🍁 14 - Jus Apel

505 95 23
                                    


Danu menunduk ketakutan dihadapan sang ayah yang kini tengah menatapnya tajam dan mengepalkan tangannya begitu erat.

"Apa sangat sulit bagimu untuk mengalahkan Renza?! Apa sangat sulit bagimu untuk menjadi nomor satu disana?!"

Danu tidak menjawab,kedua matanya kini tertuju ke kaki sang ayah yang berjalan mendekatinya.

"Ayah sudah memberi kamu dua pilihan. Kalahkan dia,atau lenyapkan dia ,kamu tinggal memilih"

Kaki mereka berhadapan, Danu masih tidak berani untuk menatap wajah ayahnya. Sungguh,yang terbayang saat ini hanyalah antara hidup dan mati.

"Bagaimana?"

Menarik nafas dalam,Danu mengeluarkan jawaban,

"Hukum Danu sesuka ayah tapi Danu mohon jangan sakiti Renza. Dia gak tahu apa-apa".

Danu tidak ingin dan ia tidak bisa untuk melenyapkan seseorang yang selama ini selalu ada bersamanya. Bagaimana mungkin ia melenyapkan Renza padahal ia begitu membutuhkan Renza dalam hidupnya .

"Baikah kalau begitu"

...

Untuk kalian yang mengatakan jika laki-laki itu jarang sekali menangis, maka kalian harus melihat bagaimana keadaan Renza saat ini.

Renza duduk bersandar di belakang pintu kamarnya. Anak laki-laki yang masih memakai seragam itu memeluk lututnya dengan air mata yang menetes. Katanya,menangis tanpa suara adalah hal yang begitu menyakitkan.

Renza itu tidak bodoh untuk menyadari apa yang ada di sekitarnya saat ini.
Pertemuannya yang bisa dikatakan tidak baik dengan ayah Danu mungkin saja adalah alasan dibalik sifat Danu yang berubah akhir-akhir ini.

Willie begitu membenci dirinya karena ia memiliki prestasi yang lebih baik daripada Danu. Renza tentu saja paham dengan maksud Willie saat mengatakan
agar dirinya membiarkan Danu mendapat posisinya jika tidak ingin melihat Danu terluka.

Bukti yang ada di otaknya semakin ia percaya ketika melihat betapa marahnya Danu ketika ia hanya kalah sedikit dari dirinya.

Seketika muncul berbagai macam tebakan yang ada di kepalanya saat ini. Apa mungkin Willie akan melakukan sesuatu pada Danu karena Danu gagal?

Renza tidak tahu pasti. Hanya saja,jika memang begitu yang terjadi,ia akan sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk Danu.

Duak !

Renza terkejut ketika merasakan pintu kamarnya ditendang dari luar dengan keras bahkan punggungnya saja terasa sakit. Ia bangkit lalu mengusap air matanya dan membuka pintu secara perlahan.

"Sini Lo !" tubuhnya tiba-tiba saja ditarik keluar tentu saja pelakunya adalah Kak Salsa yang entah bagaimana ceritanya hingga kakaknya ini bisa semarah ini.

"Salsa ! Jangan gini nak," itu Mama. Memang hari ini Mama ada di rumah karena keluarga majikannya yang tengah berlibur ke luar negeri jadi Mama diberi waktu untuk beristirahat.

Mama berusaha memisahkan kedua putranya yang tampak akan berkelahi karena demi apapun ,Mama pulang bukan untuk melihat anaknya berkelahi semacam ini.

Plak !

Nafas Kak Salsa tersengal setelah ia dengan kerasnya menampar pipi si bungsu padahal ia dengan jelas melihat ada bekas air mata yang sudah kering disana.

"Gue tahu lo benci sama gue,tapi seenggaknya Lo hargain gue ! Laptop gue itu rusak,jadi gue harus nulis tugas di buku . Setelah gue nulis berlembar-lembar, Lo siram pakai  jus ?!"

"Salsa! Kamu jangan begitu,kasihan Renza. Dia cape habis pulang sekolah" ujar Mama namun Kak Salsa malah tertawa.

"Bela aja terus! Aku itu siapa sih Ma? Jelas-jelas Renza emang salah kok ! Kayaknya Mama marah sama Renza itu emang hal yang mustahil." ucap Kak Salsa sinis.

