Read All About It

267 43 14
                                    




🕛









Bosan.


Itu yang dirasakan oleh Jisung saat ini.


Dia mencoba untuk kembali tidur siang, tetapi sekarang sudah pukul 05.10 sore. Dia sempat beralih pada koleksi manga Slam Dunk Jaemin, tetapi hampir semua volume sudah dibacanya. Semua hal yang sekiranya bisa membuatnya tetap berada di kamar Jaemin sudah dilakukannya, tetapi semua itu malah membuat rasa bosannya semakin menjadi-jadi.


Sebenarnya dia ingin sekali berjalan-jalan di lingkungan sekitar, tetapi, sekali lagi, sayangnya, langit sedang menangis dengan mengharu biru. Dia bisa saja meminjam payung Jaemin seperti tempo hari, namun diurungkannya karena mengingat bagaimana Appa-nya itu hampir menangisi payung H.O.T kesayangan yang sudah dianggapnya seperti salah satu dari ketujuh horcrux-nya.


Lelah mencari—berpikir tentang sesuatu yang menarik—Jisung pun menyerah dan memilih untuk merebahkan diri di atas ranjang Jaemin.


Beberapa saat dihabiskannya dengan terdiam dan tatapan tertancap pada langit-langit, sampai akhirnya dia kesal sendiri.


"Ugh!" Jisung menggeram seraya turun dari ranjang Jaemin. "Kenapa Appa tidak membawa Nintendo-nya dari rumah Halmae?" Ia bersungut-sungut sambil menatap keluar jendela. "Dengan itu aku bisa bermain Mario Bross dan tidak akan bosan seperti ini."


"Hei! Apa hobimu sekarang adalah menangis?!" omelnya pada langit yang masih berjubah abu-abu gelap.


"Tch!" Jisung mengalihkan tatapannya pada meja belajar Jaemin. Ditiliknya setiap benda yang berada di sana sampai penjelajahan nertanya tertumbuk pada semangkuk kecil permen karamel susu dengan post-it notes yang menempel di pinggirannya.


Dahinya mengernyit tebal dan bibirnya mengerucut lucu. Dalam hatinya tengah bertanya-tanya tentang kenapa dia baru menemukan permen plus pesan dari Appa-nya itu.




Jangan mencuri lagi. Aku punya banyak. Kalau kau memintanya dengan baik-baik, pasti akan kuberikan. Seperti ini.

Selamat menikmati, Andy Lee!




Senyum tampan sekaligus hangat terukir di wajah si Pemuda Februari. "Seperti déjà vu," gumamnya lirih seraya mengambil sebutir permen lalu mengulumnya dengan penuh kenangan di masa depan.


"Hmph!" Jisung menggeser kursi meja belajar lalu duduk dengan tenang. "Mana ada yang namanya kenangan tentang masa depan? Yang ada, kenangan tentang masa lalu dan impian tentang masa depan."


Di sini, Jisung kembali terdiam; menikmati permen sambil menatap hujan yang terus saja mengguyur permukaan bumi tanpa henti.


"Aku bosaaaan~ sungguh bosaaaaan~" Ia bernyanyi di sela-sela tanpa disadarinya. "Kenapa kehidupan Jaemina sangat membosankaaaan~" Tangannya terulur, mengambil buku harian Jaemin yang diselipkan di antara buku-buku pelajaran. "Kisah kasih di sekolah~ dengan Jaeminaaaa~"


Ia masih bernyanyi, meski sekarang jemari sudah menari, membalik setiap halaman yang pernah dibacanya.


"Masa-masa paling membosankan~ masa-masa di sekolaaaah~ Kisah kasih paling membosankan~ kisah kasih milik Jaeminaaaa—HUH?!"


Kedua manik rubah membola saat melihat sesuatu yang sama sekali tidak bisa dijelaskan oleh nalarnya.


"I-ini..." Jemari Jisung menari di halaman terakhir; halaman kosong tertanggal hari ini, kerja retinanya dipercepat demi mengantarkan setiap kata yang dibacanya ke otak. "Ke-kenapa bis—"


18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang