Bab 6

685 165 11
                                    

Semoga kalian enggak mewek bacanya....

Semoga kalian enggak mewek bacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pewaris malah menghilang.... Aiz... huhuhu

Jangan lupa baca di karyakarsa guys, udah sampai bab 32

Jangan lupa baca di karyakarsa guys, udah sampai bab 32

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-----------

Ketika fakta sudah bicara, maka tidak ada yang mampu mengelaknya.

Kembali dari ibadah sholat magrib dan isya, Zhafir, Adskhan dan Abi dikagetkan dengan posisi Aesha yang tengah memekik tangis dalam pelukan Gen. Bukan hanya Aesha yang terlihat rapuh di sana, tetapi semua keluarga yang sedang menunggu, menggambarkan ekspresi serupa. Tangisan mereka seolah menjadi rintihan menyakitkan malam ini.

"Ada apa?" tanya Adskhan panik.

Diwajahnya jelas tergambar ekspresi panik dan khawatir. Sekalipun logikanya menjawab atas kondisi saat ini, namun Adskhan tetap ingin mendengarnya secara langsung dari Aesha.

Sedangkan Zhafir, laki-laki itu lebih memilih bergerak ke arah papan pengumuman yang terlihat baru dipasang. Pada papan putih itu sudah tertempel beberapa kertas yang bertuliskan nama penumpang dalam penerbangan tersebut. Dibawah dari kertas pengumuman nama penumpang, ada beberapa foto barang yang berhasil ditemukan dalam pencarian. Dan salah satunya terasa familiar bagi Zhafir.

"Ada info apa?" tegur Abi menyusul langkah sepupunya ke arah papan pengumuman yang menjadi pusat perhatian wartawan sejak tadi. Beberapa kamera masih ada yang menyorot ke arah papan pengumuman ini diikuti dengan suara penjelasan dari wartawan pembawa berita, menyampaikan informasi secara langsung.

"Baru dipasang secara resmi nama-nama penumpangnya," ucap Zhafir terdengar lesu.

Abi menggerakkan jari telunjuknya, mencari nama Aiz dan keluarga pada kertas pengumuman tersebut. Pada urutan ke 38, ada nama Raqila Athafariz atau yang biasa semua panggil dengan nama Aiz. Lalu disusul nama ibunya, Risky Savitri dan Rasyiqul Wahid.

Menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan, Abi merangkul bahu Zhafir di sampingnya. Zhafir yang biasanya sangat jarang menampilkan ekspresi, kali ini matanya terlihat berkaca-kaca. Pandangannya masih terpusat pada foto barang-barang penumpang yang berhasil ditemukan.

PassegiattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang