chapter 24

1.6K 53 6
                                    

Hallo...

◦•●◉✿ 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 ✿◉●•◦

Bel istirahat kedua telah berbunyi 10 menit yang lalu. Semua murid pun langsung berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang lapar, ataupun kegiatan yang lain.

Di sebuah kantin yang ramai, Etnan dkk tengah berkumpul di salah satu meja makan.

"Rame banget nih kantin, jir!" Ujar Rizal.

"Kalo sepi namanya kuburan!" Sahut Dimas.

"Aelah, nyahut aja lo!"

"Eh eh woy, gue ada pertanyaan penting nih!" Ujar Tama yang baru saja datang dengan heboh, dan langsung duduk di kursi kosong dekat Etnan.

"Pertanyaan apaan elah, lo dateng-dateng langsung heboh amat," ucap Rizal.

"Nih nih, kalian kalo meninggoy mau milih di kubur atau di gradasi?"

"Kambing! Gue kira pertanyaan paan!" Kesal Rizal.

"Udah kali jawab aja!"

"Gue milih di gradasi si, soalnya kan lebih hemat lahan gitu kan dan akhirnya jadi abu." Jawab Dimas.

"Bentar, Gradasi itu apa?" Tanya Theo yang sedari tadi mendengarkan.

"Itu loh, yang mayat di bakar terus jadi abu," jelas Tama.

"Lah? Bukan gradasi gilak!" Sahut Rizal.

"Lah terus paan?"

"Fermentasi,"

"Tape lo di Fermentasi!?" Sahut Riko kesal. Lama-lama bikin emosi juga dengerin ocehan manusia-manusia ini.

"Lah, terus apa yak?" Gumam Tama, yang masih terdengar oleh mereka semua.

"Ck, Kremasi, goblok!" Sinis Etnan dan Ibnu hampir bersamaan.

"Nah! Itu maksud gue, Kremasi," ucap Tama sembari menampilkan senyum pepsodent.

"Nih iti miksid gii, krimisi." Nyinyir Rizal sembari tertawa di susul Dimas.

"Ya Allah, hamba paling tua di sini, tapi kenapa hamba yang ternistakan? Apa salah hamba ya Allah," ucap Tama seraya mengangkat kedua tangannya ke atas dengan kepala mendongak, kemudian mengusap pipinya seolah-olah menghapus air mata. Sok dramatis.

Melihat tingkah sang Senior, mereka hanya memutar bola matanya malas, namun ada pula yang tertawa.

"Eh, itu Neng Gisel kan??" Ujar Dimas berbinar, kala melihat Gisel yang bersama kawan-kawannya berdiri di ambang pintu kantin.

Hal itu membuat teman-temannya langsung mengikuti arah pandang Dimas. Tak terkecuali Etnan.

Dilihatnya Gisel dkk seperti tengah mencari meja yang kosong. Tak lupa dengan raut wajah kesal.

Hal itu tak luput dari pandangan Etnan, ia menarik sedikit sudut bibirnya kala melihat Gisel yang menghentak-hentakkan kakinya dan selalu berdecak. Lucu!

Tak lama, Etnan berdiri dari duduknya dan menghampiri Gisel. Ia berdehem pelan saat jarak dengan Gisel sudah dekat.

Gisel pun menoleh ke asal suara. Ia memutar bola matanya malas setelah melihat Etnan tengah menatapnya.

"Apa?"

Bukanya menjawab, Etnan justru menggandeng tangan Gisel dan menariknya pelan.

Gisel menatap tangannya yang di tarik Etnan. Tanpa sadar, sebuah lengkungan cantik di bibirnya muncul.

ETNAN | PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang