Minggu,hari menyenangkan bagi semua orang. Apalagi bagi anak sekolah seperti Renza yang haus akan hari libur.Oh ya,saat ini ia dan Mahesa tengah berada di depan rumah miliknya. Renza tidak mau berada di rumah Mahesa terlalu lama karena ia juga memiliki rumah dan keluara sendiri.
Untuk urusan kenapa Mahesa ada di sini , yaitu ia menawarkan diri untuk mengantar Renza. Renza sih mau-mau saja karena ia juga tidak hafal jalan menuju rumahnya.
Tok tok tok
Pintu rumahnya ia ketuk dan tak lama kemudian, seseorang datang membukakan pintu. Huh ! Kenapa Kak Salsa sih?!,batin Renza.
"Bosen jadi gelandangan,makanya pulang?" sinis Kak Salsa membuat Mahesa yang ada di belakang Renza benar-benar terkejut.
"Mama mana?" menyingkirkan rasa marah,Renza mencoba mencari pembicaraan lain.
"Ngapain?nyari pembelaan?"
"Bang Mahe,masuk aja ayo" ajak Renza lalu ia melewati Kak Salsa dengan acuhnya.
"Gue buatin kopi dulu ya Bang" ucap Renza tanpa menunggu jawaban dari Mahesa dan langsung menuju ke belakang.
Kak Salsa berdiri sambil bersedekap, menatap Mahesa dengan tatapan menelisik. Mahesa yang ditatap seperti itu jelas merasa risih. Tak hanya itu,Mahesa bisa merasakan adanya hubungan tidak baik antara perempuan ini dengan Renza.
"Siapa Lo?" tanya Kak Salsa dengan nada tak sopannya sambil menunjuk Mahesa dengan dagunya.
"Mahesa" jawab Mahesa datar.
"Gue gak nanya nama,gue nanya Lo siapa?"
"Kata 'siapa' itu identik dengan pertanyaan nama" sinis Mahesa.
"Temennya si penghasut ya?"
Mahesa tidak bodoh untuk menyadari kemana arah pembicaraannya. Jelas ucapan perempuan itu mengarah pada Renza. Perlu kalian tahu,Mahesa itu sangat peka.
"Jangan ngebenci saudara sendiri kalau Lo belum tahu gimana rasanya kehilangan" ucap Mahesa tegas.
"Siapa Lo nasehatin gue?"
"Gak penting. Yang jelas, penyesalan untuk yang kedua kali itu lebih sakit" Mahesa tidak menyindir tapi ia mengingat pada kesakitan yang pernah ia alami sebelumnya.
Belum juga kak Salsa menyahut, tiba-tiba datanglah Mama bersama Renza di belakangnya.
"Nak,ikut sarapan yuk di belakang" ajak Mama pada Mahesa.
"Enggak usah Tante,saya mau langsung pulang aja" tolak Mahesa tak enak hati.
"Loh gimana sih,kan Renza juga udah bikinin kamu kopi. Sekalian diminum"
"Ayo Bang,masakan mama gue emang sederhana tapi gak kalah enak sama yang di restoran" ucap Renza mengajak Mahesa.
Karena Mama yang terus mengajak,Mahesa juga akhirnya tidak enak hati jika menolak dan akhirnya ia mengikuti kemauan mereka dengan ikut sarapan bersama di keluarga Renza pagi ini.
...
"Woy ! Danu !"
Arsena berlari mengejar seseorang yang tengah menghindarinya saat ini. Tadi Arsena tak sengaja melihat Danu di salah satu warung makan dan ia berinisiatif untuk mendekatinya tapi anak itu justru berlari menghindar.
Matahari yang begitu terik karena jam kini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang.
"Nu!"
Arsena berhasil menarik lengan Danu karena bagaimanapun kemampuan berlari Arsena jauh lebih baik daripada Danu.
"Mau apa?" Danu bertanya dengan raut wajah yang ia buat sedatar mungkin.
"Gue mau minta tolong" ucap Arsena.
"Minta tolong apa?"
"Tolong jagain Renza. Jangan pernah bilang apa-apa tentang gue. Gue gak mau kalau dia terluka gara-gara gue" ucap Arsena dengan senyum tipisnya.
"Kenapa gak Lo jauhin aja dia?" sinis Danu. Tentu saja di otaknya,cara seperti yang ia lakukan adalah yang baik.
"Gue gak mau ngebuat Renza ngerasa bersalah karena gue jauhin dia"
Deg
Jawaban yang keluar dari mulut Arsena barusan seakan memukul telak sebuah fakta dari Danu. Benarkah jika menjauhi adalah cara yang salah?
"Gue gak mau Renza kenapa-napa, tapi disisi lain gue juga harus mastiin dia baik-baik aja "
"Gue gak mau ikut campur. Itu urusan Lo sama Renza" tolak Danu.
"Heh,gue gak bodoh ya. Gue tau Lo itu orang yang Renza perayai,jadi gue yakin Lo pasti bisa lah buat ngejagain dia bentar"
Arsena hanya tidak tahu jika hubungan Danu dengan Renza juga sedang tidak baik-baik saja.
"Dia bukan anak kecil yang harus dijagain"
Arsena menghela nafas kesal, ia memang termasuk seseorang yang penyabar tapi jika dihadapkan dengan manusia semacam Danu,entah kenapa kesabarannya menjadi tipis setipis tisu.
"Gue tahu. Tapi gue yakin Lo punya otak kan? Gue itu lagi ada di posisi yang berbahaya. Kalau Renza deket sama gue,dia juga bisa kena dampaknya.
Lo tahu kan ,gimana Renza? Sekalinya dia penasaran,dia bakal cari tahu sampai dia dapat!""Langsung aja" Danu tidak suka basa-basi.
" Gue bisa mati ketika hidup gue dilindungi sama Renza. Jadi—
"Jadi,kenapa Lo nggak nyingkirin Renza aja?"
"Gue gak sebodoh itu buat ngebales orang yang udah nolongin gue,Nu. Gue cuman mau nyelesain masalah gue sebentar" ujar Arsena tegas.
"Gue gak ikut campur" ucap Danu lalu berjalan cepat menjauhi Arsena.
Tidak tahu saja,jika dalam hatinya Danu beribu kali menanyakan, apakah caranya menyelesaikan masalahnya itu salah?
Apa ia salah menjauhi Renza seperti ini?Sedangkan Arsena hanya mengusak rambutnya kasar. Ia harus bagaimana?!
Arsena tidak akan bisa melawan Ayahnya jika ia masih dibayang-bayangi dengan ketakutan. Arsena memang yakin jika ayahnya tidak akan menyakiti Renza tapi dirinya yang jelas menjadi sasaran.
"Gue gak peduli apapun lagi. Gue bakal ngelindungi balik orang yang udah ngelindungi gue".
...
Apa yang pertama kali teringat ketika mendengar kata Senin? Upacara bendera ? Hari paling menyebalkan karena jauh dari akhir pekan? Itu semua benar.
Tapi ada yang lebih menyebalkan hari ini bagi Danu. Yaitu Renza yang sedari tadi menganggunya tanpa henti.
"Nu,ajarin gue dong..."
"Kok Lo jadi kalem sih? Lo gak kangen ngerusuh sama gue ya?"
"Bolos yuk. Dulu Lo suka ngajakin gue bolos"
"Traktir gue Nu,gue laper"
"Danu!"
"Renza ,Lo bisa diem gak sih?!!" geram Danu tapi anehnya ia tidak membentak seperti kemarin-kemarin bahkan ia menurut saja waktu dirinya ditarik-tarik Renza untuk duduk bersama lagi.
"Enggak" jawab Renza dengan senyum lebarnya.
"Gue harus belajar" ucap Danu.
"Gue tahu Nu,kenapa Lo benci sama gue kemarin." ucapan Renza membuat Danu menghentikan kegiatan menulisnya lalu menatap Renza dengan tajam.
"Tahu apa Lo?"
"Lo bakal dipukulin sama ayah Lo kalau nilai Lo bukan yang terbaik.kan?"
Danu terdiam. Bagaimana Renza bisa tahu? Apa ia pernah memberitahunya? Danu rasa tidak sama sekali.
"Lo tenang aja,buat ulangan nanti gue pastikan nilai Lo yang terbaik!" dengan tingkah polosnya,Renza memberikan dua jempolnya untuk Danu yang masih terdiam.
....
Kata-kata untuk chapter ini ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta untuk Renza
Fiksi Remaja"Emang ada yang sayang sama aku? Orang terdekatku aja ngehancurin aku." Series kedua "Malaikat untuk Renza" (Bisa dibaca secara terpisah) 1 Juli 2022 - 19 Agustus 2022