Tok tok tokPintu utama rumah diketuk dengan brutal, menandakan seseorang di luar sana sangat ingin kemauannya di turuti secepat mungkin.
Arsena berlari tergesa-gesa lalu membukakan pintu untuk sang ayah yang kini mulai berjalan masuk dengan tubuh sempoyongannya.
Robert hendak terjatuh tapi Arsena begitu cekatan dan langsung merengkuh tubuh ayahnya.
"Lepas! Ayah bisa jalan sendiri" gumam Robert tapi ia tetap tidak bangkit dari rengkuhan Arsena.
Selalu saja seperti ini. Robert pergi berhari-hari setelah ia merampas uang hasil kerja keras Arsena lalu ia gunakan untuk foya-foya tanpa memikirkan sang anak. Lalu ia akan pulang saat uangnya habis dengan keadaan mabuk parah seperti ini.
Dengan baju seragam sekolah, Arsena membawa sang ayah untuk duduk di sofa dengan perlahan. Ia tidak mungkin berangkat sekolah dan meninggalkan ayahnya begitu saja.
Ia berjalan ke arah dapur untuk membuatkan minum tapi gumaman ayahnya menghentikan langkahnya.
"Gara-gara kamu ,istriku mati! Anak sialan!"
Pria dewasa itu berteriak-teriak sedangkan Arsena acuh. Kalimat itu adalah makanan sehari-hari nya sejak 2 tahun belakangan.
Arsena mengumpat dalam hati nya. Bukan ia yang membunuh ibunya.
Ibu Arsena meninggal karena kecelakaan. Kala itu Arsena dan sang ibu tengah berjalan bersama seusai mengambil raport milik Arsena.Entah bagaimana awalnya,yang jelas seingat Arsena, ibunya hendak di jambret. Tas selempang yang ibunya pakai di tarik tapi ibunya justru ikut tertarik ke jalanan.
Wanita itu terjatuh dan kendaraan yang melaju di belakang tentu saja berusaha untuk menghentikan laju kendaraannya namun sia-sia. Satu detik kemudian, semuanya berakhir.
Arsena benar-benar menyesal karena tidak bisa menyelamatkan sang ibu dan itu juga yang dirasakan Robert. Ia menganggap semua ini kesalahan Arsena karena bagaimanapun Arsena tidak bisa menyelamatkan istrinya.
Tapi apakah Arsena pantas menerima semua ini?
...
Secara perlahan Mahesa bisa tenang.
Sedikit demi sedikit ia mulai menerima jika anak laki-laki yang berada di sampingnya ini bukan adiknya melainkan hanya orang lain yang mirip."Nama Lo,Renza?" tanya Mahesa.
"Iya..." Renza terlihat kebingungan untuk menyebut nama Mahesa karena ia tidak tahu berapa umur Mahesa sekarang.
"Panggil gue Bang Mahe. Itu khusus buat Lo" ucap Mahesa membuat Renza berkedip kaget.
"Tapi Bang, seingat gue temen Lo manggilnya 'Sa' bukan 'Mahe' " komentar Renza.
"Cuman Zidan yang manggil gue Mahe. Gue cuman pengen hidup gue kembali normal jadi gue berusaha buat nerima kenyataan. Tapi itu sulit dan gue butuh waktu. Lo bisa kan,jadi Zidan buat gue sampai gue pulih?" tanya Mahesa penuh harap.
Renza menggeleng.
"Gue gak mau jadi orang lain. Gue mau jadi diri gue sendiri" jawab Renza tegas.
Mahesa hanya mengangguk paham meski didalam hati ia kecewa bukan main. Padahal ia hanya ingin menjadi kakak untuk laki-laki di depannya ini .
"Tapi gue bisa kalau jadi adik Lo" sambung Renza dengan senyum lebarnya membuat Mahesa langsung ikut tersenyum haru.
Keduanya saling merangkul bahu,dengan Mahesa yang mengucapkan terima kasih berulang kali.
"Gue yakin ada beberapa kebiasaan Lo yang berkaitan sama adik gue." ucap Mahesa.
"Mungkin" timpal Renza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta untuk Renza
Roman pour Adolescents"Emang ada yang sayang sama aku? Orang terdekatku aja ngehancurin aku." Series kedua "Malaikat untuk Renza" (Bisa dibaca secara terpisah) 1 Juli 2022 - 19 Agustus 2022