Kabar Baik

6K 653 41
                                    

“Jangan terlalu dipikirkan ucapan papa dan mama mengenai anak,”ucap Aron menenangkan Hazel,karena dia tau istrinya masih belum siap untuk mempunyai anak.

“Orangtuamu tidak salah sih,sepertinya aku istri yang tidak baik untukmu.”ucap Hazel tertunduk.

“Jangan bicara sembarangan,”jawab Aron tidak suka mendengar pernyataan istrinya.

“Aku masih egois,”jawab Hazel.

“Kamu hanya belum siap dan aku bisa mengerti Hazel,lagi pula bukan tanpa alasan kamu mengatakan tidak siap.Justru aku bangga terhadapmu,secara detail kamu pikirkan masa depan anak kita,pola asuh, dan bagaimana mendidik anak bahkan sebelum mereka lahir.Itu artinya kamu ingin yang terbaik untuk anak kita nanti."ucap Aron meraih tangan Hazel dan digengamnya erat lalu tersenyum ke arah istrinya supaya Hazel percaya dengan apa yang ia katakan.

“Terkadang dia menjadi suami yang sangat menyebalkan,tetapi terkadang dia juga menjadi suami yang sangat bijak dan sangat pengertian.”batin Hazel lalu ia tersenyum kearah suminya,dia merasa sangat beruntung tuhan mengirimkan suami seperti Aron.

Sampai lah di lokasi tempat acara resmi para tentara karena hari ini memperingati HUT TNI mereka melakukan upacara setelah itu dilanjut dengan acara keakraban.Hazel berkumpul dengan ibu-ibu persit lainnya, mereka menggobrol dengan santai dan sangat asik.Tetapi mata Hazel tertuju kepada Aron yang sedang menyapa temannya yang membawa anak bayi,terlihat binar mata Aron sangat bercahaya mengelus kepala bayi itu.Sebagai istrinya,Hazel tau tatapan yang sangat dalam dan terpacar keinginan untuk memiliki anak dari mata Aron.Dia kembali menunduk lagi merasa keputusannya sangat egois.

“Aron pasti sangat menginginkan seorang anak ya, dia selalu bersemangat jika melihat anak kecil." batin Hazel.

Tiba-tiba tak sengaja seseorang menabrak Hazel dari belakang, yang membuat lamunannya buyar.

"Aduh jatuh deh es buahnya." ucap orang yang menabrak ternyata letnan Hendri.

"Oh ya ampun kebetulan sekali ya kita bertemu lagi disini,mobilmu baik-baik saja kan dokter Hazel?" tanya Hendri dengan sangat santai diiringi senyum jailnya.

"Dih, mimpi buruk sekali bertemu orang ini." batin Hazel lalu dia mengeluarkan ponselnya.

"Berapa nomor," belum selesai Hazel menyelesaikan ucapannya langsung di potong oleh Hendri.

"Wah jangan repot-repot deh mau minta nomor teleponku, 08.."ucap Hendri juga langsung di potong juga oleh Hazel.

"Nomor rekening!bukan nomor telepon,aku tau ulahmu yang mengirim orang untuk menolong mobilku kemarin dan mereka tidak mau dibayar padahal sudah menarik mobilku dan memperbaikinya.Jadi aku tidak mau ada hutang budi terhdap orang sepertimu,katakan semua biayanya berapa dan akan aku ganti."ucap Hazel dengan sangat tegas.

"Hm menarik."jawab Hendri.

"Berapa?"tanya Hazel lagi.

"Waktumu."jawab Hendri.

"Waktuku? tidak akan mampu uangmu untuk membelinya, karena waktuku hanya untuk orang yang berharga." ucap Hazel membuat Hendri jadi tertawa.

"Sombong sekali istri kapten Aron ini, memangnya suamimu tidak pernah memperingati cara bicaramu ya?dokter Hazel perlu kamu ketahui mulut bisa lebih tajam dari pisau bedahmu, lihatlah banyak kasus pembunuhan hanya karena mereka tidak menjaga ucapanya."bisik Hendri seperti menakuti Hazel.

"Jadi sekarang seorang letnan Hendri sedang mengancam untuk membunuhku?"tanya Hazel.

"Oh tidak dong, aku hanya memberitahu hal penting yang tidak diajarkan oleh suamimu."ucap Hendri.

Kapten Aron 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang