🕛
Menerjang hujan seperti mati rasa, Jisung tetap melangkah meski banyak orang-orang di sepanjang perjalanannya bertanya-tanya.
Ia terus berjalan, tidak mengindahkan situasi, sampai tangisan langit yang deras itu berubah menjadi rintik gerimis.
Saat ini, yang dia pikirkan adalah cepat sampai rumah dan tidur tanpa memikirkan hal rumit yang menyesakkan hati dan selalu membuat pesimis.
Suara klakson sepeda motor membuyarkan atensinya dari lamunan, ia menatap ke sekeliling dari balik tudung hoodie dan lingkupan maskernya.
Ah, ternyata dia kini sudah sampai di depan minimarket tidak jauh rumahnya.
Perutnya berbunyi ketika ia melirik ke dalam minimarket, terutama pada jajaran rak yang menyediakan makanan cepat saji dan minuman dengan perasa buah.
Ia pun bergegas masuk, ingin hati bergegas ke tujuannya, namun senyum getir yang dibuatnya karena ia sadar kalau uang sakunya tidak cukup untuk membeli apa yang diinginkannya.
Memilih beralih pada rak yang menjajakan snack cokelat, lalu mengambil dua bungkus choco pie. Setelahnya, ia berkeliling sejenak sampai ia tiba di rak yang terdapat lilin-lilin kecil untuk hiasan cake ulang tahun.
Sempat ragu, namun ia akhirnya mengambil satu lilin yang dijual satuan seraya lekas membawa belanjaannya ke kasir.
"Semuanya seribu dua ratus won," ujar kasir yang melayani si Pemuda Februari.
Jisung memberikan uangnya dengan cepat lalu bergegas mengemas belanjaannya ke dalam saku hoodie-nya.
"Terima kasih sudah berbe—"
Belum sempat kasir itu melengkapkan kalimatnya, Jisung sudah lebih dulu membungkuk seraya bergegas keluar dari sana.
🕛
Kembali melanjutkan perjalanan pulang, Jisung tak henti menertawakan keputusannya menghabiskan uang saku untuk hal konyol seperti itu.
Tetapi dia juga menyadari, kalau jauh di dalam lubuk hatinya, ia juga menginginkan hal yang sempat dibayangkannya sebelum memutuskan untuk membeli lilin tadi.
"Apa yang sebenarnya sedang aku lakukan?" monolognya. "Melakukan hal yang semakin membuat situasi hidupku terlihat lebih menyedihkan?"
Ia terus bermonolog tanpa menghiraukan sekitar sampai ia mendengar suara rintihan seseorang sekaligus tawa mencemooh dari beberapa orang.
Sebenarnya ingin menghiraukan, tetapi saat melihat kalau pemilik rintihan kesakitan itu adalah seorang pria tua dengan pakaian lusuh dan ada gerobak berisi potongan-potongan kardus serta kemasan minuman kaleng kosong, Jisung pun tidak tahan untuk tidak membantunya.
"Ya!!" sentaknya pada tiga orang pemuda seusianya, pemilik tawa mencemooh yang tengah mem-bully pria tua itu. "Apa kalian tidak ada pekerjaan lain?!" Jisung membantu Kakek itu berdiri lalu menatap ketiga pemuda itu dengan geram.
"Kenapa? Kau ada masalah?" tanya salah satunya yang memakai hoodie berwarna merah. "Kau siapa? Cucunya?"
Jisung mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Lalu? Kalian sendiri? Siapa?" tantangnya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
18 || SUNGJAEM
Fanfiction【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...