Pitu - Ide Gila Hani

1.1K 176 20
                                        


Hani benar-benar datang bersama Dika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hani benar-benar datang bersama Dika. Gadis itu mengenakan kebaya warna hitam, meski di undangan sudah tertulis tamu memakai dresscode warna silver. Hani sengaja sebab ingin menunjukkan pada Pram bahwa dirinya benar-benar sakit dengan pernikahan ini. Sementara Dika memakai baju batik sesuai dengan warna dresscode.

Memasuki ballroom, tanpa ragu Hani menggandeng tangan Dika. Banyak pasang mata yang memperhatikan. Jelas, karena Hani berbeda, jadi kelihatan mencolok. Hani tidak peduli. Misinya berhasil.

"Kasian Hani. Ditinggal nikah sama Pram, sekarang gandengan sama tukang ojek langganan dia."

"Iya, lepas dari manajer, dapetnya yang lebih rendah lagi."

Hani mendengar itu. Tidak masalah, toh, mereka memang membicarakan kenyataan. Hani kadang heran kenapa manusia suka sekali membandingkan pencapaian orang lain. Kalau gajinya banyak, berarti dia sukses. Padahal untuk apa membanggakan jabatan tinggi yang tidak abadi? Hani pun sadar tidak selamanya dia akan bekerja di kantor, tidak selamanya dia memiliki gaji yang besar. Kelak dia akan duduk diam di rumah. Begitu pula dengan Dika.

Kenapa orang lain yang repot menghitung penghasilan Dika?

Pandangan Hani beralih ke pintu ballroom. Di sana Pram mengenakan beskap didampingi orang tuanya dengan gagah berjalan menuju tempat akad nikah. Alunan gamelan mengiringi langkahnya. Dada Hani berdesir hebat. Apalagi ketika Kirana masuk tak lama setelah itu.

Perih. Rasanya Hani ingin mengacak riasan Kirana jika bisa.

Sebuah tangan menggenggamnya erat. Hangat. Dika seakan menyalurkan kekuatan. Saat melihat wajahnya dari samping, sorot mata laki-laki itu tajam.

Ketika MC mengumumkan akad nikah akan segera dilaksanakan, Hani mulai mempersiapkan diri. Ingin rasanya maju, menjambak Kirana agar acara ini gagal. Saat Hani hendak melakukan itu, lagi-lagi tangan Dika menahannya. Hani tak kuasa memberontak. Tubuhnya tiba-tiba lemas.

Dari kejauhan, Hani dapat melihat Pram dan Kirana tersenyum bahagia. Hani juga melihat ibunya Pram tersenyum, ini pertama kalinya Hani melihat senyum itu. Mereka berbahagia dan lupa jika di sini ada hati yang hancur berkeping-keping. Mereka tersenyum dan lupa jika ada perempuan yang terluka.

"Dik, ayo pulang."

Dika menoleh. "Lho, acaranya bahkan belum mulai."

"Aku nggak bisa, Dik. Nggak kuat. Takut kalau ngelakuin hal yang macam-macam."

Dika mengerti. Segera ia menarik Hani meninggalkan acara.

 Segera ia menarik Hani meninggalkan acara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SATRU - [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang