Know Me Too Well

359 58 2
                                    




🕛









"Bisa ingatkan aku lagi tentang kenapa aku mengajakmu pulang ke flat-ku?"


Jaemin mengangkat jari telunjuknya ke atas, kedua maniknya memicing, dan kepalanya dimiringkan ke kiri.


Pertanyaannya tadi ditujukan kepada pemuda tinggi yang tengah duduk bersila di atas karpet lantai kamarnya flat-nya saat ini.


"Uh... karena kau percaya kepadaku dan aku tidak punya tujuan atau tempat untuk tinggal?" balas Jisung seraya tersenyum simpul.


Jaemin berbalik; memunggungi Jisung, lalu mengumpat lirih.


"Apa aku bisa meminta air minum?" tanya Jisung sambil memendarkan tatapannya ke sekeliling.


"Air..." gumam Jaemin. "Air minum." Ia mengambil mug dari dalam kabinet kecil lalu mengisinya dengan air mineral dari botol kemasan besar.


"Terima kasih," ujar Jisung seraya mengambil mug dari uluran tangan Jaemin.


Sementara Jisung sibuk menenggak air yang sudah diidam-idamkannya sedari tadi, Jaemin terdiam dengan tatapan yang berkelana; menilik kembali sosok Jisung dengan lebih teliti kali ini.


Tangannya yang besar, kedua maniknya yang menyerupai sepasang garis tipis, bibirnya yang kecil; terlihat lucu saat mengerucut setelah meminum air, dan terakhir dia menemukan tanda lahir di bawah bibirnya.


Terima kasih atas penerangan kamarnya, kini, ia juga bisa melihat dengan jelas luka sobek di sudut bibir Jisung yang sudah melukiskan warna lebam di sekitarnya.


Tanpa banyak berpikir lagi, Jaemin bergegas mencari kotak P3K lalu ikut duduk bersila bersama Jisung di atas karpet lantai.


Dengan cekatan, ia mengeluarkan kapas steril, betadine, dan selembar perekat luka.


"Diam sebentar," pinta Jaemin seraya meminta Jisung menghadapnya. "Kau pasti habis berkelahi, apa orang tuamu tidak mengajari bagaimana menjadi anak baik?" gerutu Jaemin sambil membersihkan luka Jisung dengan kapas steril.


"Kurasa pertanyaanmu tadi terlalu sinis."


"Psh! Tebakan keduaku adalah orang tuamu. Aku memang tidak terlalu mengenal Hina, tetapi sepertinya Minhyuk Hyung adalah orang yang keras. Kurasa dia yang memukulmu karena kau tidak mau mendengarkannya."


"Sshh!" Jisung meringis saat Jaemin mengoleskan betadine tanpa tedeng aling-aling.


"Kau harus mendengarkan orang tuamu. Itu adalah salah satu cara untuk menunjukkan bakti kepada mereka." Jaemin menutup luka Jisung dengan plester lalu menghela nafas panjang. "Nah, sudah selesai."


"Terima kasih," balas Jisung. "Tetapi luka ini bukan karena seperti yang kau tuduhkan."


"Lalu?" tanya Jaemin sambil mengembalikan kotak P3K ke tempat semula. "Apa yang kau lakukan, hm?"


Jisung menundukkan kepalanya. "Aku menolong seseorang."


"Hm? Kenapa menolong seseorang bisa membuatmu terluka?"


"Anggap saja aku sedang sial."


Dengan jawaban Jisung yang sepertinya tidak ingin dijelaskan lebih panjang lagi, Jaemin pun mengalah. Ia kini memperhatikan pakaian yang melekat di tubuh Jisung dengan seksama.


18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang