Hilang Rasa Malu

7.1K 661 53
                                    

"Ehm hallo mba cantik, salam kenal ya." ucap Hazel dengan senyum manisnya dan alis yang naik sebelah seolah dia sangat puas.

"Kamu tidak cerita kalau sudah menikah, malu ya hehe wajar sih." ucap Olivia dengan nada mencibir.

"Sayang kamu malu ya cerita sama TEMAN lamamu ini, kalau aku istrimu?" ucap Hazel dengan manja dan menekankan kata teman agar Olivia sadar dengan posisinya.

"Tidak, mana mungkin aku malu." jawab Aron.

"Apa bagusnya istrimu itu, terlihat seperti anak kecil yang manja.Pasti Aron mau dengan dia karena wajahnya saja." batin Olivia merasa jengkel melihat Hazel bersikap manja dengan Aron.

"Kalau begitu salam kenal ya, ayo kita makan bersama." ucap Olivia mempersilahkan mereka, tetapi Aron merasa tidak perlu untuk makan bersama Olivia dan berniat untuk mengajak Hazel pulang.Namun Hazel menahan Aron dan menariknya duduk di meja makan, lalu Hazel tersenyum kepada Olivia.

"Makanannya cuma ini saja? sederhana sekali ya seleranya." cibir Hazel dengan sengaja.

"Ayo dicoba aja dulu, oh iya aku masih sangat ingat ini kesukaanmu kan?" ucap Olivia mengambilkan ayam goreng tepung dan di letakan di piring Aron dengan santainya.

"Ini sayang." ucap Aron meletakan ayam tersebut ke piring Hazel.

"Iya dulu itu memang kesukaanku, tapi sekarang itu kesukaan istriku." ucap Aron dengan tegas.

"Ahh sayang jangan gitu dong, jadi ngga enak sama Olivia." ucap Hazel dengan jurus manjanya, membuat Olivia semakin geli melihatnya.

"Suamiku hebat juga ya sudah pintar membaca sinyal berbahaya dariku, bagus." batin Hazel tersenyum dengan senang.

"Kenapa dia terlihat sangat menyebalkan sih," batin Olivia sambil melihat ke arah Hazel dengan geram.

"Oh iya suamiku sudah cerita tentang kondisimu, ini nomorku.Kedapannya aku yang akan bertanggung jawab dengan kondisi kakimu, jadi jangan menghubungi suamiku lagi, karena dia sangat sibuk." ucap Hazel diiringi dengan senyum menyebalkannya kepada Olivia.

"Dr.Hazel? dia seorang dokter?" batin Olivia sangat terkejut melihat kartu nama yang diberikan Hazel.

"Ehm tidak bisa seperti itu dong, ini namanya lepas tanggung jawab." ucap Olivia.

"Dari mana letak tidak tanggung jawabnnya? sebagai PASANGAN suami istri, memang seperti itu kan? saling membantu satu sama lain, dan tanggung jawabnya berpindah kepadaku karena aku membantu SUAMIKU." ucap Hazel menekankan di beberapa kata.

"Yang menabrakku itu Aron,jadi tetap dia dong yang harus betanggung jawab." ucap Olivia tetap keras ingin Aron.

Hazel memundurkan kursinya, lalu berjalan ke arah Olivia.Aron memejamkan matanya karena takut tindakan Hazel pasti sangat diluar batas.Dia sangat tau sifat istrinya yang memang seperti itu.
Hazel langsung menunduk melihat kaki Olivia, dia ingin tau seberapa parahnya kondisi kaki Olivia.

"Cih, cuma luka lecet seperti itu? aku pikir ada urat kakimu yang lepas.Itu juga sudah tidak perlu ke rumah sakit lagi, jangan berlebihan deh." ucap Hazel.

"Kamu tau apa tentang itu,luarnya memang terlihat hanya lecet biasa.Tapi dalamnya kan kita tidak tau." ucap Olivia.

"Dalamnya terlihat jelas kalau kamu ulat gatal yang ingin merayu suami orang!" batin Hazel sangat geram melihat tingkah Olivia yang terang- terangan sekali ingin mendekati Aron.Lalu dia menekan luka Olivia yang membuatnya sedikit menjerit, diringi tertawa kecil Hazel.

"Gila ya kamu!" ucap Olivia marah.

"Wah sepertinya emang kakimu parah sekali, memang harus kontrol ke rumah sakit nih, kalau tidak bisa saja di amputasi" ucap Hazel sengaja menakutinya.

"Aku akan ke rumah sakit, tapi tidak dilayani oleh dokter seperti kamu yang sekali lihat saja sudah tau kwalitasnya tidak ada." ejek Olivia sedikit membuat Aron ingin marah, namun Hazel memberi kode kepada suaminya untuk tetap tenang.

"Siap, nanti tinggal kirim saja nomor rekeningmu dan biaya pengobatannya.Selanjutnya tidak ada hal yang perlu kalian diskusikan lagi kan?" ucap Hazel dengan tegasnya.

"Kenapa dari tadi sepertinya kamu terlihat ingin membatasi aku dengan Aron? kamu tidak sedang cemburu denganku kan?" ucap Olivia dengan percaya dirinya.

"Apa? hahaha cemburu? aku juga lihat-lihat juga sih kalau mau cemburu,minimal lebih cantik dari aku, baru aku bisa cemburu. Tapi kamu... sepertinya tidak masuk dalam ketegori perempuan yang harus aku cemburui." ucap Hazel tersenyum puas.

"Kapan ini bisa selesai." batin Aron yang dari tadi menyaksikan perdebatan mereka.

"Sepertinya kita harus pulang sekarang, terima kasih atas makan malamnya, selanjutnya urusan lukamu silahkan hubungi istriku." ucap Aron menarik Hazel untuk segera pergi, terlihat wajah kesal Olivia.

Saat turun tiba-tiba Aron di peluk anak laki-laki kecil sambil memangilnya dengan sebutan papi.

"Papi," ucapnya sambil memeluk erat Aron, tentu saja membuat Aron dan Hazel teihat bingung.

"Dean," ucap Olivia terkejut melihat anaknya memeluk Aron, dia berusaha menarik anaknya namun kesulitan karena Dean memeluk Aron dengan erat sambil menangis.

"Itu bukan papi nak, ayo sama mami sini." ucap Olivia.

"No," jawab Dean.

"Tidak apa-apa biar dia tenang dulu." ucap Hazel, merasa kasihan dengan Dean.

"Papi papi kenapa tidak pulang." tanya Dean menangis lalu memeluk Aron.

Hazel mengusap-usap pungung Dean untuk menenangkannya, tapi tubuhnya terasa panas sekali.

"Anakmu demam, suhunya tinggi sekali." ucap Hazel kepada Olivia.

Olivia pun panik dan langsung memeriksa anaknya yang memang suhu tubuhnya tinggi.Tetapi anaknya benar-benar tidak mau lepas dari Aron, ketika ditarik untuk lepas dia langsung menangis dengan histeris.Dean sangat merindukan papinya.

"Kita antar ke rumah sakit bersama-sama saja." ucap Hazel kepada Aron, tentu saja ini diluar dugaan Aron.Karena dia pikir Hazel sangat tidak suka dengan Olivia.

Saat masuk ke mobil Aron, Dean tidak mau duduk di belakang karena dia ingin dekat dengan Aron, Hazel langsung turun dari mobil dan membuka pintu belakang.

"Dean mau duduk di depan?" tanya Hazel dengan ramah, yang di balas angukan oleh Dean sangat mengemaskan.

"Ayo sama tante duduk di depan yok." ajak Hazel, namun ternyata Dean tidak ingin bersama Hazel.

"Maunya sama mami." ucap Dean.

"Duduklah di depan," ucap Hazel mempersilahkan Olivia, tentu saja sedikit membuat Olivia terkejut dengan perubahan sikap Hazel, dia tidak mengira Hazel ternyata sangat baik. Mereka duduk di depan, dan Hazel duduk di belakang.Dean tetap saja ingin bersama Aron.

Mereka membawa Dean ke rumah sakit tempat Hazel bekerja, Hazel langsung menjelaskan kondisi Dean kepada dokter IGD dan mereka langsung memeriksa Dean yang di dampingi oleh Aron, sementara Hazel dan Olivia menunggu di luar karena hanya dibatasi satu orang pendamping.

"Suamiku meninggal enam bulan yang lalu, semenjak itu Dean memang sering demam. Mungkin itu yang dinamakan demam kerinduan, karena papinya sangat dekat dengannya, dan memang suamiku mirip dengan Aron dari segi fisik, karena itu Dean menjadi salah paham kalau Aron ini adalah papinya." jelas Olivia kepada Hazel.

"Jadi karena itu, kamu mulai ingin mendekati suamiku?"tanya Hazel menatap sinis kepada Olivia.

"Kalau jodoh siapa yang tau." ucap Olivia dengan santainya.


Kapten Aron 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang