Tidak Tenang

6.9K 616 58
                                    

"Hazel lagi?" batin Ara lalu dia menatap tajam kepada Wisnu, terlihat dari sorot matanya dia sangat kesal dengan pernyataan kekasihnya.

"Aku bersiap dengan sangat bersemangat,hanya untuk menemaninya membelikan ponsel untuk Hazel.Konyol sekali, rasanya ingin aku buang ponsel ini.Sesak sekali ketika dia hanya memperdulikan Hazel, dari pada aku sebagai kekasihnya.Aku sudah rela kasih sayang abang terbagi dan lebih fokus terhadap Hazel karena memang dia istrinya.Tapi apakah aku juga harus bersabar ketika kekasihku juga lebih memperhatikannya dari pada aku?" batin Ara dia kali ini benar-benar kecewa.

"Makan dulu yok, mau makan dimana?" tanya Wisnu tiba-tiba memecah lamunan Ara.

"Oh ngga usah, aku mau pulang aja mama udah nyuruh pulang." ucap Ara berbohong.

"Mama udah nanya ya, yaudah kita pulang aja." ucap Wisnu.

Saat sudah sampai di depan rumah Ara, terlihat Ara tidak langsung turun.

"Kak,kita putus saja ya." ucap Ara lalu dia langsung turun dari mobil.Mendengar pernyataan Ara tadi, Wisnu juga langsung turun dan mengejar Ara menahan lengannya.

"Kamu bicara apa?"tanya Wisnu.

"Kita selesaikan saja hubungan ini,"ucap Ara dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Tapi kenapa?"tanya Wisnu, namun tidak dijawab oleh Ara, dia langsung masuk ke rumahnya dan menutup pintu dengan keras.Lalu dia berlari ke kamarnya dan membanting tubuhnya ke ranjang dengan sedih, Ara menangis.

"Kenapa aku menangis? seharusnya aku tak perlu menangis kan? apa yang aku tangisi?dia juga sepertinya  sama sekali tidak mencintaiku, hanya aku sendiri dalam hubungan ini yang mencintainya sendirian.Apa yang aku suka darinya?kenapa aku begitu menyukainya sampai aku rela beberapa kali kecewa dan tersakiti karena ulahnya.Pernah ngga sih sekali saja dia merasa kalau aku ini kekasihnya, atau dia hanya menjalankan hubungan ini karena kasihan." pikir Ara.Terlihat beberapa kali panggilan dari Wisnu ke ponselnya, namun Ara langsung mematikan ponselnya.

"Perasaan hari ini baik-baik saja, kenapa Ara tiba-tiba ingin putus.Tapi biasanya dia memang seperti ini kalau moodnya sedang tidak bagus, nanti baik sendiri." pikir Wisnu dengan santainya.

Wisnu tidak langsung pulang,dia mampir ke rumah sakit terlebih dahulu untuk memberikan ponsel kepada Hazel.Terlihat Hazel memang masih sibuk dengan pekerjaanya, sejenak Wisnu memandanginya dengan fokus.

"Gadis kecil itu sekarang benar-benar sudah dewasa." gumam Wisnu memandangi Hazel, tiba-tiba senyumnya sirna saat melihat Hazel berlari ke toilet yang di ikuti oleh Wisnu takutnya ada hal buruk terjadi, tapi Wisnu hanya mendengar Hazel seperti mual dan muntah di toilet.

"Kamu mual?" tanya Wisnu mengejutkan Hazel saat dia baru saja keluar dari toilet.

"Mengagetkan saja, iya tapi aku bukan mual karena mengobati pasien kok.Sejak kemarin sering sekali rasanya mual mendadak tanpa sebab." ucap Hazel.

"Makannya jangan telat makanya, nih makan dulu." ucap Wisnu memberikan paperbag yang berisikan makanan, susu kotak, dan ponsel tanpa sepengetahuan Hazel karena Wisnu meletakan kotak ponsel dibagian bawah.

"Terima kasih banyak kak, ada keperluan apa datang lagi?" tanya Hazel.

"Ada yang ketinggalan." ucap Wisnu berbohong padahal dia memang khusus meluangkan waktu untuk membawakan makanan dan ponsel baru untuk Hazel.

"Kalau gitu aku makan dulu ya kak," ucap Hazel.

"Iya, Hazel kalau pulang malam hati-hati." ucap Wisnu mengingatkan.

"Iya," jawab Hazel.

Hazel melangkah masuk ke ruangannya membuka paperbag yang diberikan oleh Wisnu.Dia tersenyum melihat susu kotak rasa cokelat kesukaanya semasa kecil dulu yang sampai sekarang masih saja Wisnu ingat, tetapi saat mengeluarkan kotak paling bawah Hazel mengerutkan dahinya karena dari luar saja sudah terlihat gambar ponsel.

"Ngga mungkin kan ini ponsel beneran?" ucap Hazel merasa tak percaya lalu membuka kotak tersebut, matanya langsung membulat dan kembali meletakan kotak tersebut.

