Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jisung menatap ke sekeliling dengan netranya yang tak henti menjelajah ke segala arah, penuh kebingungan.
"Huh? Kenapa aku di sini?"
Ia mengusap kedua matanya, berharap kalau apa yang dilihatnya saat ini adalah fiksi dalam mimpi.
"Huh?!"
Tetapi sayangnya, ini adalah realita. Dia masih melihat situasi, keadaan, dan berada di tempat yang sama.
"Bukannya tadi..." Ia menggumam seraya berbalik, menatap pintu minimarket dengan seksama. "Huh?" Ragu, ia mencoba mendorong pintu kaca itu namun seseorang dari dalam sudah membukanya terlebih dahulu.
Orang itu menatap Jisung yang tengah kebingungan dengan tatapan sinis. "Permisi?" tegurnya karena Jisung menghalangi jalannya keluar.
Si Pemuda Februari bergeser terbata, ia masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi dan ada banyak pertanyaan yang berputar dengan liar di dalam kepalanya saat ini.
Pertanyaan seperti:
Bukankahtadidiamembukapinturumahnya?
Apadiapunyakekuatanteleportasi?
Apadiasedangpingsan dan sekarangsedangbermimpi?
Atau... diasudahmati dan menjadihantugentayangan?
Ia menepuk pipi kanannya.
Sakit.
Ia mencubit pahanya.
"Aw! Sshh..."
Apa di mimpidiabisamerasakansakit?
Apamenjadihantu masih bisamerasakansakit?
Lelah bertanya-tanya sendiri, Jisung akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam minimarket dan bertanya kepada kasir.
Di dalam, ia disambut oleh suasana yang cukup asing baginya. Berbagai jajaran snack dengan merk yang aneh, ada beberapa yang belum pernah dilihatnya, lalu meja kasir yang berbeda tatanannya, juga style pakaian beberapa pelanggan yang sungguh ... dia tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikannya.