Adzan Maghrib mulai berkumandang dan saling bersautan antar satu masjid dengan masjid yang lain. Para anak-anak pasti sudah di masjid dan bersiap mengaji seperti biasa.
Para pria dewasa mulai berdatangan untuk ikut berjamaah di masjid.Demikian pula dengan Renza. Anak itu tampak berjalan cepat menuju masjid. Khawatir jika ia akan ketinggalan karena memang ia sedikit terlambat.
Meski Papa sudah lama meninggalkannya namun kebiasaan sholat berjamaah di masjid masih selalu ia lakukan. Menurut Renza, ia merasa lebih nyaman dan senang ketika berjamaah di masjid.
"Mas Renza ganteng!"
Renza mengabaikan teriakan anak-anak perempuan yang sibuk menggodanya. Sebenarnya Renza juga kesal dengan mereka. Bukan apa-apa,tapi anak-anak itu masihlah berusia sekitar 7 tahunan. Tapi Renza bisa apa? Mau dimarahin nanti yang ada justru dia yang dimarahin emaknya.
Biasanya Renza akan langsung pulang ketika ia selesai sholat berjamaah namun entah kenapa kali ini dirinya betah untuk berdiam diri disana. Pria dewasa sudah mulai kembali ke rumah, demikian pula dengan anak-anak yang mulai mengaji dan beberapa ada yang bermain.
"Nak Renza"
"Astaghfirullah!" kaget Renza ketika seseorang menepuk pundaknya.
"Jangan ngalamun" ucap Pak Ustad memperingati.
"Hehe maaf pak ustad," ucap Renza.
"Nak Renza lagi sibuk?"
"Enggak kok pak ustad, ada yang bisa Renza bantu?"
"Itu, kamu bisa kedepan dulu nggak? Di teras masjid,ada anak seumuran kamu yang diam aja disana. Saya perhatikan dari tadi tapi dia tetap diam saja"
"Ya sudah,kalau begitu Renza lihat ya Pak"
"Iya, tolong ya nak"
"Iya pak ustad."
Sesuai permintaan Pak Ustad, Renza berjalan keluar untuk melihat siapa anak laki-laki yang di maksud pak ustad.
"Permisi" Renza berkata pelan dan secara perlahan pula anak itu menoleh.
"Arsena?!" pekik Renza kaget.
Bagaimana tidak, wajah anak yang baru ia kenal tadi pagi itu tampak luka parah dan juga penampilan yang bisa di bilang sangat tidak baik-baik saja. Darah di wajahnya, baju yang robek, lusuh, dan jangan lupakan tubuhnya yang bau anyir. Hal itu menjelaskan bahwa Arsena jauh dari kata baik-baik saja.
Renza berjongkok di samping Arsena dan menatap lamat wajah itu.
"Lo kenapa bisa gini,Na? Lo gak papa kan?"
tanya Renza pelan. Suaranya bahkan terdengar parau."Gue di usir dari rumah" jawab Arsena tenang. Nada bicara anak itu terlihat tenang berbeda dengan Renza yang malah terlihat kacau.
"Tapi ini—
"Orang tua gue gak menginginkan gue hidup jadi mereka berusaha ngebunuh gue. Tapi ternyata mereka masih sayang sama gue jadi mereka ngusir gue setelah nyiksa gue" jelas Arsena seakan ia paham dengan segala pemikiran Renza.
"Mereka kejam" komentar Renza. Mendengar komentar Renza, Arsena terkekeh kecil.
"Ck! Gue yang ngalamin,kenapa Lo yang sedih?" tanya Arsena dan Renza menggeleng.
"Ke rumah gue yuk" ajak Renza.
"Keluarga Lo bakal keberatan nerima gue" tolak Arsena.
"Gak akan,yakin sama gue" ujar Renza meyakinkan.
"Gue gak enak"
"Ck!buruan !"
Jika saja tidak Renza paksa dan ia tarik tangannya, mungkin Arsena masih akan menolak permintaannya. Dan sekarang saja, Arsena terus mengatakan jika ia tidak enak hati dengan keluarganya Renza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta untuk Renza
Подростковая литература"Emang ada yang sayang sama aku? Orang terdekatku aja ngehancurin aku." Series kedua "Malaikat untuk Renza" (Bisa dibaca secara terpisah) 1 Juli 2022 - 19 Agustus 2022