🕛
Jisung frustasi.
Dua malam berhasil sukses ia lewati dengan gangguan tidur dan sekarang dia hampir seperti zombie.
Rencananya mempersatukan Jaemin dengan Yuta sudah diambang kegagalan. Dia seharusnya membuat rencana cadangan, tetapi apa daya, tidak ada satupun ide yang terbit meski otaknya sudah dipekerjakan ala romusha.
"Rencana cadangan... heol!" Jisung meluruskan kedua kakinya lalu bersandar pada tepi ranjang Jaemin. "Aku berada di sini saja tanpa rencana, bagaimana bisa aku memikirkan rencana lain?!" umpatnya kemudian.
Siang di awal musim panas ini Jisung habiskan dengan bersungut-sungut, walau ada sejuk yang berhembus dari kipas angin, tetapi dia tetap merasa kegerahan.
Sumpek dan suntuk. Dua kombinasi fatal yang sukses membuat Jisung bertambah frustasi.
Dengan kedua mata yang terpejam, Jisung mencoba kembali memutar otaknya, mencari ide yang mungkin bisa diterapakan dan membuat rencananya kembali berjalan dengan mulus. Namun di sisi lain, dia sangat menyesal karena telah membuat dunia Jaemin ini sedikit berantakan, meski dia sendiri tidak tahu kalau Yuta akan menjadikan Appa-nya itu sebagai alat taruhan.
"Nakamoto Yuta..." gumam Jisung seraya melemparkan tatapannya ke meja belajar Jaemin. "Nakamoto Yuta," ulangnya lagi.
"Choi Yujin..." Jisung kembali memejamkan kedua matanya. "Semuanya belum tentu benar, kan? Lagipula, sepertinya Yuta benar-benar menyukai Appa."
Jisung terus menggumam; menyakinkan diri kalau rencananya masih bisa berhasil dengan kehadiran Yuta. Dia tetap tegar pada pendiriannya kalau dia tidak sedang mengacau, hanya membenahi sedikit dari kekacauan takdir di masa depan.
"Ugh!" Di sela-sela berpikir, jantung Jisung kembali merengek, kali ini cukup untuk membuatnya kesakitan luar biasa.
Keringat dingin pun mulai berbintik di sekitar dahi, nafas mulai sedikit terburu, dan dadanya terasa seperti ditindih oleh batu karang yang sangat besar.
Satu gerakan terbata, Jisung menyambar buku harian Jaemin lalu mengambil sebutir permen karamel susu. Dikulumnya permen itu seraya membuka halaman tertanggal hari ini.
Dibacanya kalimat per kalimat dengan nafas yang semakin tercekat. Sesampainya di paragraf ketiga, ia pun menemukan hal yang membuatnya kesakitan seperti ini.
Senyum sinis terukir di wajah Jisung, ia kembali bersandar pada tepi ranjang Jaemin lalu mendengungkan sebuah nama.
Sebuah nama dengan marga yang sama dengan miliknya di masa depan.
"Jadi, benar? Jika Abeoji bersama Appa, aku pasti begini," gumam Jisung seraya menelan sisa permen karamel di dalam mulutnya.
Alih-alih meminum obat, Jisung malah terdiam sambil menatap pada kehampaan. Dia seperti seorang masokis yang sedang menikmati kesakitannya.
"Tidak ada rencana B." Jisung mengembalikan buku harian Jaemin ke tempatnya. "Hanya ada satu rencana dan itu yang akan terus aku lakukan."
🕛
Sementara itu, di SMA Apgujeong, tepatnya di refectory, Gerombolan si Berat tengah berkumpul di salah satu meja panjang di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
18 || SUNGJAEM
Fanfiction【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...