Bab 20

498 103 9
                                    

Lanjut gak nih?

Lanjut lah masa enggak

Yang mau baca duluan, ada di karyakarsa. Udah sampai bab 42.

---------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------------------------------------------


Aku tahu dirimu sedang terluka, namun pintaku tolong jangan sampai terlalu lama. Hingga membuatku nelangsa seorang diri saja.

Beberapa orang masih memakai seragam dinas, kedatangan tim dan awak kabin memang mengundang banyak perhatian. Bukan hanya dari para wartawan yang masih standby di luar rumah, namun juga para pelayat yang sedang berdatangan.

Dari tatapan mereka seolah sedang sibuk menggosipkan orang-orang dari tim dan awak kabin yang datang di rumah duka ini. Termasuk Syahla. Suaranya yang cukup kencang menggumamkan, namun terlihat lebih kepada memanggil, nama kapten Gen, alias Gentala, ketika melihat laki-laki itu mencoba mendekati Aesha yang tengah sedih.

"Mampus! Mulut gue!"

Melihat orang-orang dari tim dan awak kabin mulai mencari-cari orang yang memanggil kapten Gen, Syahla buru-buru sembunyi dari keramaian. Tubuhnya yang sudah membulat, sebulat kondisi perutnya kini seolah tidak bisa bersembunyi dibalik tiang dapur yang terasa sangat kecil.

Dan bibirnya meringis, serta rasa malu yang membuncah, Syahla benar-benar merasa bodoh telah melakukan aksinya tadi. Begitu mengenali siapa Taksa Gentala Lais, atau kapten Gen, Syahla tidak begitu yakin bila mana laki-laki itu kini tengah mendekati adik sepupunya sendiri. Alias Aesha.

Terlebih lagi Syahla tahu persis perbedaan apa yang ada di antara keduanya, amat sangat tidak mungkin bila hubungan tersebut dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

"Enggak. Enggak mungkin. Enggak boleh dibiarin si Gen sama Aesha. Gila kali. Yang ada bisa perang," ucapnya bermonolog.

Kembali mencuri pandang demi memuaskan rasa penasarannya, Syahla mencoba mengintip ke arah keramaian yang terjadi. Dengan sebelah alis hitamnya yang terangkat kini dia semakin dikagetkan dengan sosok seseorang yang tidak ingin dia temui dalam kondisi seperti ini.

"Syahla ...."

"Astaghfirullah al'adzim. Kapten Davie!"

Laki-laki itu melepaskan senyum manis ketika berhasil menangkap kepanikan yang tergambar di wajah Syahla. Tanpa ragu sedikitpun, Davie mendekati Syahla, seorang perempuan yang dulu begitu dia sukai karena kecantikan dan kepintaran yang Syahla miliki.

Karena sudah terlihat kehadirannya oleh seseorang yang padahal tidak sedikitpun ingin Syahla temui, mau tidak mau Syahla menyerah. Dia keluar dari tempat persembunyiannya kali ini, hingga perut besarnya terlihat begitu nyata dimata kapten Davie.

"Long time no see you!"

"Hahaha, iya. Apa kabar kapten?"

"Baik. Sangat baik. Melihatmu dengan kondisi seperti ini, saya menjadi sangat-sangat baik."

PassegiattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang