🍁 24 - Bolehkah Papa Egois ?

656 101 16
                                    


"Akh!"

Hanya jeritan yang mampu Renza lakukan kali ini. Ia tidak memohon untuk dihentikan ataupun melawan karena ia tahu,nyawa kakaknya lah yang menjadi taruhannya. Tanpa ia tahu jika hal ini justru akan lebih menyakitkan.

Harusnya Renza tahu jika pilihan ini hanya akan berdampak buruk padanya. Kak Salsa tidak akan bisa dengan mudah merasa kasihan ataupun sadar . Bahkan saat ini perempuan itu hanya melihat bagaimana adiknya yang kini bertahan di antara hidup dan mati.

Bugh !

Bugh !

Pukulan di badannya ia terima berulang kali. Tangan penuh darahnya bergerak untuk menutupi perutnya.

Renza kesakitan. Yang lebih sakit adalah Kak Salsa yang tidak perduli. Apakah perempuan itu tidak sadar jika Renza berkorban untuknya ?!

Kak Salsa adalah perempuan paling tidak punya hati yang pernah singgah di kehidupan Renza .

Bagaimana mungkin perempuan itu masih diam bahkan dalam hatinya ia berharap adiknya tidak baik-baik saja . Hanya iblis yang bisa seperti itu.

Dan Kak Salsa pantas untuk mendapatkan panggilan itu.

Badan yang semula putih bersih,kini berubah menjadi merah darah.

Air mata yang mengalir mungkin akan menjelaskan bagaimana sakit yang anak laki-laki itu rasakan.

Renza tengkurap dilantai dengan posisi kedua tangan menjulur ke depan.

Bugh

Tangannya adalah sasaran utamanya. Berkali-kali tangannya dipukul dengan benda tumpul yang kini sudah mulai membiru.

Badannya mati rasa. Renza bahkan tak bisa menjelaskan bagaimana rasanya saat ini.

Harapan utamanya adalah,ia pingsan !

Renza memejamkan kedua matanya,ia tak sanggup walaupun sekedar membuka mata ataupun menggerakkan jari tangannya.

"S-sakitt...." rintihnya disela-sela nafasnya yang terengah-engah.

"Hhhh" badan Renza tersentak ketika ia merasakan jika ada tangan yang begitu lembut kini menghapus air matanya lalu beralih mengusap keningnya.

Renza merasakan adanya air yang menetes di wajahnya. Mungkin air mata.

Tangan itu masih setia mengusap keningnya. Renza penasaran,siapa tangan lembut itu?

Karena penasaran,Renza berusaha untuk membuka matanya. Dan ternyata orang itu masih ada didepannya,masih setia mengusap keningnya.

Orang itu meneteskan air matanya yang terjatuh diatas wajah Renza.

"P-p-papa?" hanya kalimat itu yang bisa Renza ucapkan sebelum akhirnya ia memejamkan matanya tak sadarkan diri.

"Maaf nak, Papa ingin egois. Kamu tidak pantas menerima semua perlakuan ini."







Brak

"Woi ! Anjing ya Lo semua!!"

itu suara Danu. Matanya berkilat marah dan ia langsung meninju habis dua orang suruhan Ita. Amarah menguasai dirinya hingga dengan mudah Danu bisa mengalahkan dua orang tersebut.

"Ren,Renza bangun woy!" Arsena yang barusaja tiba langsung berlari menghampiri Renza yang entah bagaimana keadaannya.

Jenovan langsung menahan Ita yang awalnya hendak melarikan diri dari tempat itu.

"Bawa Renza kerumah sakit, dua iblis itu biar jadi urusan gue" ucap Danu dengan suara rendahnya.

Arsena mengangguk dan langsung bergerak membawa Renza ke rumah sakit sesuai perintah Danu tapi ia memberi kode pada Jenovan untuk tetap disini.

Arsena khawatir jika Danu lepas kendali.

Benar saja, setelah Arsena pergi Danu langsung saja meninju Ita hingga perempuan itu terpental ke pojok ruangan .

"Lepasin gue anjing! Gue mau habisin tuh orang !" berontak Danu ketika Jenovan menahan badannya yang hendak meninju Ita.

"Tenang Nu! Gue punya bukti tuh orang udah nyelakain Renza jadi mendingan kita langsung bawa dia ke kantor polisi!" jawab Jenovan masih sambil berusaha menahan Danu.

Bukti? Ita dengan bodohnya tidak menyadari jika di bangunan tua bekas kantor pos ini masih memiliki cctv yang masih bekerja dengan baik dan ditambah bukti pesan alamat yang ia kirim pada Renza.

Oh ya ! Bagaimana mereka bisa tahu kalau Renza ada disini?

Danu dan Jenovan menunggu Renza yang dari toilet tapi anehnya anak itu tak kunjung kembali padahal sudah satu jam mereka menunggu.

Karena penasaran,mereka mencari ke toilet dan tanpa sengaja mereka menemukan handphone Renza yang ternyata terjatuh ketika hendak di masukkan ke saku.

Dan akhirnya,mereka menemukan pesan yang tertera sebuah alamat yang harus Renza datangi.

Bagaimana dengan Arsena ? Anak itu sedang mengerjakan tugas menjurnal di salah satu toko. Karena mereka bertiga bertemu akhirnya mereka bersama langsung bergerak ke alamat itu.

"Bawa dia. Gue masih ada urusan sama iblis satu lagi" geram Danu dengan mata tajam menatap Kak Salsa.

"Lo gak ada puasnya ya nyakitin Renza" kekeh Danu sambil berjalan mendekati Kak Salsa.

"Lo gak lihat gimana keadaan gue! Gue juga korban di sini!" teriak Kak Salsa membela diri.

"Korban? Darimana nya Lo bisa disebut korban hah?! Gue tanya dari mana?!" ujar Danu sambil menunjuk wajah Kak Salsa .

"Gue dari dulu udah berusaha sabar ya sama tingkah Lo! Dari dulu Lo selalu nyakitin Renza ! Buka mata anjing ! Dia saudara Lo!"

"Gue pastikan hidup Lo menderita,Salsa"

Tangan Danu bergerak untuk membuka ikatan Kak Salsa. Ia masih punya akal sehat untuk membebaskan perempuan itu. Setidaknya untuk saat ini.

....

Chapter ini emang sengaja aku bikin pendek ya

💚


Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang