🍁 23 - Pengorbanan yang Menyakitkan

625 102 28
                                    

Satu Minggu telah berlalu dan Arsena kini sudah kembali ke rumah seperti biasa. Kehidupannya sedikit membaik sekarang dan itu benar-benar membuatnya sangat bahagia. Tapi tak seluruhnya ia bahagia.

Sehari setalah ia pulang, Ayahnya marah besar dan menyeret Arsena ke tepi jalan raya yang sepi penduduk dan lingkungan yang cukup jarang ada penerangan.

Mau tahu apa hal gila yang Robert lakukan ? Pria dewasa itu dengan tega mendorong sang putra ketika ia melihat sebuah truk yang melaju cukup kencang.

Arsena yang terjatuh ke jalanan tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap jika ia masih diberikan kesempatan hidup.

Robert tentu senang karena sebentar lagi anaknya akan merasakan yang istrinya rasakan.

Tapi,ketika melihat bagaimana Arsena yang berpasrah, membuat Robert teringat akan mendiang istrinya dan ketika mereka bertiga masih hidup dengan bahagia layaknya sebuah keluarga.

Hal yang tiba-tiba membuat Robert ketakutan adalah,ia seperti melihat bayangan jika ada sang istri yang menatapnya marah karena memperlakukan Arsena seperti ini.

Tanpa pikir panjang,Robert langsung berlari menghampiri Arsena yang berada di jalanan, mendorongnya ke sisi yang lain hingga ia terjatuh dan kakinya terlindas ban truk tersebut.

Pria itu tak sadarkan diri,dengan posisi yang memeluk sang putra.

"Makasih Yah," dan itu kalimat yang bisa Arsena ucapkan sebelum tiba-tiba ia ikut terpejam tak sadarkan diri,Ia hanya tidak menyangka.

Kini,Robert tidak bisa berjalan dengan normal seperti orang lain. Ia harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantunya untuk bergerak.

"Karma itu ada" ucapan Renza seminggu lalu seperti benar-benar terjadi.

...

"Nu,gue ke toilet bentar."

Renza bangkit meninggalkan Danu dan Jenovan yang masih duduk sambil menunggu pesanan mereka di kantin.

"Nih siapa sih,nelfon gue Mulu dari tadi!" kesal Renza.

Ya,dia ke toilet hanya ingin memastikan nomor siapa yang sedari tadi menelfonnya sejak di kelas tapi selalu ia abaikan. Jadi sekarang ia memutuskannya untuk mengangkat telefon itu. Barangkali penting.

"Akhirnya Lo angkat juga"

Renza mengerjap,menelisik siapa kira-kira penelfon di seberang sana. Dari suaranya,Renza tidak kenal tapi intinya ini suara anak perempuan.

"Siapa?"

"Gak perlu tahu. Sekarang juga kita ketemu"

"Lo siapa sih?! Keknya gue gak kenal deh,gue juga gak punya urusan sama Lo" ujar Renza.

"Lo emang gak punya urusan sama gue tapi gue ada urusan sama kakak Lo. Dia saudara Lo kan?"

"Lo siapa sih?! Lo apain kakak gue?!" gertak Renza seraya mengepalkan tangannya.

"Alamatnya bakal gue kasih,ingat datang secepat mungkin atau... tebak aja deh"

"Woi! Gue gak main-main ya! Lo siapa ?!"

"Gue tunggu. Waktu Lo gak lama"

"Eh! Lo punya kuping kan?! Ngomong yang jelas Lo siapa,mau Lo apa ?!"

"Gue kasih waktu 5 menit"

Tutttt-

Renza mengamati alamat yang dibagikan oleh si misterius tadi. Sial! Apa ia harus memanjat gerbang belakang untuk kabur ?

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang