FIRST LUNCH

479 210 32
                                    

"Hidup itu emang harus capek, Mas. Tapi bukan berarti kita berhenti berusaha, kan?"

***

Wajah linglung Tyo masih terpasang saat dia mencari keberadaan Mala. Akhirnya dia menemukan perempuan yang selalu memakai flared skirt itu, di gudang berkas. Tyo menantinya di depan pintu. Mala yang sudah mengetahui pria berkulit gelap itu berdiri di sana, dia melewatinya saja. Tanpa rasa kesal, Tyo pun memanggilnya. Namun, Mala tetap tidak menghentikan langkahnya. Tyo pun menarik lengan Mala yang sedang memegang beberapa berkas hingga berkas itu terjatuh dan berserakan di lantai .

"Gue lagi kerja! Ganggu aja, sih, lo!" Mala mengerutkan dahinya.

"Maaf, aku ndak maksud ganggu kamu." Tyo merasa bersalah sambil membereskan berkas-berkas itu dan memberikannya kepada Mala.

"Kenapa kamu nggak datang ke kafe kemarin siang? Aku udah nungguin kamu, loh," tanya Tyo pelan khawatir Mala semakin emosi.

"Gue nggak ada bilang mau makan siang sama lo kemarin. Dan gue nggak nyuruh lo untuk nunggu gue!" tampik Mala.

"La..," lirih Tyo. Rasa bersalah terus bergerumul dalam dadanya. Mala bergegas pergi tetapi, Tyo masih berusaha. Dia berdiri di hadapan Mala.

"Yowes siang ini aku traktir kamu, tapi datang ya. Beneran, loh." Tyo masih berusaha.

"Gue lagi diet." Mala dengan nada yang lebih pelan tapi, tetap saja ketus.

"Kamu ini kecil begini, mau diet gimana lagi, toh?" gurau Tyo mencoba mencairkan suasana.

"Bukan urusan lo! MINGGIR!!" Tetap saja Mala membalas dengan garang. Lalu, menabrak bahu Tyo. Akhirnya Tyo menyerah. Dia tidak ingin melanjutkan usahanya mencairkan hati mala siang ini, akan dia coba lagi besok.

*****
Lelaki yang memakai jaket jeans itu tetap bertandang ke kafe siang ini. Maya yang bergegas untuk pulang, melihatnya duduk sendiri lagi di meja kemarin.

"Masih mau nunggu Kak Mala?" tanya Maya saat menghampiri meja Tyo.

"Enggak kok, dia nggak makan siang hari ini katanya lagi diet." Tyo membalas dengan suara pelan. Maya hanya tersenyum kecil dan mengeluarkan lunch box dari tas berwarna merah muda itu.

"Kalau aku yang temenin makan siang sekarang, boleh?" tanya Maya melihat wajah memelas itu, hatinya tersentuh.

"Emang kamu nggak kerja?" balas Tyo.

"Hari ini aku part time, soalnya ada kuliah sore," jawab Maya.

"Oh, jadi kamu kuliah sambil kerja? Bukannya capek, yo?" tanya Tyo selalu penasaran dengan pekerja tapi masih memikirkan pendidikan.

"Hidup itu emang harus capek, Mas. Tapi bukan berarti kita berhenti berusaha, kan?" Jawaban Maya tiba-tiba saja terngiang di kepala Tyo.

Seperti kalimat Mala waktu itu. Saat dia berencana kuliah usai kontrak pertamanya selesai. Kehidupan Maya yang harus kuliah sambil bekerja itu, seperti perempuan yang dahulu kala dia kenal sebagai gadis manja. Tetapi, benar-benar berjuang untuk bisa memenuhi keinginan ibunya untuk menjadi seorang mahasiswa sampai lulus sarjana.
Dan Mala berhasil hingga kini menjadi kandidat Manajer perusahaan. Tiba-tiba saja, bibirnya tersenyum kecil. Bukan hanya Mala yang berhasil menjadi perempuan mandiri yang dia temui pikirnya. Tetapi tetap saja Tyo tidak ada di sisi Mala saat perempuan itu membutuhkan sandaran bahunya.

"Mas sendiri nggak kuliah?" tanya Maya menyentak Tyo yang tenggelam dalam pikirannya.

"Nggak minat," jawab Tyo.

DINNER [AGT '22| TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang