Rain, Magic, and Guilt

349 55 17
                                    




🕛









Jisung terbangun oleh ketukan rintik hujan pada daun jendela. Ia mengerjap lambat seraya memendarkan tatapannya ke sekeliling.


Ia mengamati beberapa hal seperti dinding berwarna off white dengan beberapa poster H.O.T yang tertempel di sana, lemari pakaian model lama, dan terakhir ranjang kosong tanpa penghuni.


Cukup dengan tiga hal itu, Jisung tersadar kalau dia masih berada di masa lalu dan apa yang dialaminya kemarin bukanlah bualan dari khayalan.


Sambil menguap kecil ia merenggangkan otot-otot di tubuhnya, setelah itu ia bangkit duduk lalu terdiam sejenak dengan kepala tertunduk dalam.


Meski kedua matanya kembali tertutup, tetapi pendengarannya sudah siap bekerja seperti seharusnya. Itu bisa dibuktikan saat ia mendengar suara ketukan lain dari arah dapur kecil.


"Ah, kau akhirnya bangun. Kupikir kau pingsan."


Jisung mengangkat kepalanya, menatap sang pemilik sapa lalu tersenyum dengan manisnya. "Sup tauge dengan tofu goreng?" tanyanya dengan suara sedikit parau.


Yang ditanya mengernyitkan dahi. "Dari mana kau ta—"


Tidak menjawab, Jisung bergegas melipat kasur dan selimut lalu menyimpannya di dekat ranjang. "Selamat pagi, Jaemina." Ia balik menyapa Jaemin yang sudah terlihat sangat tampan sekaligus manis dengan seragam sekolahnya.


"Jangan seenaknya saja memanggilku seperti itu!" omel Jaemin sambil kembali sibuk membalik tofu yang tengah digorengnya.


"Kenapa? Itu memang namamu, kan?"


"Uh... kau keponakanku, bukan?" Jaemin menunjuk sesuatu di sudut kamarnya. "Ambil itu," pintanya kemudian.


"Ne." Jisung mengambil meja lipat kecil yang ditunjuk Jaemin lalu membersihkan permukaannya dengan tissue. "Jaem—"


"Sudah ku bilang, jangan memanggilku seperti itu!"


"Kita seumuran," balas Jisung. "Lagipula, apa kau mau aku panggil dengan Samchon?"


Jaemin melayangkan tatapan menghujat kepada Jisung yang tengah menyeringai jahil. "Hyung. Jaemin Hyung."


"Tch!" Jisung membantu Jaemin menata mangkuk nasi serta peralatan makan lainnya di atas meja. "Saat ini kita seumuran. Aku lahir di bulan Februari, sementara kau di bulan Agustus. Bukankah seharusnya aku yang lebih tua?"


"Kau ingin cuci muka dengan sup tauge panas, Andy?"


Jisung mengangkat kedua tangannya. "Tidak, terima kasih."









🕛









Keduanya berdoa sejenak sebelum makan lalu segera melahap sarapan sederhana mereka dalam diam.


Di sela kunyahannya, Jaemin sesekali menatap sosok Jisung yang terlihat sangat menggemaskan dengan rambutnya yang sudah seperti sarang burung itu. Ia juga menemukan beberapa hal lain yang membuatnya merasa seperti sudah mengenal pemuda ini sejak lama; banyak sensasi familiar yang dirasakannya.


Dari mulai bagaimana ia memegang sumpit dengan cara yang unik, lalu bagaimana kedua maniknya sedikit membulat saat menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, dan juga bagaimana kedua pipinya menggembung seperti seekor hamster.


18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang