🍁 05 - Tiba-tiba Aneh

620 104 27
                                    


"Bu,lihat anak cowok yang kesini gak?" tanya Danu pada wanita yang berada di warung,tempat ia menyuruh Renza untuk memesan kopi.

"Ada tadi tapi dia udah pergi"

"Kalau boleh tahu kemana ya Bu?"

"Wah kalau itu saya gak tahu, tapi yang saya tahu dia pergi sama seorang bapak gitu"

Danu panik ! Iya panik,. bagaimana jika terjadi apa-apa pada anak itu.

"Ck! Kita cari Renza sekarang" ujar Danu lalu berjalan ke arah motornya yang terparkir tepat di samping warung .

"Gue telpon dulu" Jenovan berusaha menelfon Renza tapi tidak membuahkan hasil. Handphone Renza tidak aktif.

"Buruan kita cari,gue takutnya ada apa-apa sama tuh anak" Arsena berujar karena bagaimanapun ia sering di beri pesan oleh Mama untuk menjaga Renza.

"Arsena kamu bantuin Mama jagain Renza ya, dia itu emang udah gede tapi dia itu ceroboh banget . Mama gak mau dia kenapa-kenapa"

Sementara sosok yang tengah mereka cari, berlari dari kejaran sang pria misterius. Renza tidak menganggap dia berbahaya jika pria itu tidak membawa pisau di tangan kanannya.

"Mama ! Tolongin Renza" ucapnya disela-sela berlari.

Pria misterius itu berlari mengejar dengan cepat membuat Renza harus berlari tanpa arah. Intinya ia sudah tak peduli kamana kakinya melangkah asalkan ia selamat. Tapi yang lebih sial, kenapa jalanan ini semakin sepi?!

"Woah!ada pos ronda!" dengan segala harapan Renza mempercepat langkahnya menuju pos ronda yang sepertinya terdapat beberapa orang.

Tapi setelah ia sampai disana, Renza ternyata tertipu. Memang itu pos ronda tapi bukan tempat untuk menjaga kampung atau komplek melainkan dijadikan tempat berjudi oleh beberapa pria yang tengah mabuk.

Memilih berbalik namun pria misterius itu sudah berada di hadapannya.

"Mau kemana kamu?" kekeh pria itu.

Ada yang lebih sial daripada ia yang tak bisa berlari yaitu kenapa pria memakai masker. Kalau tidak pakai masker yang menghalangi rupa wajahnya. Huh! Jika saja Renza tahu rupanya, Renza pastikan ia akan balas dendam!

"Om ! Jangan ngejar dong! Bikin takut aja" Renza berusaha tenang meski jantungnya sudah asik berdisko.

Pria itu mendekat, sementara Renza tak sebodoh itu jika langsung berteriak. Anak itu berjongkok lalu meleparkan batu yang seukuran dengan kepalan tangannya ke wajah pria itu.

"Argggh!"

Pria itu mengusap kepalanya dan melihat darah di tangannya. Rupanya batu itu mengenai kening pria tersebut. Kesempatan itu Renza gunakan untuk berlari menjauh.
Entah sampai kapan ia harus berlari,Renza tak peduli.

Renza pikir pria itu akan berhenti tapi ternyata dugaannya salah. Pria itu masih mengejar meski keningnya sudah di banjiri darah akibat batu yang Renza lemparkan.

"Renza !!!!"

Renza menoleh pada jalanan kecil yang sedikit gelap lalu ia melihat seseorang yang begitu ia kenali.

"Na ! Tolongin gue !!" Renza berlari mendekati Arsena sambil merentangkan tangannya.
Sebenarnya Arsena bingung dengan tingkah Renza tapi untuk menenangkan anak itu,Arsena memeluk teman barunya dengan senang hati.

"Lo kemana aja?! Danu sampe cemas nyari Lo" ucap Arsena setelah Renza tenang dan menjatuhkan dirinya di jalanan.

Sepertinya ia terlalu lelah.

"Gue di kejar sama Om Om" jawab Renza masih dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Idih ngeri. Yuk lah pulang"

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang