🍁 19 - Renza Tetap Sayang Kok

578 92 19
                                    


Robert tersenyum sinis ketika kalimatnya membuat Renza terdiam dan menatap sedikit takut ke arahnya.

Jari-jari tangan Renza bergerak asal,anak itu berusaha mencari titik keberaniannya tapi sayang,semua itu sirna setelah ia ingat betapa ketakutannya ia waktu dikerjar oleh pria dihadapannya beberapa waktu lalu.

Memang,ketika Arsena yang mengatakan ia biasa saja tapi ketika ia berdiri dihadapan orang yang sebenarnya,maka disitulah ia bisa merasakan jika ia merinding bukan main .

"Diam?takut?" sinis Robert lalu berjalan semakin mendekati Renza.

"Kamu pikir saya tidak tahu siapa kamu?" ucap Robert.

"Saya tahu semuanya. Kamu itu punya sisi jahat kamu sendiri,kamu tidak sebaik yang orang tahu.
Kamu menghancurkan saudara kamu sendiri" Robert tersenyum penuh kemenangan ketika Renza menatapnya dengan manik bergetar.

Sialan,pria ini tahu titik lemah Renza.

Sebenarnya ayah Arsena ini jelmaan setan,penguntit atau malah detektif?

"Kamu menghancurkan saudara kamu sendiri,Merenggut semua kebahagiaannya dan kamu juga membuat orang lain membencinya. Jadi,jangan sok baik untuk melindungi Arsena"

"Itu bukan gue" Renza memberanikan diri untuk menjawab. Bagaimanapun juga ia tidak boleh menunjukkan lukanya pada orang lain terlebih orang ini adalah orang yang ia benci.

"Mengakulah. Tidak menutup kemungkinan, saudaramu yang kau sakiti akan menuntut balas sama seperti saya yang menuntut balas pada anak saya sendiri"

"Itu gak akan mungkin"

"Dendam itu tidak melihat siapa dan apa" ucap Robert dan berhasil membuat Renza kembali mengingat bagaimana perlakuan buruk sang kakak pada diri nya.

"Pergilah. Saya tidak punya urusan denganmu"

Aneh. Tidak ada bantahan ataupun perlawanan, Renza langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang baru saja menjadi saksi kekejaman sosok ayah.

Entah Renza takut atau apa,yang jelas Anak itu tengah kacau.

Sementara itu di rumah sakit,Jenovan mondar-mandir kebingungan saat telponnya tidak di angkat oleh Renza. Sialan! perasaannya kacau sekali!

Pandangannya kini beralih menatap Arsena yang masih terpejam dengan kondisi badan yang membuat semua orang meringis ketika melihatnya.

"Na,Lo harus tahu ,gak cuma Lo yang ada di titik sulit kayak gini sekarang"

Ya,Jenovan membicarakan dirinya sendiri.

"Lo tahu Renza kan? Orang yang Lo sebut-sebut pahlawan itu lagi sakit. Dia butuh Lo Na, tapi Lo malah diem dan mejamin mata ditempat ini."

"Bangun Arsena goblok! Bangun dan cepat Lo dengerin keluh kesah sahabat gue!" geram Jenovan pada Arsena tapi sia-sia karena yang terlihat ia hanya berbicara pada angin .

Jenovan mulai tahu semua sakit yang sahabatnya alami dan itu membuatnya yakin,jika ia tak sendiri lagi mulai saat ini.

Benar,Jenovan juga memiliki rahasia sendiri.

...

Katakan saja Renza lemah saat ini. Ia bahkan mematikan daya handphonenya dan pulang ke rumah daripada ia ke rumah sakit untuk menjenguk Arsena.

Hanya satu kalimat yang ia pegang kali ini, "Gue harus sembuh dulu,baru gue nyembuhin orang lain"

Rumahnya sepi. Tidak ada siapapun, mungkin. Setahunya, sang Mama sudah mulai kembali bekerja dan akan jarang pulang. Kedua kakak kembarnya juga semakin sibuk kuliah dan bekerja untuk sampingan dan satu-satunya orang yang paling sering di rumah adalah dirinya dan Kak Salsa.

Semesta untuk RenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang