Siapa Dia?

7.1K 687 8
                                    

Hazel menarik nafasnya mengatur emosinya untuk tidak langsung meledak, karena sekarang masih di rumah sakit dia tidak ingin membuat masalah dan mengabaikan rasa marahnya dengan memilih menjauh dari Aron, agar tidak terpancing emosi.

"Syukurlah sekarang dia sudah bisa mengontrol emosinya." batin Nomi yang sudah sangat khawatir Hazel melakukan tindakan yang diluar batas seperti biasanya.

"Berpikir positif saja, mungkin dia sedang menolong orang." pikir Hazel menenagkan pikirannya dan langsung menyibukan diri dengan aktivitasnya.

Sementara itu, Aron memang bertangung jawab menunggu pengobatan korban.

"Kalau dilihat dengan jelas, aku seperti merasa sangat familiar dengan wajahnya dia ini mirip dengan...oh iya ini kan siswa populer SMA A teman satu kelasku eh bener ngga ya atau cuma mirip saja, nanti akan aku tanya." pikir gadis itu sambil melihat ke arah Aron terus menerus.Selesai pengobatan Aron langsung menghampiri gadis itu.

"Sudah semua, atau masih ada yang terluka?" tanya Aron.

"Sudah, terima kasih banyak ya." ucap gadis itu sangat ramah.

"Saya juga minta maaf atas kelalaian yang saya lakukan." ucap Aron sangat menyesal.

"Tidak apa-apa, maaf mungkin sedikit lancang apa dulu pernah bersekolah di SMA A?" tanya gadis itu sedikit membuat Aron terkejut.

"Tau dari mana ya?" tanya Aron heran.

"Ternyata mataku tidak salah, aku Olivia kamu Aron kan?" ucap gadis itu ternyata teman Aron semasa sekolah dulu.

"Olivia?" tanya Aron berusaha mengingat dengan menatap wajah Olivia.

"Yah kecewa deh aku tidak diingat." ucapnya kecewa.

"Olivia anak pintar yang sombong itu?" ucap Aron membuat gadis itu tersenyum lagi.

"Iya benar, yang diingat buruknya aja." ucap Olivia kembali cerah lagi karena Aron masih ingat dengannya.

"Ya ampun Liv, udah lama banget kamu kok masih bisa ingat aku." ucap Aron.

"Gimana ngga ingat sama idolanya SMA A loh, pasti sekarang masih jadi idola kan? kerja dimana sekarang?" tanya Olivia.

"Idola apanya sih ada-ada saja. Aku penganguran Liv." ucap Aron.

"Kamu pikir aku akan percaya?" ucap Olivia.

"Aku tentara, kalau kamu sekarang kerja dimana?"

"Aku membangun sebuah yayasan sekolah dan menjabat sebagai kepala sekolahnya keren kan?" ucap Olivia.

"Wah memang selalu ambisius sedunia, sebenarnya cocok sekali dengan," ucap Aron terpotong oleh Olivia.

"Dengan siapa? mulai jodoh-jodohin nih." ucap Olivia.

"Bercanda, oh iya kamu ada yang bisa jemput?" tanya Aron.

"Kenapa?" tanya Olivia.

"Aku tidak bisa mengantarmu sekarang.Masih ada yang ingin aku urus disini." ucap Aron ingin menghindar mengantar Olivia.

"Oh gapapa, selesaikan saja dulu urusanmu aku tidak masalah menunggu.Soalnya aku tidak ada yang bisa menjemput." ucap Olivia berbohong karena dia ingin Aron mengantarnya.

"Akan terlalu lama menunggu, aku pesankan taksi online saja." ucap Aron.

"Tidak mau, aku tidak biasa naik taksi online.Apa kamu akan melepas tanggung jawab, setelah tau korban yang kamu tabrak adalah temenmu?" ucap Olivia dengan nada tegas membuat Aron jadi sedikit tidak enak untuk menolak mengantarnya.

Kapten Aron 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang