🕛
"Appa..."
Kedua manik Jisung yang memanas, kini mulai menelurkan butiran airnya. Nafasnya kian tercekat, namun kenapa di hatinya ada perasaan lega?
"Appa," ulang Jisung, yang kini tengah memegangi kedua bahu pemuda itu dengan erat. "Appa... Appa!"
Siswa itu dengan cepat menepis kedua tangan Jisung seraya beringsut menjauh. Tatapannya berubah dari kebingungan menjadi ketakutan luar biasa.
Jelas, siapa juga yang tidak takut jika ada orang asing tetiba mendekat lalu memanggil dengan sebutan aneh.
"Appa! Ini aku!"
"E-eoh..." Siswa itu tersenyum canggung. "An-anyeong?" Dengan cekatan, siswa itu memasukkan buku catatannya ke dalam tas ranselnya seraya kabur secepat kilat dari sana.
Jisung, yang sempat terkesiap sejenak, akhirnya menyadari situasi kalau siswa itu kabur. Ia pun sontak berlari; mengejar dengan sisa-sisa tenaganya.
Entah sudah berapa lama Jisung mengejar siswa itu, tetapi yang dia tahu, sekarang dia tengah kehilangan jejaknya.
Ia memendarkan tatapannya ke sekeliling dan mendapati kalau sekarang ia tengah berada di taman bermain kecil dekat perumahan warga.
"Huh?" Labirin imajiner kembali muncul di dahi Jisung.
Ia terdiam sejenak untuk menarik nafas sambil mencoba mengolah déjà vu yang kembali menghampiri benaknya.
Dia tidak asing dengan lingkungan ini. Dia yakin kalau pernah melalui ... ah, tidak, dia pernah bermain perosotan di taman itu.
"Aish..." umpatnya lirih saat menyadari kalau sepertinya orang yang dikejarnya itu sudah hilang entah ke mana.
Memilih untuk menyerah, Jisung berjalan mendekat ke taman bermain itu untuk mencari tempat duduk. Tetapi, baru delapan belas langkah diambilnya, netranya menangkap sekilas bayangan seseorang yang tengah bersembunyi di balik perosotan.
Penasaran, ia pun mendekati sosok pemilik bayangan itu. Kilatan dari lining kuning neon dari tas ransel membuat Jisung mendesah panjang.
"Di situ rupanya..." lirihnya.
Ia pun berjongkok tepat di depan perosotan. Ditariknya nafas panjang lalu dihembuskannya dengan sangat perlahan.
Aku menemukanmu," ujar Jisung.
Tidak ada balasan. Jisung kembali menghela nafas panjang dan lebih berat kali ini.
"Aku berani sumpah kalau aku bukan orang jahat," tegasnya seraya hendak menghampiri siswa itu. "Aku malah ingin mem—"
"Ja-jangan mendekat!" hardik siswa itu. "A-aku akan menelepon POLISI!"
Gerakan Jisung terhenti saat siswa itu meninggikan suaranya. Ia kembali terdiam seraya bersandar pada perosotan.
"Akh!" Jisung memegangi dadanya. "Sial!" Ia sempat lupa akan kondisi jantungnya tadi saat berlari seperti orang kesetanan demi mengejar orang ini.
Ia meremat dadanya yang terasa seperti dihimpit oleh dua batu besar, kepalanya kembali berdenyut, begitu pula dengan nafasnya yang kembali terengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
18 || SUNGJAEM
Fanfiction【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...