Here's Your Perfect

307 49 21
                                    







🕛

















Kata orang, kalau sedang kasmaran, hari akan berlalu begitu cepat tanpa dirasa. Seolah sedang menikmati permen favorit yang meleleh, melebur di dalam mulut dalam waktu singkat. Tidak ada yang salah dengan permen. Kita bisa menikmatinya di segala musim. Tentu setiap individu akan memiliki perbedaan dalam memilih rasa kesukaan, tetapi bagi Jaemin, permen karamel lah yang selalu berhasil membuat jiwa tidak lagi merasa sendirian.



Lupa waktu, istilah singkatnya.



Ya, tanpa Jaemin sadari, sekarang sudah hari Minggu pagi, hari di mana ia akan pergi berkencan dengan Yuta, atau itu yang dia simpulkan sendiri dalam hati.



Sedari terjaga dari lelapnya, ia sudah memulai keributan hingga mendatangkan teguran dari tetangga sebelahnya, Choi Minho, seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang stress mengurusi tugas akhirnya yang tidak kunjung selesai.



Jika tetangga sebelahnya saja sampai terganggu, lalu, bagaimana dengan seseorang yang tinggal dengannya saat ini?



Oh, tentu saja jawabannya sudah sangat jelas.



Jisung hanya bisa terdiam, duduk bersila di atas karpet lantai dengan tatapan terus mengekori setiap langkah yang diambil Jaemin tanpa ada keinginan untuk mengganggu meski terkadang ia harus menyahut, menjawab, beberapa pertanyaan konyol Appa-nya itu.



"Apa kardigan cokelat ini terlihat cocok?" Jaemin lagi-lagi berdiri di hadapan Jisung, mematut dirinya seolah tengah berdiri di depan cermin ajaib milik Ibu Tirinya Snow White.



Mengerjap cepat, Jisung mengamati cardigan yang ditempelkan Jaemin di dadanya lalu beralih pada kemeja berwarna peach yang sedang dipakainya. "Manis," jawabnya singkat, yang ternyata tidak mengatasi dahaga Jaemin akan pilihannya.



Langkah si Kelinci kembali berderap, kembali menghampiri lemari pakaiannya lalu mengeluarkan sweater berwarna hitam polos.



Seperti yang sudah-sudah, Jaemin kembali mematut diri di hadapan Jisung. "Bagaimana kalau begini? Apa dengan Jumper terlihat manis?"



Jisung mengusap wajahnya, jujur saja dia sudah mulai lelah karena ini sudah kali kesepuluh Jaemin bertanya kepadanya.



"Bagaimana?" desak Jaemin.



"Kalau kau memakai sweater itu, kemejamu tidak akan terlihat. Mungkin hanya bagian kerahnya saja." Jisung bangkit berdiri, menatap Appa-nya dengan cermat. "Bagaimana kalau kau memakai kaus biru langitmu yang tadi lalu melapisinya dengan kardigan cokelat?"



Kedua manik Jaemin memicing, bibirnya mengerucut lucu, dan pipinya sedikit menggembung. "Jumper, bukan sweater," koreksinya.



"Sama saja, perbedaannya hanya kau menyebutnya dengan istilah British."



"Tsk!" Jaemin mengembalikan sweater-nya ke dalam lemari lalu mengeluarkan kaus biru langit dan mengambil kembali cardigan cokelatnya tadi. "Begini?" Ia menyatukan kedua atasan itu, menunjukkannya kepada Jisung. "Tetapi celanaku tidak cocok den—"



"Augh!" Jisung mengacak-acak surainya. "Kau itu cocok memakai apapun, serius! Semua terlihat manis jika kau yang memakainya.



"Kenapa harus manis? Aku ingin dibilang tampan."



18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang