Lima - Seminggu yang Terpuruk

1.1K 179 31
                                    

Seminggu setelah pertemuan dengan Pram, Hani sama sekali tidak keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seminggu setelah pertemuan dengan Pram, Hani sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Tidak pergi ke kantor, aktivitasnya hanya mandi dan salat, makan pun seperti tidak ada tenaga, hanya kemasukan air putih. Ayu sudah mencoba membujuknya melalui sambungan telepon, tapi bukan Hani namanya kalau tidak teguh pada pendirian.

Hani ingat, dia memilih masuk ke perusahaan iklan itu agar bisa satu tempat kerja dengan Pram. Sekarang ketika laki-laki itu memilih pergi, Hani tidak memiliki tujuan lagi. Hani tidak bisa membayangkan setiap hari matanya menonton Pram bersama perempuan lain. Hatinya tidak mungkin sekuat itu.

Hani masih denial. Menyangkal bahwa Pram sedang bekerja kemudian ketika sudah selesai ia akan menghubungi Hani seperti biasa. Di dalam kamar, Hani masih menunggu pesan-pesan romantis di ponsel dan Pram sebagai pengirimnya. Selama seminggu ini, Hani pun menunggu telepon dari Pram. Bahkan masih berani telepon lebih dulu, meski berakhir tidak diangkat.

"Kamu tega, Mas!" Hani melempar ponsel, kemudian meremas rambutnya. Bagaimana bisa delapan tahun dikalahkan oleh wanita yang baru dikenalnya satu bulan?

"Semuanya gara-gara kamu, Kirana! Mati aja kamu!"

Hani mulai menyalahkan Kirana. Andai perempuan itu tidak datang, Pram masih mau berjuang bersama Hani untuk mendapatkan restu ibunya. Andai perempuan itu tidak datang, Pram masih miliknya. Andai perempuan itu tidak datang, Pram tidak akan tertarik dengannya lalu mencampakkan Hani.

Kamarnya sudah tidak terbentuk lagi. Beberapa lembar tisu tercecer di lantai. Selimut dan bantal tak luput menjadi korban. Entah sudah berapa banyak air mata yang Hani keluarkan hanya untuk menangisi Pram, sampai matanya sakit dan bengkak. Delapan tahun berujung sia-sia, siapa yang tidak merasa kehilangan? Hani rasa semua perempuan akan seperti dirinya jika kenyataan tidak sesuai ekspetasi.

Hani tidak tahu sampai kapan akan seperti ini. Hani rasa hidupnya sudah tak berarti sejak Pram memutuskan untuk pergi. Hani masih ingat betul perjuangannya mendapati hati ibu dari laki-laki itu sejak usia hubungannya tiga tahun.

"Ibu mau ketemu sama kamu, Dek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ibu mau ketemu sama kamu, Dek. Kamu mau, kan?"

Tentu saja Hani tidak akan menolak permintaan itu. Sudah tiga tahun dan Hani menanti momen itu datang. Dia sudah membayangkan Pram akan membawanya ke rumah, bertemu dengan ibu. Bukankah itu impian semua wanita?

SATRU - [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang