Libur panjang t'lah ku lewati bersama pria sialan bernama Jaka yang saat ini telah menjadi tunangan ku.
Bertunangan dengannya dengan rasa terpaksa sungguh melelahkan, belom lagi harus mengikuti aturan-aturan yang dirinya bikin sendiri tanpa meminta persetujuan dengan ku terlebih dahulu.
Libur tlah usai, aku kembali disibukan dengan rutinitas dunia perkuliahan. Ya! Ini lebih baik dibanding harus memikirkan nasib ku kedepannya.
'Tumben banget kampus sepi gini, nyesel banget tadi ga nungguin anak-anak.'
Doooorrrr!!
Hahh! Ledakan apa itu. Ledakan yang cukup keras hingga berdengung ditelinga siapapun yang mendengarnya,
Dengan kedua tangan menutup telinga. Netra mata Rayana tak mau tinggal diam saja,segera dirinya mencari arah sumber suara itu.
Sebagian mahasiswa yang berada di sekelilingnya berlarian berhamburan, Rayana mengikuti arah mereka berlari.
'Raden?'
Ada apa dengan-nya dan wanita itu, wanita itu memegang pistol ditangan kanan.
Apa yang dipikirkan wanita konyol itu sampai bertindak di luar akal sehat. Apa dia tidak memikirkan tindakan nya akan membahayakan orang lain?!.
Hikss!..hikss!
Tangis wanita itu pecah,"Raden, aku sudah mengagumi mu sejak lama. Tapi kenapa kau harus datang ke party dengan wanita pilihanmu, yang jelas itu menyakitkan bagiku."
"Bagaimana aku tau kau mengagumi ku? Jika kau saja tidak memberitahu ku. Jelas saja aku membawa gadis itu ke party, dia berhasil mencuri perhatianku."
Deg!
Degup jantung kini tak dapat terkontrol kembali.
'Raden, benarkah ucapan itu terucap dari mulut Raden. Wanita itu adalah aku.'batin Rayana
Wanita itu tak terima dengan apa yang telah di jelaskan Raden pada nya,"Tolong mengerti lah, aku mencintai mu. Atau kau akan melihat ku terkapar disini sekarang juga,"
"Mauren! Hentikan tindakan konyolmu ini, kau tidak benar mencintaiku. Kau hanya terobsesi untuk memilik ku" suara sedikit bergetar mengucapkannya namun tetap berusaha lantang.
Wanita itu tak lantas menghentikan tindakannya bahkan saat ini tangis nya semakin menjadi jadi.
Tangan kanan yang sedari tadi memang pestol pun kini mulai terangkat, suara teriakan ketakutan semakin terdengar dari setiap mata yang menatapnya.
Pestol itu tidak lagi mengarah pada dirinya, namun saat ini pestol itu mengarah tepat pada Rayana yang tengah berdiri tegak di sekumpulan kerumunan mahasiswa.
Sontak hal itu membuat mahasiswa lainnya segera menjauhkan diri dari Rayana.
MAUREENNNNN!!!!!
Doorrrrr!
Tapp!
Mata Rayana terpejam sempurna dengan ketakutan yang tak pernah dirinya rasakan sebelumnya,
Namun mengapa dirinya tak merasakan sakit sama sekali?
Rayana membuka kembali matanya yang terpejam. Dirinya dikagetkan dengan sosok Raden yang berdiri didepannya menghalangi peluru itu mendarat pada tubuhnya.
Kak Radennn!!
Ucap nya semakin panik sebab kini tubuh Raden telah terjatuh menimpanya, tanpa ada pergerakan sama sekali.
Mauren hanya bisa berdiri mematung tanpa bisa berkata kata lagi.
"Raden. Gue ga sengaja"ucap Mauren pada tubuh yang terbaring tak sadarkan diri.
Dengan kepanikan yang dirasakan seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu.Segera sebagian mahasiswa menggangkat tubuh Raden, untuk membawanya ke rumah sakit.
