(100) Days of Spring

220 41 8
                                        




🕛









Jika musim semi berwujud seseorang, maka Choi Yujin lah orang yang tepat.


Gadis manis dengan surai hitam legam namun sangat halus, hingga saat angin menyapa, mereka akan terlihat seperti menari bersama hembusannya. Yujin memiliki dua kelereng gelap di matanya yang bulat. Meskipun begitu, ada pancaran dari kilauan galaksi bimasakti setiap kali ia mengerling maupun mendengarkan lawan bicaranya.


Deskripsinya tidak hanya sampai di fisik saja, tetapi dari kepribadiannya pun ia pantas menyandang gelar itu.


Tawa renyahnya yang terdengar menyejukkan, tutur bahasa yang sopan dengan susunan kalimat penuh penyemangat, dan sifat periangnya yang selalu menular, seolah-olah menyajikan awal yang baru bagi setiap orang yang mengenalnya.


Lagipula, siapa yang tidak mengenal Choi Yujin, kelas sebelas dari SMA Apgujeong?


Banyak orang yang memujinya, banyak pula yang iri kepadanya. Sayangnya, Jaemin termasuk dari kumpulan orang-orang yang iri kepada gadis itu.


Jaemin tahu kalau iri adalah penyakit hati yang sulit diobati atau dihilangkan, tetapi apa daya, dia tidak bisa mengontrolnya, terlebih lagi saat dia tahu kalau Yuta cukup dekat dengan gadis itu.


"Aku tidak percaya kalau Yuta Sunbae menerima pernyataan cintamu." Haechan menatap Jaemin lamat-lamat, lalu ia menjentikkan jarinya karena yang diajak bicara sedang terdiam, melayangkan tatapannya keluar jendela.


"Ya sudah kalau kau tidak mau percaya," balas Jaemin singkat. Terlalu malas untuk mengulang-ulang fakta.


"Tsk! Apa yang sedang kau lihat, sih?!" Haechan mengalihkan atensinya kepada tujuan tatapan Jaemin berada. "Oh, Yujin," ujarnya.


"Haaa... apa yang sedang mereka lakukan?" Jaemin melipat kedua tangannya lalu menumpukan kepalanya di sana. "Aku penasaran."


Haechan menyunggingkan senyumnya, ia kembali menatap Jaemin setelah puas melihat sosok Yuta dan Yujin di dekat taman sekolah.


"Bukankah sudah kukatakan kepadamu kalau mereka berdua itu dekat dan digosipkan kalau Yuta Sunbae menyukai Yujin?" tanya Haechan, yah, bisa dibilang sindiran.


Jaemin menjetakkan lidahnya. "Itu tidak benar! Walaupun benar, kenapa Yuta Sunbae menerima pernyataan cintaku?"


"Hm... mungkin ada udang di balik batu?"


"Kau sungguh sangat tidak membantu, serius."


Keduanya terdiam dan lagi-lagi kembali mengamati Yuta dan Yujin yang sedang mengobrol serius.


"Aku kagum dengan radar bucinmu," ucap Haechan di sela-sela. "Kita sedang di kelas dan jelas-jelas sedang merangkum materi yang akan dikumpulkan sebentar lagi, tetapi masih sempat-sempatnya kau menemukan mereka."


"Insting?"


"Stalker, lebih tepatnya."


"Sialan!"


Haechan terkekeh geli lalu melanjutkan merangkum materi. Jaemin berpikir kalau sahabatnya itu akan berhenti menciap, tetapi dia salah, sangat salah. Haechan tetaplah Haechan.


"Kudengar Jeno juga dekat dengan Yujin," celetuk Haechan tanpa menoleh dari buku catatannya.


Jaemin menghela nafas panjang. "Mereka sekelas, omong-omong."


18 || SUNGJAEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang