chapter 23

1.7K 54 4
                                        

Hai..?

Isy is back!

Rindu dengan ceritaku?

•°•

◦•●◉✿ 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 ✿◉●•◦

Siang ini, Etnan beserta beberapa anggotanya tengah berkumpul-- ah lebih tepatnya membolos di Rooftop sekolah. Jika kalian bertanya tentang Gisel dkk, mereka di suruh Etnan untuk kembali ke kelas dan mengikuti pembelajaran.

Awalnya mereka menolak dan memaksa untuk ikut membolos, tapi tatapan tajam dan suara dingin Etnan membuat mereka mengalah, dengan terpaksa mereka pun ke kelas dan mengikuti pembelajaran.

"Eh cok, tuh si Sean kok lama gak pernah nyari masalah sama kita ya?" Tanya Rizal tiba-tiba yang sedang duduk santai di sofa empuk.

"Iya njir, jadi bosen banget, kabarnya gimana ya?" Timpal Dimas.

Brakkk!!

"Jangan-jangan dia udah MATI?!!" Sambungnya sembari menggebrak meja.

"Konyol!" Cerca Ibnu.

"Eh, gimana kalo kita nyari masalah duluan?" Usul Theo dengan begonya, membuat pasang mata mengarah padanya.

"Kenapa? Salah ya?"

"Bego! Pake tanya lagi lo!" Hardik Dimas seraya menempeleng kepala Theo.

"Hadehh, mau heran tapi ini Adrarez!" Celetuk seseorang dari arah pintu, dia adalah Pratama Ardyan Arsendya. Cowok yang akrab di panggil Tama ini, merupakan seorang mantan ketua Geng Adrarez. Kini ia sudah menginjak kelas 12 SMA.

"BANG TAMA!" Sorak semua orang yang ada disana.

"HOY!! GIMANA-GIMANA?? KANGEN GAK SAMA GUE?" Ujarnya seraya merentangkan kedua tangannya, mereka pun sontak berlari untuk memeluk Tama.

Pelukan tersebut pun membuat Tama sulit bernafas. "W-woy! G-gue bisa m-mati!!" Ucap Tama susah payah.

Mereka pun langsung melepaskan pelukannya dan merenges. Sedangkan Tama, ia sedang mengatur nafasnya supaya kembali normal.

"Gimana kabarnya bang?" Tanya Dimas memecah keheningan.

"Baik dong! Strong!!" Jawabnya dengan memamerkan otot lengannya. Membuat semua orang terkekeh, ada juga yang mendengus geli.

Etnan yang sedari tadi diam, kini melangkah mendekati Tama. "Bang!" Panggilnya sembari memberi kepalan tangannya, dan di sambut dengan cara yang sama oleh Tama.

Kemudian Tama menarik Etnan ke pelukannya, lalu menepuk pundak Etnan beberapa kali, begitupun sebaliknya. Setelahnya, mereka pun melepas pelukan singkat tersebut.

"Gimana kabar lo?" Tanya Tama.

"Baik."

"Hahahaha lo masih sama. Singkat, padat, jelas!"

Selesai sesi tanya kabar, mereka kini tengah duduk melingkar di lantai.

"Kok lo mau pulang dari Singapura gak bilang sama kita dulu si, bang?" Ucap Dimas.

Tama yang sedang meminum minuman soda pun menyudahinya. "Emang kalo bilang, lo mau jemput gue pake jet pribadi?" Jawabnya membuat Dimas kesal.

"Gimana bang?" Tanya Rizal tidak jelas.

"Gimana apaan deh Zal, lo tanya setengah-setengah deh!" Sahut Theo.

"Eh lo bocil mending diem!"

"Heh! Bocil gue ini!" Tukas Tama seraya merangkul Theo yang memang duduk didekatnya.

"BOCIL KITA!" Seru anggota Adrarez.

"GUE UDAH GAK BOCIL ANJIR!" Seru Theo kesal.

"Heh! Mulut bocil gak boleh ngomong kasar!" Ucap Tama.

"Suka-suka gue lah anjir, mulut-mulut gue, kenapa lo yang repot?" Tukas Theo

Mendengar ucapan dari Theo, Tama lantas membelalakkan matanya, lalu berkata, "Siapa yang ngajarin Theo gini?! Ngaku!"

"Dimas lah bang, siapa lagi?" Sahut salah satu anggota.

Mendengar namanya terucap, Dimas yang sedang memakan chiki pun tersedak, "Uhuk uhuk!! Apaan? Kok gue?!"

Rizal yang mendengar itu pun menyeringai, "Gue pernah liat lo ngajak Theo nobar, kalo lo lupa," ucapnya dengan tampang tak berdosa.

Semua orang pun langsung menatap Dimas horor, sedangkan orang yang ditatap sibuk mengumpati mulut Rizal yang seperti ember bocor itu.

"Ets... Ets... Jangan apa-apain Dimas! Lagian Film-Nya asik kok!" Ujar Theo seraya merentangkan tangannya di depan mereka, dengan cengiran khas-nya.

"Nonton apa?" Tanya Etnan dingin.

"Gak buruk, cuma nonton manhwa,"

***

"Lama banget bel istirahatnya si!" Gerutu Gisel yang entah sudah berapa kali melihat jam.

"Brisik, Sel!" Bisik Sarah.

"Ck, ya gimana, Rah! Ni guru bukannya jelasin materi malah cerita-cerita ga bermutu, kan jadi ngantuk!" Gisel misuh-misuh sendiri kan jadinya.

"Sabar dong! Dikira gue juga ga,"

"Ih sumpah, buang-buang waktu juga ni guru."

Oh ayolah! Dia sudah muak dengan pelajaran yang membuat ngantuk ini.

"Heh! Ga boleh gibahin guru woi! Dosa lo berdua," tegur Liya yang duduk di belakang mereka.

Gisel pun berdecak kesal. Andai saja tadi ia ikut membolos dengan Etnan, pasti ia tidak akan menderita seperti ini. Pokoknya nanti Gisel bakalan marah sama Etnan! Titik ga pake koma, apalagi tanda tanya.

***

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, bel istirahat kedua telah berbunyi. Membuat gadis dengan rambut blonde gembira.

"Baik, berhubung jam istirahat kedua sudah berbunyi kalian boleh istirahat, terimakasih--"

"Iya, Bu. Makasih juga atas ceritanya! Besok-besok jangan cerita lagi ya," Serobot Sang Ketua Kelas, membuat seisi kelas sekuat tenaga untuk menahan tawanya.

"Apa maksudmu Riki?!"

"Gak kok Bu, tadi saya cuma bilang, terimakasih kembali, Bu." Ujarnya dengan senyum terpaksa.

"Gak Bu, Riki boong! Dia tadi bilang kalo cerit-- Mphhh," belum selesai berbicara, mulut Sarah lebih dulu di bekap oleh Gisel yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Diem! Gue udah muak pengen makan batagor!"

Sungguh! Hormon PMS-nya saat ini menguasai dirinya.

TBC

ETNAN | PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang