🍁 21 - Kembali Berempat

517 98 21
                                    


Seperti yang udah aku bilang di chapter sebelumnya, untuk chapter ini Renza versi menggemaskan bakal lebih sering muncul.

...

Menyeramkan adalah bagaimana keadaan kosan minimalis yang Jenovan tempati saat ini.

Iya, Jenovan tidak tahu jika Renza akan datang dengan Danu yang saat ini saja tengah bentrok dengan dirinya.

Arsena yang tengah duduk di kasur pun,seakan tidak dipedulikan. Renza duduk di kursi belajar sedangkan Jenovan dan Danu masih saling menatap tajam hingga akhirnya Danu memilih mengalah.

"Kayaknya gue gak ngundang Lo deh" sinis Jenovan membuat Danu mencebik.

"Lo pikir gue mau kesini? Gue dipaksa !" Danu membela dirinya.

"Oh,jadi Lo gak ikhlas datang kesini buat ngejenguk Arsena?! Ya udah sana balik!"

"Mulut Lo enak banget ya ngomong nya!"

"Sama kan kayak mulut Lo!"

Kedua anak itu masih terus berdebat tapi Renza dan Arsena tidak peduli.
Kini Renza duduk disamping Arsena.

Anak itu memperhatikan dengan jelas jika di tangan kanan Arsena terdapat luka yang melepuh. Itu pasti karena air panas.

"Na,kok ayah Lo kejam banget sih,Lo aja sampai disiram air panas" Renza berkomentar seraya menatap betapa menyakitkannya luka Arsena.

"Gak usah khawatirin luka gue. Ini bisa sembuh dalam beberapa hari. Asalkan bukan luka batin aja,karena sampai kapanpun itu gak akan sembuh" Arsena mencoba menenangkan Renza karena yang ada di bayangan matanya, Renza pasti akan banyak berkomentar mengenai lukanya.

"Lo bener,luka batin emang gak akan pernah dilupain walau udah di maafin" timpal Renza menyetujui ucapan Arsena.

"Lo gak diapa-apain kan sama bokap gue?" Arsena selalu mengkhawatirkan Renza,sama seperti Danu dan juga Jenovan. Hanya saja rasa khawatir yang ditunjukkan juga rasa sayangnya terlihat berbeda dalam menyampaikannya.

"Gue baik-baik aja,Na. Bokap Lo gak akan berani macem-macem sama gue." ujarnya bangga.

"Kakak Lo?"

"Jangan bahas kakak gue." Renza menolak untuk menjawab pertanyaan Arsena yang satu itu.

Arsena terkekeh kecil,"Lo mau diem aja gitu setelah semua luka Lo?"

"Gue gak mungkin buat ngelawan saudara sendiri. Tapi,gue juga gak tahu gimana kedepannya nanti"

Kini,tatapan Arsena dan Renza teralih untuk menatap Jenovan dan Danu yang sudah menyelesaikan sesi debat dan sekarang tengah asyik membongkar belanjaan yang Renza dan Danu beli tadi.

"Woi ! Lo berdua mau bakso gak?" tawar Jenovan lalu mengangkat bakso yang sudah dibungkus dengan plastik.

"Mau lah!" jawab Renza dan Arsena serempak.

Setelah meracik bakso yang akan mereka makan,kini saatnya acara inti yaitu makan bersama.

Tidak tahu doa apa yang selama ini mereka minta yang jelas saat ini juga termasuk hal yang tiba-tiba.

Ya, empat anak itu bersikap seperti dulu kala bahkan melemparkan candaan layaknya hari kemarin tidak pernah ada dalam sejarah hidup mereka.

"Berarti gue sama Jenovan selisih satu hari doang dong" Arsena terheran setelah Jenovan mengatakan tanggal lahirnya.

"Gue, 13 Januari 2003 terus Jenovan kan 14 Januari 2003 juga. Jadi,gue satu hari lebih tua daripada Jenovan?" Arsena masih mengungkit soal umurnya.

"Lo lebih tua satu hari dari gue doang,jangan bangga lu" sinis Jenovan tak suka.

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang