🕛
Dua pasang manik saling beradu dalam keheningan malam; satu memancarkan hatapan, satu memicing penuh hujatan.
Baik Jisung maupun Jaemin saat ini tengah mencoba memproses apa yang sedang terjadi sampai Jaemin berjongkok lalu memungut sesuatu.
"Aw! Aw!"
Jisung meringis saat perutnya terkena beberapa kali lemparan kerikil-kerikil berukuran cukup besar dari Jaemin.
"Penguntit mesum! Aku akan benar-benar melaporkanmu ke Polisi!" ancam Jaemin seraya bergegas pergi.
"Astaga..." keluh Jisung, "mau sampai kapan aku mengejarnya?"
Ia sudah lelah, tetapi mau bagaimana lagi? Di pikirannya saat ini hanya ada alasan untuk tetap mengejar Jaemin, karena dia sama sekali tidak tahu harus ke mana dan melakukan apa untuk kembali ke masa depan.
Di tengah proses pengejaran Jaemin, Jisung merasakan kalau tenaganya sudah hampir habis, tetapi sepertinya yang dikejar malah semakin menambah kecepatan berlarinya.
"Hh... hh..." Jisung berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Ia terdiam beberapa detik lalu berteriak, "oi! Na Jaemin!"
Yang dipanggil acuh, tetap berlari.
Jisung tidak mau menyerah meski sudah hampir kalah. Ia pun memutat otaknya, mencari ide untuk menghentikan Jaemin bagaimanpun caranya.
"Ah!" Ia menjentikkan jari serays kembali berlari. "NANA!" jeritnya sekuat tenaga.
Jaemin sebenarnya hampir saja sukses melarikan diri, tetapi saat ia mendengar panggilan itu, entah kenapa langkahnya berhenti bergitu saja.
Banyak ragu, namun ia tetap menoleh ke belakang seraya menatap pemuda tinggi yang tengah membungkuk; memegangi kedua lutut dengan nafasnya yang terengah.
"A-apa yang kau katakan?"
Sepertinya Jaemin sudah mengulangi pertanyaan ini berkali-kali, tetapi dia tidak menyadari karena memang itu pertanyaan atas apa yang tidak disadarinya.
Sedikit limbung, tetap terengah, Jisung perlahan kembali mendekat kepada Jaemin lalu mengangkat jari telunjuknya.
"Hh... ka-kau, Nana."
Jaemin mengernyitkan dahi seraya mengambil satu langkah ke belakang. "Da-dari ma-mana kau tah—"
"Hh... itu... hh... nama, ugh!" Jisung menggeleng cepat seraya menatap kedua manik kelinci yang tengah membulat dengan seksama. "Hh... itu nama panggilanmu."
"Yang ku tanyakan itu dari mana ka—"
"Sahabatmu," jelas Jisung. "Salah satu sahabatmu memanggilmu dengan panggilan itu."
"Haaa..." Jaemin menghela nafas berat. "Kau pasti tahu itu karena kau sering menguntitku, bukan?"
Jisung kembali menggeleng cepat. "Tidak. Karena dia memanggilmu seperti itu hanya ketika ada kalian berdua. Dia tidak memanggilmu dengan Nana saat bersama sahabatmu atau orang lain berada di sekitar kalian."
Bergidik ngeri, Jaemin mendekap tas ranselnya dengan erat lalu membungkam suara demi mendengarkan apa yang tengah isi hati dan pikirannya ributkan saat ini.
"Aku tahu semua hal tentangmu," ujar Jisung sambil mencoba menampilkan senyum yang paling ramah. "Lebih dari yang kau tahu, Na Jaemin."
"Karena kau penguntit!"

KAMU SEDANG MEMBACA
18 || SUNGJAEM
Fiksi Penggemar【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...