"Kenapa kakak nuduh Renza? Padahal kakak gak lihat!" Renza membela dirinya. Ia rasa dirinya sangat tidak pantas untuk disalahkan karena memang ia tidak merasa melakukan hal itu.

"Bukti ada di tangan gue." Kak Salsa mengayunkan gantungan kunci berbentuk kepala kucing dan bertuliskan RZ dibaliknya sambil tersenyum sinis.

"Punya Lo kan?"

"Kak! Bukan berarti Renza pelakunya walaupun itu emang punya Renza !" ucap Renza lalu meraih gantungan kunci miliknya dengan kasar.

"Ngelak aja terus, gak perlu ngelak Lo tuh gak bakal dimarahin Mama !"

"Cukup Salsa! Kamu bicarakan ini dengan baik jangan nuduh seperti ini.!"
Mama yang kurang tegas sebenarnya adalah kesalahan karena kedua anak itu sedang dalam emosinya masing-masing sehingga sulit untuk ditenangkan.

"Kan, bela aja terus"

"Renza,minta maaf sama kak Salsa" ucap mama pada akhirnya membuat semua orang terdiam .

Sebenarnya saat ini ada Kak Ama juga Kak Azi namun mereka berdua memilih diam daripada menambah rumit permasalahan. Saat seperti ini,diam adalah emas bukan?

Ada satu hal yang sebenarnya tidak mereka sadari yaitu saat ini Renza sedang dalam emosi yang tidak stabil. Renza memang selalu dikenal terlalu sering mengalah pada kakaknya tapi mereka bahkan lupa jika Renza begitu berbahaya.

Di saat-saat seperti ini harusnya mereka memeluk dan menenangkan Renza karena permasalahan yang tengah ia alami tapi apa ? Kakaknya dengan asal langsung menuduhnya begitu saja.

"Kamu dengar? Minta maaf sama kak Salsa" mama mengulang ucapannya karena menurut mama hanya itu yang bisa membuat keduanya berhenti bertengkar.

"Maaf aja gak cukup ! Lo harus nulis ulang dan tulisannya harus sama bagusnya! Inget,itu harus dikumpulkan besok!" Kak Salsa memang selalu mempersulit.

Mereka tidak ada yang tahu bagaimana sulitnya Renza menahan semua marahnya saat ini. Anak laki-laki itu hanya tidak mau jika ia kelepasan hingga menyakiti keluarganya.

Masih dengan seragam sekolah,Renza melenggang keluar rumah tanpa memedulikan Mama yang kini meneriaki namanya meminta Renza untuk kembali namun Renza memilih abai.

"Mama tuh ngebela aku apa Renza? Kenapa tadi nyuruh dia minta maaf kalau sekarang aja mama teriak-teriak cuma karena dia pergi?" tanya Kak Salsa.

Kak Ama dan Kak Azi yang merasa suasana makin panas, langsung bertindak. Kak Azi membawa mama masuk ke kamar sedangkan Kak Ama masih berdiri disana sambil menatap Kak Salsa dengan tajam.

"Kakak mau belain Renza juga?" tanya Kak Salsa sinis.

"Kak Ama gak usah belagu! Kakak tertua itu cuman Mbak Manda jadi gak usah ngatur apalagi ngurusin masalah aku!" bentak Kak Salsa.

Sayang sejali , Kak Ama bukan tipe perempuan yang akan menangis dan mudah sakit hati melainkan ia adalah perempuan yang begitu pendendam dan sulit untuk mengatur emosi. Memukul orang itu sangat biasa baginya.

"Janga omongan Lo sebelum nyesel"

"Gak akan"

Kak Ama menarik nafas dalam-dalam, bagaimanapun ia harus bisa bersikap dewasa sekarang,

"Kamu bakal nyesel kalau sampai tahu jika bukan Renza yang numpahin jusnya"

Kak Ama tahu semuanya. Bahkan sang pelaku tentu saja berada di rumah ini bahkan dari tadi, ia melihat semuanya dari awal hingga sekarang.

....

Cerita ini itu penuh pengorbanan dan butuh keikhlasan.

Kalau kalian ada di posisi Renza kalian mau apa ?

Btw siapa yang udah numpahin jus apel ke tugasnya Kak Salsa ?
Beneran Renza atau ada yang lain?

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang