🍁 15 - Dia Itu Renza,Bukan Zidan !

600 97 16
                                    


Kemana Renza sekarang? Apa ia ada di rumah Danu ? Itu sangat tidak mungkin.
Sebenarnya Renza berencana ingin menginap di kosan Jenovan tapi justru Jenovan tidak mengizinkannya tanpa memberitahu alasannya.

Saat ini Renza tengah duduk di depan makam Papa. Jam tangan yang ia pakai sudah menunjukkan jika waktu Maghrib akan segera datang.

"Allahuakbar Allahuakbar !"

Benar saja, adzan Maghrib sudah berkumandang dan Renza segera bangkit lalu berniat ke masjid untuk sholat terlebih dahulu. Lagi pula ia sudah disini sejak satu jam lebih.

"Renza pulang dulu ya,Pa"

Ketika dirinya keluar dari area pemakaman, tiba-tiba saja ada seseorang yang menghampirinya dan langsung memeluknya dengan begitu erat. Tapi,siapa orang ini ?!

Renza berusaha untuk melepaskan pelukan itu tapi sia-sia karena orang yang tengah memeluknya lebih kuat daripada dirinya.

"I-ini Lo kan?" tanya laki-laki itu dengan suara gemetar pada Renza.

"Maaf, siapa ya?" tanya Renza karena demi apapun ia tidak mengenal orang ini.

"Bener dugaan gue selama ini. Lo itu belum meninggal,ternyata mereka semua bohongin gue" ucap laki-laki itu membuat Renza semakin tidak paham.

"Mahesa ! Berhenti ! Dia bukan Zidan !" teriak seseorang yang baru datang dan langsung menarik laki-laki yang memeluk Renza tadi dengan kasar.

"Apa-apaan sih Lo?! Dia itu Zidan adek gue! Dia masih hidup !" bentak Mahesa pada Ken, seseorang yang tadi menariknya.

"Sa! Sadar sa! Zidan itu udah meninggal ! Dia bukan Zidan!" Ken berusaha menangkan Mahesa yang tengah kalut karena ia juga berpikir logis jika anak laki-laki yang ada di depannya saat ini memang bukan Zidan.

"Dia adek gue,Ken ! Dia Zidan!" Mahesa berteriak marah. Ia merasa jika semua orang membohongi dirinya.

"Gue bukan Zidan!" ucap Renza tegas. Ia tidak mengenal siapa itu Zidan jadi ia tidak salah kan jika berkata demikian?

"Gue itu kakak Lo !" Mahesa berteriak membalas ucapan Renza.

"Kita pulang" ucap Ken tapi Mahesa menggeleng.

"Gue akan pulang kalau Zidan pulang"

Ken mengangguk,ia melirik sedikit pada Renza lalu memberinya isyarat agar menuruti kemauan Mahesa untuk sebentar.

Renza menganggu setuju.

...

Kini Renza duduk di ruang tamu milik laki-laki bernama Mahesa bersama Ken.
Kepalanya sungguh pusing luar biasa ketika Mahesa terus-menerus mengatakan jika ia adalah Zidan padahal jelas-jelas ia Renza.

"Sa,jangan bikin dia jadi risih. Lo nuduh orang yang salah,gue tahu lo nyesel tapi Lo udah terlambat. Dia orang lain bukan Zidan" Ken berusaha memberi Mahesa pencerahan karena Mahesa tentu masih selalu membantah perkataan dirinya juga Renza.

"K-kenapa dia mirip sama Zidan?" tanya Mahesa meminta penjelasan.

"Gue gak bohong dan gue ngaku kalau emang dia begitu mirip sama Zidan. Tapi tetep aja dia itu Renza,bukan Zidan" tegas Ken sementara Renza hanya diam dan berusaha memahami yang tengah terjadi.

"Lo bahkan lihat dengan jelas kan kalau Zidan kecelakaan bahkan dia meninggal di pangkuan Lo ,Sa. Lo juga lihat ketika dia dimasukkan ke peti juga dikuburkan ke dalam tanah" Ken masih terus menjelaskan.

"Terus dimana letak logikanya kalau dia adalah Zidan?"

