🍁 11 - Dia Bilang, Berikan Posisimu

558 89 28
                                    


Rasanya lega sekali ketika Renza tahu mengenai siapa dan apa yang dialami oleh Arsena.  Renza sudah berjanji pada Arsena jika akan menolong Arsena semampunya walaupun secara terang-terangan Arsena menolak.

Untuk urusan Danu, Renza tidak membenci Danu walaupun sahabatnya itu sangat aneh karena tiba-tiba membencinya. Renza yakin jika ada alasan dibalik itu semua.

Lagipula ia tidak bisa gegabah kan?
Ia harus bijak.

"Danu gak masuk"

Renza menajamkan telinganya ketika mendengar ucapan salah satu anak perempuan yang duduk didepannya. Apa katanya tadi, Danu tidak masuk?

"Eh, Lo bilang Danu gak masuk?" tanya Renza lalu kedua perempuan itu mengangguk mengiyakan.

Renza terdiam. Kenapa Danu tidak memberitahu nya? Ah,ia lupa Danu kan sedang aneh dan bilangnya sih Danu benci sama dia.

"Idih pagi amat neng" ucap Jenovan yang barusaja datang sambil asyik meminum es yang ia pegang di tangan kanannya.

"Lo ngomong sama gue?" anak perempuan yang duduk di depan Renza bertanya tapi Jenovan langsung memasang wajah kesal bukan main .

"PD amat, orang gue ngomong sama belakang Lo" cibir Jenovan.

Renza cuma berkedip malas, sepertinya lama-kelamaan Jenovan juga sedikit aneh. Kekakuannya jadi semakin random saja.

"Ren,gue dengar-dengar kakak Lo besok pagi mau nikah ya?" Jenovan bertanya sambil duduk di meja Renza masih sambil menikmati es di pagi hari.

"Hm,tapi Lo gak di undang"

"Btw kakak Lo yang pas gue kerumah Lo itu udah nikah belum?"

Renza membulatkan kedua matanya kaget, wah jangan bilang jika Jenovan suka sama Kak Ama. Wah,jangan sampai terjadi . Masa iya besok dia harus memanggil Jenovan Kakak sih?

"Santai elah,gue cuman nanya bukan berarti gue suka sama kakak Lo" ujar Jenovan malas ketika raut Renza begitu menakutkan.

"Ya kan siapa tahu Lo suka sama kak Ama"

"Btw semalam gue ketemu sama Arsena" ucap Jenovan sedangkan Renza hanya mengangguk lagi pula kemarin dia juga ketemu.

"Tau gak? Dia kemarin ngasih makanan ke nenek-nenek yang ada di depan musholla deket pesantren yang kemarin dia liputan itu" jelas Jenovan.

Entah kenapa tiba-tiba Renza tersenyum bahagia. Ia bangga dengan Arsena dan ia yakin ia tak salah memilih teman pergaulannya. Arsena masih peduli sama orang lain walaupun dirinya juga butuh diperhatikan.

"Kok Lo bisa lihat?"

"Kan disitu ada lampu merah, gue kan berhenti di sana"

"Oo"

"Mau nanya, agamanya Arsena apa?"

"Kristen" jawab Renza.

"Sama kayak gue dong?" ujar Jenovan.

Jangan sampai lupa jika Renza,Danu, Arsena dan Jenovan punya keyakinan yang berbeda. Renza dan Danu adalah seorang muslim sedangkan Arsena dan Jenovan itu non-muslim.

"Lo gak papa kan temenan sama gue yang beda agama?" tanya Jenovan.

"Ya gak papa lah,emangnya kenapa lagian kita kan harus saling toleransi" ucap Renza dengan senyum lebarnya.

"Thanks ya"

"Santai aja Napa sih"

"Hehe"

...

Renza melangkahkan kakinya menuju arah rumah Danu. Ia memang ingin datang untuk menengok Danu pasalnya tadi Danu berangkat tanpa keterangan.

Sebenarnya dari tadi ia sangat senang karena besok pastinya ia tidak akan masuk sekolah karena kakaknya menikah dan tepat sekali besok ada pelajaran yang begitu Renza benci. Bukan pelajaran sih tapi gurunya.

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang