bintang tidak makan berdua dengan Elio, ada Erika juga. Seharusnya, ini tidak akan memicu gosip yang baru, bukan?

“Ya udah, ayo,” pasrah Bintang pada akhirnya. Ia melangkah lebih dulu, tak memedulikan Elio dan Erika yang sudah hi-five di belakangnya.

“Mbak Bintang tambah cantik kalau lagi mode baik gini, lho.” Erika menyusul dan menggandeng tangan Bintang.

“Lagian, bahaya juga kalau kalian cuma pergi berdua. Kalau ada cowoknya, gak akan ada yang berani macem-macem,” ucap Elio sambil menyejajarkan langkahnya. “Dan lo tenang aja, gue yang traktir.”

Saat itu juga, Bintang langsung menoleh. “Bener, ya? Gak bohong, kan?”

“Iya, bener. Emang kapan gue bohong, sih?”

“Sering banget! Apalagi kalau berhadapan sama cewek cantik. Beuh, semua kata-kata lo penuh muslihat!” balas Bintang dengan menggebu-gebu. “Gue gak tahu berapa kali lo bohong waktu masih pacaran sama gue dulu, tuh.”

“Kenapa doyan banget bahas masa lalu, sih, Bi? Belum move on, ya? Lo masih ada rasa sama gue, kan? Ngaku!” cerca Elio sembari mengguncang bahu Bintang.

“Enggak, ya. Enak aja!”

Erika hanya bisa tertawa melihat perdebatan Bintang dan Elio. Sekalipun Bintang sudah memasang sikap seketus mungkin, Elio terus saja menggodanya. Perselingkuhan 10 tahun lalu—yang mungkin sempat melukai Bintang—kini menjadi bahan candaan di antara mereka.

Fly to You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang