Danu menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya. Sejak Renza berada di rumah sakit,ia selalu duduk sendiri dan jelasnya ia selalu kesepian."Kenapa Lo sedih? Bukannya Lo seneng? Kan gak ada saingan lagi pas ulangan"
Ucapan Jenovan beberapa waktu lalu bukan ujaran kebencian. Anak itu juga sedang berusaha melampiaskan kesedihan yang ia rasakan.
Mungkin perkataan Jenovan ada benarnya. Bukannya harusnya ia juga senang ketika tidak ada Renza? Ia tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana reaksi ayahnya ketika ia gagal nanti. Kenapa? Karena ketika tidak ada Renza,sudah otomatis ia akan menjadi yang terbaik di kelasnya.
Tapi kenapa,kenapa ia justru merasa tidak berguna. Ia merasa tidak memerlukan posisi yang selama ini ia inginkan.
Grek
Danu duduk dengan tegak ketika merasakan ada orang yang duduk di sebelahnya. Dia Jenovan.
"Sepi ya, gak ada Renza" ucap Jenovan lirih sambil menatap lurus ke depan.
Danu mengangguk membenarkan.
Bukan hanya suasana hati keluarga dan sahabat tapi suasana kelas seakan mengikuti. Tidak ada anak laki-laki yang akan digoda oleh rentatan perempuan atau tidak ada anak laki-laki dengan tingkah menyebalkan yang akan menganggu Danu.
"Nu,Jen, pulang sekolah kita mau jenguk Renza. Lo berdua ikut kan?" Clara, perempuan yang menjadi ketua kelas IPS-1 itu mendekat menghampiri Danu dan Jenovan.
"Kita tiap hari disana"
"Jadi,nanti mau bareng?" koreksi Clara.
"Boleh. Emang banyak yang mau ikut ke rumah sakit?" tanya Danu.
"Lumayan. Sekitar duapuluh anak. Sisanya gak bisa karena jarak rumah yang jauh dari rumah sakit" jawab Clara.
"Thanks ya udah mau jenguk Renza"
"Santai aja,Renza juga temen kita. Nanti kita iuran aja gak usah pake uang kas."
"Clara" seorang anak perempuan mendekat,dan memberikan uang sebesar duapuluh ribu rupiah sebanyak sepuluh lembar.
"Ini dari gue sama anak-anak lain yang gak bisa ikut."
Danu tersenyum tipis, teman-temannya bahkan sangat peduli pada Renza. Mereka yang tidak bisa ikut pun memberikan sumbangan padahal sebenarnya tidak ada paksaan sama sekali.
Huh,semoga perempuan iblis itu akan menyesal nantinya.
"Nanti pulang sekolah langsung aja ya" ujar ketua kelas dan disetujui oleh semua anak dikelas.
...
"Renzaaaa" rombongan berisik itu sampai di ruang rawat sekitar pukul setengah empat dan membuat terkejut Renza yang tengah menerima suapan makanan dari sang Mama.
"Ini dari kami Tante,mohon di terima ya" ketua kelas memberikan bingkisan berisi beberapa makanan kepada Mama.
"Terima kasih banyak ya,jadi ngerepotin" ujar Mama terharu.
Mama hanya tidak menyangka jika teman-teman Renza akan se-solid ini dengan anaknya.
"Gak ngerepotin kok Tante. Kami senang banget bisa ketemu lagi sama anak Tante yang manis ini ,udah bosen Tan disekolah lihatnya Danu terus" ujar salah satu siswa perempuan membuat Mama geleng-geleng kepala sementara Danu langsung mencebik kesal.
"Kalo bosen lihat gue makanya tutup tuh mata!" kesal Danu lalu mengundang tawa teman-temannya.
"Mama tinggal ya,Ren. Kamu sama temen-temen kamu dulu" ujar Mama sambil mengusap kepala Renza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta untuk Renza
أدب المراهقين"Emang ada yang sayang sama aku? Orang terdekatku aja ngehancurin aku." Series kedua "Malaikat untuk Renza" (Bisa dibaca secara terpisah) 1 Juli 2022 - 19 Agustus 2022