"INI SEMUA GARA-GARA LO!!! KALO LO GA GANGGU HUBUNGAN GUE DENGAN RADEN. RADEN GA BAKAL KEK GINI"Mauren menekan Rayana dengan nada menyalahkan menurutnya semua kejadian ini karna sebab Rayana.
"Gue? Kenapa gue! Sedangkan gue ga tau apa-apa soal permasalahan lo dengan Raden. Dan bahkan gue ga tau lo ada hubungan apa sama Raden."
Sebagian mahasiswa tak tinggal diam melihat Mauren semakin semena-mena, dengan cepat mereka menahan tangan Mauren dan menyeretnya keruangan Dekan.
"Ray, ini ada apa?"tanya seseorang menepuk bahu Rayana
"Gue harus pergi dulu, gue ceritain nanti. Raden masuk rumah sakit!"
Mata Muara,Totok,Fara seketika bingung dengan apa yang terjadi.
Carisza dengan rasa penasaran bercampur dengan kepanikan,"Hah!Raden kenapa Ray. Gue ikut lo ya"
"Yaudah ayokk."
*****
30 menit sudah aku dengan Carisza berada di luar ruangan salah satu rumah sakit itu,sedangkan Raden berada didalamnya dengan penanganan seluruh tenaga kesehatan.
Kali ini terlihat pergerakan seseorang tengah membuka pintu dari dalam. Carizsa dengan ku menyambutnya, berharap ada kabar baik dari Raden.
Perawat itu menyampaikan bawasanan terdapat peluru yang mendarat pada sela-sela rongga punggung menembus dada-nya.
Saat ini peluru itu bersarang pada rongga dada nya,"kita akan lakukan tindakan operasi saat ini, terdapat peluru yang saat ini bersarang pada rongga dada pasien. Diharapkan untuk segera menghubungi pihak keluarga dari pasien.
"Carizsa, lo coba telfon kak Ardhan deh kalo engga kak Dewa."
"Percuma!orang tua kak Raden juga masih lebih sibuk mikirin kerjaan-nya."jawab Carizsa sepontan yang entah berantah tau dari mana.
'Carizsa tau dari mana? Apa mungkin dari kak Ardhan.'
Dengan menatap lekat penuh kebingungan Rayana coba untuk mencari tau,"emangnya lo tau dari mana?"dengan penuh kerutan didahi-nya
Terlihat sedikit gugup,Carizsa menjawabnya." Gue sering diceritain kak Ardhan."sembari tertawa datar
*******
Rasa bersalah terus membebani benak Rayana, dirinya ditemani Carizsa yang saat ini tengah duduk disampingnya.
Mereka tengah menunggu kedatangan dari kedua sahabat Raden.
Seorang pria dengan setelan senada bernuansa coklat dengan padupadan moka tegah berlari tergupuh-gupuh menghampiri mereka berdua.
Raut pria itu memerah panik, diikuti pria dibelakangnya dengan nafas tersenggal,"Raden dimana?" Ucap Ardhan cepat
"Kak Raden lagi diruang operasi kak,maafin Rayana ya kak."Rayana menjawabnya langsung dan menyelipkan ucapan permintaan maaf. Bagaimana pun dirinya terlibat dalam kejadian ini. Meskipun Mauren sialan itu yang bertingkah.
Dewa menepuk halus pundah milik Rayana,"udah lah,lo ga salah. Lagian gue denger dari anak-anak Mauren udah dibawa ke kantor polisi kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKA TA'ARUF (ON GOING)
Teen FictionApakah kalian percaya dengan sebuah kalimat, "jodoh adalah cerminan dari diri?" Mungkin, sebagian orang akan mempercayainya. Lalu bagaimana setelah kalian tahu jalan hidup Rayana Kanza Zeneffa, apakah kalian masih percaya.? Gadis tempramental,dengan...