"Ini kan edisi terbaru, harganya lebih dari 20 juta.Kak Wisnu apa-apaan sih kok tiba-tiba membelikan ponsel seperti ini." ucap Hazel lalu memasukan kembali ponsel itu ke kotak dan paperbag, dia bergegas keluar mencari Wisnu dan beruntungnya dia melihat Wisnu baru saja masuk ke dalam lift, Hazel berusaha mengejar tapi lift sudah tertutup.Beberapa kali dia menekan tombol untuk membuka lift tapi tak kunjung terbuka, karena merasa nanti tidak terkejar dia langsung berlari menuruni anak tangga secepat mungkin agar masih bisa bertemu dengan Wisnu.Benar saja dia berhasil mengejar Wisnu yang baru saja yang baru keluar dari gerbang utama.

"Kak Wisnu."teriak Hazel menghentikan langkah Wisnu dan berbalik, dia melihat Hazel berlari ke arahnya dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Kenapa berlari-larian?" tanya Wisnu.

Hazel mengatur pernafasannya lalu mengembalikan paperbag yang diberikan Wisnu.

"Aku tidak bisa menerimanya kak," ucap Hazel.

"Kenapa?kamu tidak suka dengan ponselnya?"tanya Wisnu.

"Bukan, ini terlalu mahal kak." ucap Hazel.

"Hanya karena itu kamu tidak mau menerimanya? keterlaluan sekali, apa salahnya sesekali kakak membelikan adiknya hadiah.Terimalah, kalau kamu tidak mau buang saja." ucap Wisnu meletakkan paperbag itu kembali ke tangan Hazel.

"Kak, terima kasih banyak."ucap Hazel tidak bisa menolak lagi kalau Wisnu sudah bicara seperti itu.

Dia kembali ke ruangannya dan memindahkan kartunya ke ponsel baru,ada beberapa pesan dari Nomi tadi pagi dan Wisnu.Dan ternyata Aron juga mengirimkannya pesan, mengabarkan malam ini dia akan berangkat ke daerah Segitiga bertugas selama tiga hari disana.Terlihat raut wajah Hazel yang berubah khawatir, dia mencoba menelepon Aron tapi nomornya tidak bisa dihubungi, mungkin sekarang Aron masih diperjalanan.

"Huft rasanya berat sekali mempunyai suami seorang tentara, setiap detiknya aku menjadi gelisah semenjak menerima pasien anggota tentara kemarin aku jadi selalu khawatir terhadap Aron."ucap Hazel lalu membereskan beberapa barangnya dia bersiap untuk pulang, jam menunjukan pukul 9 malam.Hazel berjalan ke parkiran sebelum masuk ke mobil, dia merasa ada yanh aneh seperti ada yang memperhatikannya.Hazel melihat kiri kanan tapi tidak ada siapa-siapa.

"Apa aku saja yang terlalu sensitif." pikir Hazel lalu dia masuk ke mobilnya.Selama perjalanan Hazel melihat ke arah kaca spionnya ada pria dengan  motor yang besar dari tadi mengikutinya,Hazel masih tidak yakin.Mungkin memang pria tersebut tujuan arahnya sama dengannya, Hazel pun berhenti di supermarket untuk melihat apakah dia tetap mengikuti Hazel atau tidak.Ternyata motor itu tetap melaju.

"Huft syukurlah, aku pikir dia mengikutiku." batin Hazel lalu memebeli beberapa cemilan setelah itu dia kembali masuk ke mobil.Mata Hazel kembali membulat lagi,pria itu sekarang berada di belakangnya.

"Ini bukan suatu kebetulan." gumam Hazel lalu menginjak gas lebih kencang agar pria itu tidak bisa mengejarnya.Namun sepertinya pria itu bukan pria biasa, dia dapat dengan mudah mengejar Hazel.

"Dia mau apa sih." ucal Hazel mengigit bibir bawahnya karena mulai takut.

Karena sangat takut, Hazel tidak pulang ke rumahnya.Dia pulang ke rumah orangtua Aron.Sampai di depan rumah orangtua Aron, Hazel mengetok pintu dengan terburu-buru, sambil melirik kiri kanan dia sudah sangat takut.

Ckrek

Pintu akhirnya terbuka.

"Hazel."ucap mama Aron saat membuka pintu.

"Mama," ucap Hazel langsung masuk dan menutup pintu.

"Papa ada ma?" tanya Hazel.

"Ada di kamar, kenapa?" tanya mama Aron.Hazel langsung menarik nafasnya lega.

"Syukurlah,ma maaf ya datang malam-malam.Hazel takut banget tadi sepertinya ada yang mengikuti Hazel." ucap Hazel dengan wajahnya yang memang sangat pucat.

"YaTuhan, duduk nak.Ini minum dulu, tenangkan dirimu dulu." ucap mama Aron menenangkan.

"Siapa sebenarnya yang ingin berniat buruk kepadaku, atau memang spontan niat buruk saja karena melihat perempuan sendirian.Ah pusing sekali dari tadi pagi sampai malam tak sedetikpun aku bisa bernafas dengan tenang." batin Hazel.

Kapten Aron 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang