Bab 23

510 115 3
                                    

Halo .... Masih ada yang baca kan?

Baru sempat update lagi nih...

Semangaattt

Jangan lupa baca dikarya karsa udah sampai bab 45...

----------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------------------------------------------------


Tidak ada orang yang bisa mengukur sesakit apa rasa kehilangan, begitu pula hati yang ditinggalkan.

Pagi ini semua sudah berkumpul, setelah disholatkan secara bersamaan, ketiga peti jenazah akhirnya dibawa ke tempat pemakaman terakhir di daerah Karawang, Jawa Barat.

Bukan hanya satu dua orang yang datang untuk mengantarkan kepergian orang-orang yang mereka sayang, namun hampir ratusan orang yang berada di tempat ini, termasuk para wartawan yang terus memberikan liputan terupdate mengenai salah satu orang penting yang berada dalam kecelakaan pesawat di Malang.

Dipapah turun dari sebuah mobil, orang-orang yang berada di sana langsung memberikan jalan kepada seorang gadis yang terlihat tidak baik-baik saja, baik kondisi tubuh ataupun hatinya kini.

Setelah kejadian semalam, dimana Aesha mengamuk pada Adskhan dan juga Hawa, disaat kedua orang tersebut menjaganya di rumah sakit, terlihat baik Adskhan ataupun Hawa sengaja memberikan jarak agar keributan seperti semalam tidak terjadi lagi.

Memastikan semuanya sudah berada di sini, untuk menyaksikan pemakaman orangtua, adik, saudara, sahabat terbaik, dari kehidupan mereka, akhirnya satu demi satu peti mati mulai diturunkan ke liang lahat. Kesepakatan keluarga untuk menguburkan jenazah didalam peti sudah diperhitungkan baik buruknya. Sekalipun potongan tubuh tersebut dimasukkan ke dalam peti bersama barang-barang yang lainnya, milik jenazah, tetap saja semuanya dikafani dengan baik, sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Disaat peti sudah benar-benar masuk ke dalam liang lahat, Syafiq diminta langsung mengadzankan jenazah sebelum proses penguburan dilakukan.

Mendengarkan dengan khidmat adzan yang dikumandangkan oleh Syafiq, banyak orang yang diam-diam menitikan air mata, mengingat memori disaat Wahid dan keluarga masih hidup ditengah-tengah mereka. Ada juga yang memilih mundur dari barisan terdepan, karena tidak tahan menahan sesak dihatinya, mana kala sepupu sekaligus rivalnya dalam cinta kini telah tiada.

"Bang ...." Adskhan mendekati Zhafir, ketika ia melihat Zhafir malah mundur dari pemakaman ini.

"Hm." Masih berusaha menahan tangisnya, Zhafir menatap Adskhan.

"Yang sabar, Bang. Semua juga merasakan kehilangan yang sama."

Menepuk – nepuk punggung Zhafir, kedua tangan Zhafir menarik tubuh Adskhan untuk dipeluknya dengan erat. Disaat banyak orang menangis tersedu-sedu ketika pemakaman ini terjadi, kedua laki-laki ini sibuk menjadi kuat untuk satu sama lain atas luka yang mereka semua rasakan.

PassegiattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang