Hazel menceritakan kepada mertuanya kalau tadi seperti ada yang mengikutinya, tapi papa Aron mengatakan untuk tidak terlalu berpikir berlebihan, mungkin saja itu hanya kebetulan dam menyuruh Hazel tidak perlu khawatir.
"Kalau begitu Hazel pulang saja ya ma, pa." ucap Hazel berdiri dari duduknya.
"Eh ngga usah,nginap aja disini.Lagi pula sudah malam sekali kalau kamu mau pulang." ucap mama Aron.
"Syukurlah aku diperbolehkan untuk menginap disini, karena sebenarnya aku takut sekali.Walaupun papa Aron mengatakan kalau itu hanya kebetulan saja, tapi tetap saja aku merasa takut." batin Hazel.
Malam itu Hazel menginap di rumah mertuanya, tak banyak komunikasi antara mereka, karena memang sudah sangat malam dan lelah mereka memilih untuk istirahat.
Paginya, Hazel terpaksa harus bangun pagi. Padahal hari ini dia masuk malam dan kalau di rumahnya dia pasti menggunakan waktu ini untuk tidur lebih lama.Tapi karena menginap di rumah mertua, dia harus bangun pagi agar tidak terlihat jelek oleh orangtua Aron. Jam menunjukan pukul 07.00 pagi, Hazel merasa dia bangun sangat pagi dan bersiap untuk membantu mama Aron menyiapkan sarapan.Namun saat dia melangkah ke dapur, dia sudah melihat kaluarga Aron sedang menikmati sarapan mereka.
"Udah bangun Hazel, ayo nak sini sarapan." ajak mama Aron dengan sangat ramah.
Hazel merasa sangat tidak enak sekali, karena dia benar-benar terlihat seperti perempuan yang sangat jarang bangun pagi.Dia melirik ekspresi wajah papa dan Ara yang sangat serius dan hanya fokus pada makananya saja, suasana sarapan yang sangat mencekam menurut Hazel. Sampai makanan mereka hampir selesai papa Aron baru membuka suara.
"Pernikahanmu dan Aron sudah satu tahun lebih, tetapi kalian belum juga mempunyai keturunan mau sampai kapan menunda?atau kamu yang mandul?" tanya papa Aron membuat Hazel yang tadinya mengunyah makanan dengan sangat bersemangat, sekarang jadi lesu.
"Hush, sembarangan kalau ngomong jangan gitu lah." ucap mama Aron menepuk tangan suaminya.
"Kami memang bersepakat untuk menunda dulu pa." jawab Hazel.
"Untuk apa?" tanyanya dengan nada sedikit tinggi, karena papa Aron tak menyangka Hazel berani menjawab kalau mereka ingin menunda.
Hazel terlihat bingung dan ragu menjawabnya,karena memang dia belum siap untuk menjadi ibu dan mempunyai anak.
"Apa sudah periksa ke dokter nak?"tanya mama Aron lembut berbeda dengan suaminya.
"Sepertinya Hazel dan Aron baik-baik saja ma, beri kami waktu untuk kesiapan mental menjadi orangtua. Hazel pikir menjadi orangtua bukan hal yang mudah, apalagi sebagai istri tentara dan seorang dokter.Takutnya tidak efektif dalam mengurus anak, karena anak bukan hanya dilahirkan begitu saja.Tapi harus mampu mendidik,memberi kasih sayang, perhatian,mencukupi kebutuhanya.Untuk sekarang Hazel sendiri belum mampu mengurus diri apalagi mau mengurus anak." ucap Hazel sangat jujur, mendengar pernyataan itu Ara tersenyum menyepelehkan Hazel.
"Kasihan sekali abang punya istri seperti ini,kalau belum bisa mengurus diri sendiri kenapa menikah, konyol sekali." celetuk Ara geram.
"Usiamu memang masih muda, tapi pernah tidak kamu memikirkan Aron yang sudah tidak muda lagi, memang sekarang waktunya punya anak.Mau nunggu sampai kapan?lagi pula kamu di ajak untuk tinggal bersama di tempat penugasan Aron tidak mau, maunya apa?" tanya papa Aron.
"Hal ini yang membuatku benar-benar malas untuk bertemu mertuaku, anak dan anak saja yang mereka bahas.Mereka bahkan tak pernah menanyakan bagaimana aku menjalani rumah tangga, apa kesulitan yang aku alami.Hanya anak dan anak saja yang diinginkan." batin Hazel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Aron 2
RomanceBaca dulu cerita kapten Aron 1 dan jangan lupa follow dulu sebelum baca. Menjadi sepasang suami istri dengan profesi yang sama-sama sibuk, membuat rumah tangga Aron dan Hazel kembali terjadi konflik. Sikap Aron yang sangat posesif kepada Hazel juga...