The Fine Art of Bullshit

300 50 11
                                    




🕛









"TadaiMA!"


Jisung menoleh kepada sang pemilik sapa, ia tersenyum seraya membalas sapanya. "Okaeri!"


Sepasang manik kelinci membulat ketika mendengar sahutan dari sapaan. "Dari mana kau tah—"


"Di masa depan aku juga belajar bahasa asing." Jisung mengangkat kamus bahasa Korea-Jepang milik Jaemin yang sedang dibacanya. "Tidak hanya kau saja," tambahnya kemudian.


Melengos, Jaemin merebut kamusnya dari Jisung lalu menyimpannya bersama dengan tas ranselnya di atas meja belajar.


"Poster," pinta Jaemin sambil mendelik.


Jisung menuding pada dua roll poster yang disimpannya dengan baik di sudut meja belajar.


Jaemin bergegas mengecek posternya; membukanya dengan antusias dan hati-hati dalam satu waktu. Senyum cantiknya terbit saat selesai mengecek setiap sudut, pinggiran, dan permukaan posternya. "Good job, Andy~" pujinya riang.


"Psh!" Jisung memperhatikan Jaemin yang tengah mengangumi, memuji, bertapa tampannya grup boyband kesayangannya itu. Ia mengulas senyumnya saat Appa-nya itu mencicit riang tentang betapa kerennya Kangta.


Tanpa disadari, Jisung terkekeh, membuat Jaemin menatapnya dengan sinis.


"Kau sedang menertawaiku?" tuduh Jaemin.


Jisung menggeleng cepat lalu mengubah topik pembicaraan dengan hal yang membuatnya penasaran. "Bagaimana kencanmu dengan Yuta?" tanyanya.


Ada hening sejenak dengan semburat merah jambu yang perlahan memenuhi kedua pipi Jaemin.


Si Pemuda Februari paham, kalau langkah awal dari rencananya itu berjalan dengan mulus tanpa halang rintangan.


"Aku siap mendengarkan kalau kau ingin menceritakannya, Jaemina," ujarnya sambil membenarkan posisi duduknya.


Jaemin mendecih. "Anak kecil tahu apa soal ini?"


"Uh... kita seumuran, omong-omong." Jisung mengejar tatapan Jaemin yang terus saja menghindari miliknya. "Ayolah, ceritakan kepadaku. Apa saja yang kalian lakukan tadi? Sepertinya menarik."


"Tch! Apa di masa depan aku selalu menceritakan tentang kencanku kepadamu?"


Jisung memamerkan gummy smile-nya seraya mengangguk antusias.


"Haaa... apa aku sangat menyedihkan di masa depan? Sampai-sampai aku curhat kepadamu, Andy?"


"Yep!"


Sempat ragu, tetapi Jaemin memang ingin sekali bercerita tentang harinya kepada orang lain; selain kelima sahabatnya, yang acap kali menggoda dan mengejeknya.


"Tadi kami mampir ke kedai kue beras dekat sekolah." Jaemin mengawali ceritanya sambil melepas jaket lalu duduk bersila di sebelah kiri Jisung.


"Apa saja yang kalian obrolkan?"


"Hm... tidak banyak." Jaemin menerawang jauh ke arah dapur kecil. "Yuta Sunbae hanya bercerita tentang beberapa hal seperti sepak bola dan juga makanan kesukaannya."


Jisung menyimak dengan sangat antusias; menanti apa kelanjutan dari perjalanan kencan Jaemin hari ini.


"Dia bilang kalau dia sangat berterima kasih atas air minum dan haduk yang kuberikan." Jaemin menyikut lengan Jisung, membuat mereka saling berbalas tatap.


18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang