Lanjut bacaaa...
Dan terima kasih buat yang masih setiaaa..
Baca duluan di Karyakarsa ya gaes. Udah sampai bab 41
-----------------------------------------------------
Ikhlasku tidak pernah cukup untuk mengobati rasa kehilangan darimu.
Menunggunya di bandara Soekarno Hatta, Aneska tak kuasa menahan air matanya mana kala siang ini dia harus menjemput jenazah dari orang yang dulu pernah menjadi paling spesial dalam kehidupannya. Apalagi kedatangan orang itu tidak dalam keadaan lengkap. Dari informasi grup tim kedokteran rumah sakit Al Kahfi, dimana dia belajar dan bekerja, Raqila Athafariz, atau Aiz, siang ini kembali hanya dalam bentuk pecahan bagian dari kepala laki-laki itu.
Bagi Aneska sendiri, kabar kecelakaan ini memang sangat mengguncang pikiran dan hatinya. Apalagi kondisinya yang sedang hamil muda membuatnya tidak sekuat orang lain dalam menerima musibah ini.
"Kamu bawa minum kan, Nes?" tanya Syahla sambil mengusap perut besarnya.
Mendongak dan langsung memerhatikan sosok yang berdiri dengan perut besar di hadapannya, kepala Aneska mengangguk perlahan. Sama-sama dalam kondisi berbadan dua, membuat Syahla, kakak sepupu dari Syafiq, begitu perhatian kepada Aneska. Dia sadar kondisi mereka saat ini tidak sekuat yang lainnya, akan tetapi baik dirinya dan juga Aneska sama-sama ingin menjemput Aiz dan kedua orangtuanya ke bandara siang ini.
"Nanti kalau kamu butuh minyak-minyakan biar anget, bilang mbak, ya."
"Makasih, Mbak."
"Ih, apaan sih. Pakai makasih segala."
"Makasih buat perhatiannya. Aku bener-bener enggak papa kok."
"Iya, enggak papa. Karena kamu datang ditemani papa mamamu, kan?"
Mencoba mencairkan suasana, Aneska kembali menggangguk. "Mbak Syahla juga, ada ayah ibunya."
"Pastinya mereka harus datang, Nes. Karena sejak kecil om Wahid sama papaku dibesarkan bersama. Jadi enggak mungkin dia hanya menunggu di rumah. Padahal ... padahal kalau boleh ditarik benang merah, hubungan papaku dan om Wahid sangat jauh. Papaku hanyalah anak dari kakak laki-laki nenek Sabrina, nenek dari Zhafir. Sedangkan om Wahid sendiri adalah anak dari adik perempuan suaminya nenek Sabrina. Jadi kalau boleh disimpulkan, om Wahid lebih memiliki ikatan darah dengan tante Nada ataupun om Syafiq. Cuma yah, seperti yang kubilang tadi, papaku dan om Wahid serta om Syafiq dibesarkan bersama. Mereka tumbuh dalam didikan yang sama. Mereka sama-sama belajar dalam kurun waktu yang sama. Hingga keterikatan itu jauh lebih erat." jawabnya pelan.
Tatapan mata Syahla langsung tertuju ke arah Shaka, sosok super hero yang menyamar menjadi ayahnya, terlihat sangat rapuh hari ini. Sejak kecil hingga sudah setua ini, Shaka memang selalu menjadi mood booster untuk semuanya, serupa dengan Aiz, akan tetapi sejak musibah kecelakaan itu, tidak ada lagi tawa darinya, bahkan tatapannya saja terlihat kosong seolah tubuh dan pikirannya sudah berada di tempat yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passegiatta
SpiritualBerawal dari kabar duka, kupikir inilah awal dari derita. Dimulai dari hilangnya kontak pesawat penerbangan rute Jakarta - Malang, di daerah pegunungan Kawi, mendadak membuat semuanya panik. Termasuk seorang gadis bernama Raesha Azzalfa. Pasalnya k...