Mahesa menunduk, ia hanya mengangguk. Rupanya penjelasan Ken masuk ke dalam otaknya dan benar yang dikatakan Ken, bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal bisa kembali ke dunia nyata ? Tapi bagaimana mungkin juga anak yang ada di depannya saat ini benar-benar mirip dengan sosok sang adik?

Mahesa memijat keningnya perlahan lalu bangkit, ia berjalan ke lantai dua. Mungkin hendak menenangkan dirinya yang tengah dilanda stres ini.

"Sorry kalau lo gak nyaman" ucap Ken ketika menyadari raut wajah Renza.

"Siapa Zidan? Kenapa dia nuduh gue Zidan?" Renza bertanya menuntut. Ia tidak mau pergi jika ia belum tahu yang sebenarnya. Lagipula namanya kan ikut diseret disini.

"Lo beneran mau tahu?" Ken bertanya.

"Iya"

"Zidan itu adiknya Mahesa. Dia udah meninggal dunia satu Minggu yang lalu.
Sekedar informasi aja,Zidan itu satu-satunya yang Mahesa punya jadi ketika Zidan ninggalin dia,Mahesa benar-benar ngerasa kehilangan banget. Dia belum mengikhlaskan Zidan sampai sekarang" jelas Ken disertai kekehan ringan di akhir ucapannya.

"Kenapa dia ngira gue Zidan?"

"Lo benar-benar mirip banget sama Zidan. Perawakan dan wajah benar-benar copy paste banget. Awalnya gue juga ngira Lo adalah Zidan tapi gue coba mikir logis, mungkin cuman mirip" jelas Ken lagi.

"Gue gak tahu siapa itu Zidan dan bahkan gue gak pernah lihat. Tapi gue maklum kok, mungkin emang rasanya sehancur itu pas ditinggal sama orang yang benar-benar dia sayangi"

"Gue saranin Lo temuin Mahesa dan bicarain semua ini baik-baik. Gue yakin Lo bisa bantu dia" Ken menepuk pelan pundak Renza.

"Dia—

"Lo bisa"

Mencoba mengatur nafasnya lalu bangkit untuk berjalan mengikuti langkah Ken yang kini mengantarnya menuju kamar Mahesa.

"Gue tunggu di bawah," ujar Ken lalu turun begitu saja meninggalkan Renza yang masih mencoba mengatur nafas sekaligus berpikir apa yang harus ia lakukan nanti.

Ceklek

Pintu berwarna putih itu ia buka dan dapat Renza lihat bagaimana kondisi kamar ini sekarang. Barang-barang berantakan dan puntung rokok ada dimana-mana.

"Ngapain ke sini? Lo bukan Zidan yang bebas masuk ke wilayah orang" ucap Mahesa yang menyadari jika ada orang lain di kamarnya.

"Lo ngira gue Zidan—

"Jangan sebut nama adik gue"

"Lo boleh cerita ke gue kalau ada masalah" ujar Renza namun Mahesa malah tertawa mendengar ucapannya.

"Lo pikir Lo siapa? Kita gak deket sama sekali jadi gak usah sok nawarin bantuan" sinis Mahesa.

Renza mengalihkan pandangannya malu. Benar juga apa yang Mahesa bilang barusan. Kenapa juga ia peduli begini?

"Sorry." ucap Renza sambil membuat pola abstrak dengan kakinya di lantai tanpa ia duga jika Mahesa sangat memperhatikannya.

"Arrrggghh!" Mahesa tiba-tiba berteriak sambil meremat rambutnya dengan kasar.

"Gimana gue gak ngira Lo adik gue,kalau semua yang ada di Lo benar-benar mirip sama Zidan!!!"

...
Di sini, peran Mahesa bakal lumayan mendominasi dan aku yakin kalian pasti udah tahu siapa yang dapat visualisasi Mahesa nya.
Kalau visualisasi Ken, terserah kalian aja deh :

Aku kasih tahu, antara Renza dan Zidan itu gak ada apa-apa. Oke?
Mereka cuman mirip.
Jadi kalau buat visualisasi Zidan,terserah kalian aja deh

Silahkan kalian saling menduga bagaimana akhir dari kisah belibet ini :)

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang